⸙ 12 . Langit dan Senja

Start from the beginning
                                    

Kebetulan sekali di seberang sana ada mobil taksi yang berhenti, ia bergegas lari kearahnya. Melewati jalan zebra cross lalu tak sengaja menabrak lengan seseorang. "Maaf, aku gak sengaja" ucapnya.

Gadis itu mendongak, menatap seseorang di depannya dengan mata yang membulat, sangat terkejut. "Kam—"

"ELO?!"

"Eh maaf aku buru-buru" gadis itu langsung melanjutkan berlari, meninggalkan seorang laki-laki bertubuh jangkung di sana.

Jantungnya yang secara tiba-tiba berdegup kencang, merasa sangat kaget akan kehadiran laki-laki itu.

"Pak? Bisa antar saya ke rumah sakit Mitra Sehat" pintanya, lalu pak supir di dalam terlihat mengangguk, segera lah Ajeng masuk kedalam mobil.





   

               

"Sean, kamu harus jaga kesehatan ya" ucap dokter Handy pada Sean yang kini duduk di kursi roda.

Laki-laki yang mengenakan jaket tebal itu tersenyum manis. "Iya dokter" sahutnya.

"SEAN!!"

Pemilik nama itu sekaligus dokter Handy menoleh mencari sumber suaranya, lalu terlihat lah Ajeng dari sisi kanan koridor dengan senyuman lebar. "Sean Raka Putra!!" teriaknya lagi.

Ajeng berlari kecil, tapi saat sampai dan melihat dokter Handy juga ada di sini ia tertawa kecil karena malu. "Hai dokter, hai Sean" gugupnya.

"Wah, cantik banget cewe kamu Sean" dokter Handy mencibirnya.

"Eh? Aku sama Sean cuman—"

"TEMENAN" mereka menjawab bersamaan, membuat dokter Handy menggeleng kecil serta tertawa.

"Oh ya, Sean nanti kamu pikir-pikir lagi ya... kalau kamu mau, tinggal calling calling terus saya langsung ke rumah cewe ini.. siapa namanya ya?" dokter Handy mengalihkan pandangannya pada Ajeng.

"Ajeng, dok" ucap gadis itu.

"Iyaa Ajeng... saya pergi dulu, sehat-sehat Sean!" seru dokter Handy, lalu pergi meninggalkan Ajeng dan Sean.

Suasana di depan ruangan ini sunyi karena jarang sekali pasien yang menginap di VIP, lebih banyaknya di ruangan umum.

Ajeng jongkok mensejajarkan dengan Sean, ia sedikit mendongak. "Kamu udah beres-beres pakaian?" tanyanya.

Sean menunjuk beberapa koper di atas bangsal, yang kebetulan pintu ruangan masih terbuka lebar, Ajeng pun menatap arahannya. "Jadi sebelum pulang dari sini, ayo kita jalan-jalan ke taman" sambungnya.

Sean mengangguk kukuh dengan wajah yang riang. Sudah lama ia tidak datang ke taman kesukaannya.

Taman bunga dan sungai air jernih yang lumayan dekat dengan rumah sakit ini.

Mereka berdua jalan keluar dari rumah sakit. Ajeng mendorong kursi roda yang di tumpangi oleh Sean. Koper tas milik Sean belum di bawa keluar masih di dalam ruangan.

Sesampai di sana, Ajeng duduk di kursi taman lalu sebelahnya Sean yang duduk di kursi roda.

Menghirup udara segar sembari memandangi berbagai macam tumbuhan hijau dan bunga yang bermekaran, meski masih musim hujan. Suasananya sangat teduh dan tenang. Menghabiskan waktu sore bersama seseorang yang sekarang ia sayangi.

Matahari yang mulai terbenam, memunculkan senja di langit. Ini adalah suasana yang Sean suka, ia sangat menyukai senja. Kebalikan dari Ajeng yang lebih menyukai langit biru.

"Swastamita" celetuk Sean.

Ajeng yang tengah menulis sesuatu di buku diary pun menoleh kearah Sean. "Apa itu?" tanyanya.

Sean menatapnya balik, kemudian menunjuk layung senja yang terurai warna jingga dan merah. "Itu adalah senja"

"Kamu sebegitu suka dengan senja?" Ajeng terlihat penasaran pada Sean.

"Entah dari kecil aku menyukai senja mungkin karena warnanya sangat indah dan di suasana seperti ini lah aku sangat tenang" ujar laki-laki itu.

"Kamu pasti lebih suka langit biru" celetuk Sean.

Gadis berambut panjang itu menutup bolpoinnya. "Mungkin karena nama aku ada 'Langit' nya" jawab Ajeng sekenanya.

Sedetik setelah itu, Sean tampak meminta satu lembar kertas pada Ajeng. Membuatnya menjadi bentuk pesawat, lalu menulis sesuatu di sayap pesawat kertas tersebut.

"Langit dan Senja?"

"Iya, kamu dan aku"

"Langit yang selalu mendatangkan Senja"

Gadis itu tersenyum lebar, menerima sodoran pesawat kertas dari Sean.

"Kalau kamu kangen sama aku, kamu bisa lihat pesawat ini aja" ucap Sean.

"Siap kapten!!" seru Ajeng, ia akan menyimpan pesawat kertas ini dengan baik.

Di balik pohon besar yang menjulang, seorang laki-laki yang tadi tidak sengaja bertabrakan dengan Ajeng ternyata mengikutinya.

"Jadi mereka..."












Who's?
































"Walaupun aku bukan Senja yang kamu tunggu, aku adalah Langit yang siap menemani hari-hari mu"- Ajeng Saputri Langit -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Walaupun aku bukan Senja yang kamu tunggu, aku adalah Langit yang siap menemani hari-hari mu"
- Ajeng Saputri Langit -






Bersambung....

Bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











Sebenarnya aku agak pusing mikir alur cerita ini, takut kebanyakan konflik hehe😶✍️ mau buat konflik jadi sedikit tapi entar cepet ending kan belum rela hehe😓

Nanti bakal ketagihan bacanya deh liat aja❤️🤟

Dear Sean ; Sunoo (✔) Where stories live. Discover now