12. Officially Dilamar

Mulai dari awal
                                    

"Hahaha, iya iya, aku berhenti," kekeh Roseanne.

Jeffian sampai jadi tidak fokus bahwa tujuannya hari ini mengajak Roseanne makan malam adalah untuk melamar gadis itu. Aduh, hancur sudah momen romantis. Jeffian sudah tidak bisa membangun suasana romantis karena dia sudah terlanjur salah tingkah.

Apa gue pending aja lamarannya jadi Minggu besok?

♒♒♒

Roseanne dan Jeffian sudah dalam perjalanan balik menuju kost gadis itu. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan mereka terjebak kemacetan di pusat ibu kota Jakarta. Bonusnya, selain macet kini juga hujan.

"Ini pada mau ke mana sih orang-orang? Sudah hampir 30 menit kita gak gerak loh?"omel Roseanne sembari memakai jaket ekhem milik Jeffian ekhem karena ia kedinginan.

"Ini aku cek google katanya banyak pohon tumbang gitu di depan, masih proses pembersihan gitu, jadinya macet, terus banjir juga," jawab Jeffian yang membuat Roseanne langsung mengecek apakah di sekitar mereka ada pohon atau tidak.

Untungnya mereka benar-benar di tengah jalan, cukup jauh dari bahu jalan, terlebih pohon di area mereka berada tidak terlalu besar.

"Kadang aku mikir buat pindah ke daerah yang lebih sunyi gitu," gumam Roseanne.

"Ide bagus, habis nikah bisa tuh kita pindah ke New Zealand," respon Jeffian.

"Terus kerjaan kita?"

"Oh iya, lupa, hm, ya cari kerja di sana," jawab Jeffian.

"Mudah banget ngomongnya, hm."

Jeffian melirik Roseanne yang kini bersandar di kursi mobil, menatap lurus ke depan. Wait, suasana di mobil ini terasa cukup ... romantis?

Lampu-lampu mobil yang bersinar, suara hujan yang terkena kaca mobil, lantunan lagu the1975 yang menggema pelan dari audio mobil, keadaan yang cukup dingin dan remang-remang di dalam mobil ... hihi.

"Apa? Kok ngelihatin?" tanya Roseanne yang rupanya kini sudah menatap Jeffian balik.

Oke, Jeffian, man up! You got this! Show her who's the dominant one here-

Jeffian meraih tangan Roseanne yang membuat gadis itu terkejut, "kenapa?"

Pemuda itu menghirup nafas dalam-dalam sebelum satu tangan lainnya ia gunakan untuk merogoh saku celananya, mencari box velvet yang ia simpan sedari tadi di sana.

"Jeff?"

Jeffian menarik keluar box velvet dan membukanya dengan satu tangan saja, "Roseanne, mungkin kita berdua sudah saling tahu jawabannya, but I want to make it official, so ...."

"Roseanne, will you marry me?"

Gadis di hadapannya tersenyum, ia menatap dua cincin perak yang memiliki desain sama hanya berbeda ukuran saja.

"Sudah bukan would you lagi ya?" kekeh Roseanne.

Jeffian tertawa kecil dan kemudian Roseanne mengangguk, "yes, I will, Jeffian."

Pemuda itu tersenyum seraya memasangkan cincin yang ia beli beberapa hari lalu dan tanpa ia sangka ukuran yang ia beli begitu pas melingkar di jari gadis itu, padahal ia hanya menebak saja.

"Cantik banget, Jeff," ucap Roseanne setelah memasangkan cincin yang sama ke jari Jeffian, memandang cincin yang berada di jari mereka masing-masing.

Jeffian tidak langsung menjawab gadis itu, ia masih tidak bisa percaya bahwa dirinya sudah sampai pada tahap dia sudah bertunangan dengan orang lain. Terlebih orang itu adalah orang yang benar-benar baru hadir ke dalam kehidupannya.

Secepat itu.

"Terima kasih, Jeff," ucap Roseanne sembari mengangkat wajahnya untuk menatap Jeffian.

Tidak terduga, jarak wajah antar keduanya kini cukup dekat, rasanya hanya sedikit mencondongkan badan Jeffian sudah dapat mencium Roseanne. Atau ... ia lakukan saja?

Jeffian menggerakkan badannya mendekat secara perlahan, otomatis mempersempit jarak di antara kedua wajah mereka. Roseanne sadar apa yang akan Jeffian lakukan kepadanya, tetapi ia juga tidak berniat untuk menarik diri menjauh.

Sebuah kecupan tidak akan masalah bukan?

Gadis itu perlahan mulai menutup matanya saat ia merasa ujung hidungnya sudah bertemu dengan ujung hidung Jeffian. Apakah akhirnya ia dapat merasakan first kiss nya sekarang? First kiss dengan tunangannya?

Dan ... Roseanne akhirnya merasakan permukaan bibir Jeffian.

Tetapi bukan di bibirnya, melainkan di pipi gadis itu.

Roseanne pun membuka kedua matanya dan melihat Jeffian yang tersenyum padanya dengan begitu manis, menampakkan kedua lesung pipinya.

"Di bibirnya nanti kalau sudah nikah," bisik Jeffian yang membuat pipi Roseanne langsung merona merah, jantung berdegup cepat.

Gadis itu segera membuang pandangannya keluar jendela karena ia begitu malu, entah malu karena ia tampak berharap Jeffian mengecup bibirnya, atau malu karena ucapan Jeffian baru saja atau malu karena fakta bahwa Jeffian yang masih belum melepas genggaman tangannya hingga detik ini.

Mau menyublim aja, please!

♒♒♒

Kupu-kupu di perut 🦋

spicypastaaa 🍝

Self Forced MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang