BAB 13

6.4K 435 312
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Aksa menyunggingkan senyuman tipis. Dia terkekeh saat terbayang hal konyol. Pemuda itu seperti orang gila, senyum-senyum sendiri di dalam kafe, membuat seseorang yang tengah bersedekap di depannya, bergidik ngeri.

"Lo kesurupan, ya?"

Aksa hampir terjungkal ke belakang. Dia mengelus dadanya, kemudian menatap tajam orang yang duduk di hadapannya. "Sejak kapan?"

Kerutan di dahinya tercetak. "Apanya sejak kapan?" tanya orang itu pura-pura tidak tahu.

"Ck! Lo sejak kapan di sini, Thania?!"

Thania mengangguk mengerti. "Oh."

Aksa menahan napas atas jawaban gadis itu.

"Napas, Sa." Thania berucap santai, lalu tangannya mengambil minuman di depannya. Diteguknya minuman itu sampai habis, membuat Aksa menatapnya datar.

"Btw, lo ngapain ngajakin gue ketemuan?" tanya Thania menatap Aksa.

"Biasa aja, dong, mukanya. Datar amat!"

Aksa berdecak.

"Dihh." Bibirnya terangkat, seakan meledek. Tangan Thania terulur, menyentil bibir Aksa. "Gue tanya, lo ngapain ngajakin gue ketemuan, Aksa ganteng?!" pekik Thania di akhir kalimat, membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka berdua.

"Huh, gini, nih, kalau ngomong sama si es kutub," lirih Thania. Matanya menatap Aksa datar.

"Au, ah! Mau pulang!" Thania bangkit dari duduknya, meninggalkan Aksa yang tersenyum tipis. Merasa lucu dengan tingkah Thania, membuatnya tidak kuat untuk tersenyum. Aksa juga tidak tahu. Kenapa tiba-tiba dia ingin berjumpa dengan gadis nakal itu.

Dia melihat ke arah Thania yang sudah keluar dari dalam kafe. Matanya menyipit saat melihat seorang perempuan menghampiri Thania.

"Thania!"

Langkah Thania terhenti. Dia berbalik dan berdecak kesal, melihat siapa yang memanggil namanya. Memutar kembali tubuhnya dan berjalan tergesa-gesa, meninggalkan tempat itu dan orang itu.

"Buset, ngapain, tuh, bocah ada di sini, sih?!" gerutu Thania. Dia terus berjalan, sedikit lari-lari kecil agar orang itu tidak bisa mengejarnya. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti karena ada yang menarik tangannya.

Thania memutar tubuhnya, menatap orang yang menariknya dengan datar. "Lepas!" desisnya.

Orang itu menurut, kemudian tersenyum, memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. "Halo, Bestie, apa kabar?"

Thania memutar bola mata malas. "Hili, Bisti, ipi kibir? Bacot!"

Orang itu mengerucutkan bibirnya, membuat Thania bergidik ngeri.

"Kapan lo nerima gue jadi teman lo, sih?" tanya orang itu tiba-tiba.

"Au, ah, mager." Thania berucap malas. Dia menatap orang itu sinis. "Jangan pernah lo temuin gue lagi!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Thania pergi meninggalkan orang itu yang memandangnya dengan raut wajah sedih.

"Vit, gimana?" tanya seorang pemuda yang baru saja datang bersama temannya.

Vitri menggeleng. Raut wajahnya terlihat kusut, membuat kedua pemuda itu memberi semangat untuk Vitri. "Semangat, Vit, lo pasti bisa!"

Vitri mengangguk. "Makasih, Del, Ken."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Vitri meninggalkan kedua pemuda itu. Berjalan dengan lunglai, kepalanya menunduk, membuat Dellon dan Kenzo menatapnya kasihan.

"Gue penasaran sama Thania. Kenapa dia nggak mau berteman? Padahal banyak banget yang pengin temenan sama dia," kata Kenzo. Dia juga heran sekaligus penasaran dengan Thania.

Dellon mengangguk, membenarkan apa yang dikatakan Kenzo. Selama satu sekolah dengan Thania, dia tidak pernah melihat gadis itu berjalan berdua seperti yang lain, yang sering berjalan bersama dengan teman-temannya.

"Udahlah, biarin."

Di lain sisi, Aksa yang menatap mereka dari dalam kafe itu hanya mengangguk-anggukkan kepala seolah mengerti apa yang terjadi.

Dia ingat betul orang-orang yang menghampiri Thania. Vitri, Dellon, dan Kenzo, mereka satu sekolah dengannya. Aksa juga tahu jika salah satu dari mereka ingin berteman dengan Thania, tapi Thania selalu menolak dan bersikap tidak peduli terhadap mereka.

****

Telah direvisi

See you in the next chapter!

My Perfection Is Badgirl Where stories live. Discover now