20. Keputusan

Mulai dari awal
                                    

"Sudahlah pi, Fei sudah menerima lamaranku tadi dikamar. Benarkan sayang?" Ucap Mark pada semua yang ada disana, ia menatap Fei menuntut jawaban. Tangannya tak tinggal diam, terus mengelus punggung Fei dari dalam baju.

Mau tak mau Fei buru-buru mengangguk mengiyakan saat tangan nakal Mark hendak melepas tali bra nya dari dalam. Fei tak mau kejadian tadi dikamar terjadi kembali.

Saat dikamar tadi Fei tengah mengenakan pakaiannya, tiba-tiba saja dari belakang Mark mengejutkannya dengan menarik bra yang ia sedang kenakan hingga terputus.

Sontak hal itu membuatnya terkejut stengah mati. Untung saja saat itu ia menggunakan bra masih dengan handuk yang dililitkan keseluruh tubuhnya. Jika tidak sudah pasti Mark akan melihat seluruh bagian tubuhnya.

"Jawab dengan suara mu sayang." Geram Mark saat melihat Fei hanya mengangguk menjawab pertanyaan nya.

"I..iyaa. Tapi Fei mau Kaka nunggu Fei lulus dulu." Ucap Fei takut, menundukan wajahnya tak berani menatap Mark.

Mark yang merasa gemas, menarik wajah Fei kedalam pelukannya. Ia tenggelamkan wajah gadis kesayangannya di dada bidang nya. Lalu mengecup berkali-kali pucuk kepala Fei. Hal itu tentu menjadi tontonan didepan kedua keluarga.

"Kalau memang itu sudah keputusan putri saya, mau bagaimana lagi? Saya hanya ingin yang terbaik." Ucap Kevin tersenyum.

"Baiklah, jadi kapan rencana kalian akan pindah ke Jakarta lagi?" Tanya Melisa.

Kevin dan Asyira saling pandang saat mendapat pertanyaan itu. Kevin berdehem sebentar sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan Melisa.

"Maaf, tapi sepertinya kami lebih memilih menetap di sini nyonya." Jawab Kevin tetap berusaha tenang saat mendapat tatapan tak suka dari Melisa.

"Ayolah, jangan terlalu formal seperti itu Vin. Sebentar lagi kita akan menjadi besan. Iyakan sayang?" Tanya Edwin pada Melisa. Tangan nya senantiasa mengelus punggung tangan sang istri yang tengah menahan emosi.

Melisa mengatur ekspresi nya kembali. Senyum manis ia tunjukan kearah Kevin dan Asyira.

"Iya, santai aja Vin. Panggil Melisa aja, begitupun dengan Edwin." Ujar Melisa.

"Kenapa? Apa ada masalah? Bukankah perusahaan ku sudah memberikan suntikan dana pada perusahaan mu yang sudah gulung tikar itu?" Ucap Edwin sombong.

Mark langsung menatap tajam kearah papi nya. Hal itu ia lakukan karena melihat sang gadis yang tak nyaman dalam pangkuannya saat ini.

"Iya, bukankah akan lebih bagus membangun bisnis kalian di Jakarta? Sudahlah kalian pindah saja, soal tempat tinggal kami akan memberikan rumah yang jauh lebih layak dari rumah ini maupun yang sebelumnya. Aku tak ingin putraku uring-uringan karena jauh dengan kekasihnya." Ketus Melisa. Tatapan sinis ia layangkan pada Kevin dan Asyira.

"Kami memang akan pindah ke Jakarta kembali. Tapi tidak untuk sekarang, kami masih ada urusan yang perlu diselesaikan sebelum pindah kembali kesana. Lagipula tanggung, Fei tinggal satu tahun lagi lulus, susah untuk pindah sekolah mengingat sekarang ia kelas 12." Jawab Asyira lembut.

Sebenarnya ia cukup gugup, hanya saja melihat tatapan sepasang suami istri tersebut membuatnya harus pelan-pelan dan hati-hati dalam berkata. Salah sedikit, ia dan keluarga nya akan kembali hancur seperti kemarin.

"Oh begitu?" Ujar Edwin terkesan mengejek.

"Bagaimana kalo Fei duluan saja yang pindah ke Jakarta? Untuk masalah sekolah itu mudah, kami bisa mengaturnya. Terpenting sekarang Mark dan Fei tak perlu melakukan LDR. Fei mau kan?" Usul Melisa. Di akhiri pertanyaan dan diangguki oleh Fei. Tentu saja karena paksaan Mark.

Edwin bangga dengan pola pikir istrinya. Tak ada yang tau bahwa Edwin tengah mengeluarkan smirk nya saat ini. Tentu saja Edwin tau alasan Kevin dan Asyira tak bisa pindah ke Jakarta begitu saja, karena ialah penyebab mereka menunda kepindahannya.

Apapun akan Edwin lakukan untuk putra sulung nya. Termasuk memisahkan kekasih anaknya dengan orang tuanya. Edwin akan membuat gadis itu terlebih dahulu ketergantungan dengan putranya. Setelah gadis itu masuk perangkap, baru ia akan memberikan kembali gadis itu pada orang tuanya.

Tujuannya tentu hanya satu, yaitu agar gadis itu akan terus bersama putranya secara sukarela tanpa kabur-kabur an seperti kemarin lagi. Sekaligus sebagai hukuman karena telah mempermalukan marga Wilson karena ulah gadis itu.

^_^

Happy Weekend!!!

Possessive [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang