"Apa?" tanya Viona serius.
"Dia bakar barang itu dan mengatakan tidak layak untuk dimiliki aku atau Kak Syam. Dia ganti dengan yang lebih mahal dan indah."
"Aku bukan barang, Sakaha."
"Benar, tapi papa akan membuatmu sama dengan barang itu. Dia sangat menjaga perasaan kakakku agar tak merasa rendah diri. Jadi, saat barang dianggap tak layak untuknya maka tak akan layak buatku. Begitu juga kamu. Saat kamu menolak Kak Syam, jangankan bisa menjadi istriku ... yang ada kamu dan keluargamu akan dibuang. Kasarnya, bisa saja bisnis keluargamu dihancurkan papa. Kamu dianggap tak layak untuk Kak Syam, juga untukku," papar Sakha menjelaskan karakter sang ayah yang tak pernah bisa menerima pendapat siapa pun. Dia paling tak bisa melihat Syam merasa minder dan malu.
"Tapi ... aku mencintaimu." Viona duduk di rumput di mana ia berpijak.
"Aku tahu. Aku pun sama, Vio. Tapi ... aku benar-benar tak tahu harus gimana. Aku takut malah kita tak bisa bersama sama sekali." Sakha duduk di sisi Viona dan menatapnya.
"Akan lebih baik aku batal menikah dengan kakakmu, juga dengan kamu. Aku rela. Aku akan menolak pernikahan ini," ujar Viona bangkit dan berlari meninggalkan Sakha.
Tak mudah menikah dengan orang yang tak dicintai. Sulit, apalagi jika sudah jelas orang yang dicintai justru akan menjadi penonton dalam kehidupannya.
Viona pun berniat memberi tahu orang tuanya, untuk menolak pernikahan dengan Syam dan memilih tak bisa menikah dengan Sakha juga. Itu jauh lebih baik.
Namun, saat tiba di rumahnya sebuah ambulance membawa ayahnya ke rumah sakit. Viona yang panik menyusul dengan menggunakan motor yang dikendarainya. Dia terus mengikuti ambulance hingga tiba di rumah sakit dan sang ayah terlihat dibawa ke ruang IGD.
"Bu?" pekik Viona cemas.
"Ayahmu kena serangan jantung lagi, Vio." Laura membekap bibirnya dan tak bisa menahan duka di hatinya.
Serangan jantung?
Bagaimana kalau Viona mengatakan penolakan para pernikahan?
Akankah ayahnya semakin terpuruk?
"Vio, tabungan kita sudah hampir habis. Di rekening hanya tinggal sepuluh juta. Itu pun untuk makan kita ke depan. Bagaimana dengan biaya rumah sakit ini?" desis ibunya menatap Viona yang gelisah.
Viona baru saja bekerja, gajinya masih sangat kecil dan di kisaran tujuh juta saja. Sebagai seorang staff biasa di perusahaan yang bergerak di bidang periklanan.
"Biar pakai uang viona, semoga gak banyak biayanya," balas gadis itu dengen mengecek mBanking dan melihat uangnya hanya ada lima juta.
Kebangrkutan membuat Dasman terkena serangan jantung. Di rumah tinggal satu orang pekerja sebagai ART, sebelumnya mereka memiliki lima pekerja dengan satman juga. Namun, sejak bangkrut dan terkena serangan jantung pertama, Dasman mengurangi pekerjanya di rumah. Di toko furnitur miliknya pun tinggal tiga orang saja. Mereka dibayar lepas, andai laku terjual baru dibayar.
"Bu Laura, bagaimana keadaan Pak Dasman?" tanya seorang lelaki yang datang ke rumah sakit.
"Pak Rio, belum bada kabar dari dokter. Kami gak boleh masuk," jawab Laura menatap orang kepercayaan Hangga.
"Semoga baik-baik saja." Lelaki yang dipanggil Pak Rio itu mengangguk. "Oh, ya, Pak Syam bilang untuk biaya jika tidak keberatan akan beliau tanggung. Dan untuk produksi furnitur pun akan beliau suntikkan dana mulai besok. Dia akan mengirim salah satu tim pengelola untuk usaha Anda."
"Alhamdulillah, semoga itu akan menjadi alasan suami saya bisa sembuh, karena tekanan usaha itu yang membuat dia sakit-sakitan." Laura membekap bibirnya dengan rasa haru.
"Iya, semoga ini menjadi hadiah pernikahan untuk Pak Syam dan Mbak Viona." Pak Rio menoleh pada Viona yang mengangguk sopan dan menunduk.
Tak ada pilihan lain, bahkan Syam Syailendra sudah memberikan uang untuk biaya rumah sakit, untuk investasi di perusahaan ayahnya. Maka tak ada harapan untuk bisa menolak pernikahan ini.
Viona melangkah menjauh dari ruang IGD. Menekan tombol panggil pada Sakha.
"Sakha ... aku akan menikah dengan kakakmu. Tapi ...."
"Tapi?"
"Kita harus tetap menjadi kekasih, sampai ada kesempatan untuk berpisah dengan kakakmu. Kamu harus janji, kamu tidak boleh punya pacara selain aku. Dan aku berjanji ... akan menjaga kesucianku dan tidak akan membiarkan kakak kamu menyentuhku."
"Vio ... itu ...."
"Aku mohon, Sakha! Pernikahan aku dan kakakmu adalah jalan untuk kita tetap bersama. Tak ada pilihan lain."
Sakha terdiam, memang tak ada jalan lain untuk tetap bersama Viona, selain menjadi duri dalam pernikahan kakaknya sendiri.
"Tapi sampai kapan kita akan menjalin hubungan itu?" tanya Sakha pelan.
"Sampai kakakmu merasa bosan aku menolaknya, lalu dia menceraikan aku. Itu pasti. Aku akan membuat dia menceraikan aku."
"Tapi kalau kamu diceraikan Kak Syam maka papaku juga akan memebencimu." Sakha terdengar lemah.
"Kita pikirkan lagi caranya. Atau kita kawin lari saja sekarang? Tapi tak mungkin, ayahku bisa terkena serangan jantung lagi. Dia di rumah sakit."
Viona serba salah. Andai lari sekarang, maka nyawa ayahnya terancam. Maka tak ada jalan selain menjalani pernikahan paksa itu dan mencari celah untuk bisa diceraikan setelahnya.
"Viona," panggil ibunya mendekati anak gadisnya, "ada Nak Syam. Tolong temui dia dan hargai kedatangannya demi ayahmu."
Viona pun mengangguk, meskipun dengan wajah penuh kebencian menatap lelaki yang tengah berdiri di samping Pak Rio.
Tangan kirinya dimasukkan saku, dia cukup tampan dan dewasa. Rapi serta sangat berkharisma. Namun, tetap saja memuakkan di mata Viona.
"Mbak Viona," sapa Pak Rio saat Viona mendekat.
Syam seketika salah tingkah, menunduk dan menoleh ke arah lain.
"Terima kasih sudah datang dan membantu ayahku," ujar Viona pelan.
"Pak Syam, saya pamit sebentar," ujar Pak Rio meninggalkan Syam dan Viona berduaan di dekat IGD.
"Bagaimana keadaan Pak Dasman sekarang?" tanya Syam dengan sedikit gugup. Tangan kanannya bahkan terlihat gemetar.
"Belum ada informasi dari dokter. Semoga baik-baik saja."
"Beliau pasti baik-baik saja Vi ehm V-vi-vio-"
"Viona," ujar gadis itu memutar bola matanya kesal.
Dasar lelaki bodoh! Bagaimana mungkin aku akan menghabiskan waktuku dengan lelaki semacam ini, Tuhan?
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Getar Asmara
RomancePacaran dengan adiknya, dinikahkan dengan kakaknya. Viona pun memilih tetap menjalin kasih meskipun telah menjadi istri dari Syam Syailendra.
Benci Calon Suami
Mulai dari awal