"NYALIMU BESAR JUGA, BOCAH." jawab Sphinx.

"A-anu, dia habis makan buah kuldi wahai tuan Sphinx." Silvia melerai.

"OH BEGITU RUPANYA." kata Sphinx.

Camelia tiba-tiba bertepuk dengan, "Bisa kita mulai pertanyaannya?" ucap Camelia.

"KALIAN SUDAH TAHU RESIKONYA?" tanya Sphinx.

"Mari kita mulai," ucap Camelia dengan penuh semangat dan menghiraukan resiko jika salah jawab.

Nih bocah udah bener-bener mabuk, batin Silvia dengan wajah geram.

"Pertanyaan PERTAMA, EMPAT KAKI DI PAGI HARI, DUA KAKI DI SIANG HARI, TIGA KAKI DI MALAM HARI." Sphinx mulai mengasah kuku-kukunya.

Resikonya sudah jelas nyawa, tapi kenapa ini bocah belum sadar juga. batin Silvia sambil menunggu Camelia kembali seperti semula.

Tiba-tiba Camelia berbisik ke Silvia, "Maaf aku baru sadar, tapi tenang. Aku sudah tahu jawabannya." kata Camelia.

"Manusia!" jawab Camelia dengan lantang.

Sphinx mulai melotot ke arah mereka berdua. Sambil memamerkan gigi-giginya yang tajam. Keduanya sedikit ragu karena kemungkinan jawabannya lain.

"BENAR, SELAMAT KALIAN BERHASIL DI PERTANYAAN PERTAMA." ucap Sphinx.

"Memang ada berapa pertanyaan?" tanya Silvia.

"TIGA" kata Sphinx.

"Setelah pertanyaan ketiga, bersiaplah berlari ke hutan. Sphinx ini tidak akan melepaskan buruannya meski jawaban kita benar semua." bisik Camelia di telinga Silvia.

"Dari mana kau tahu?" tanya Silvia.

"Meski dia lebih besar dariku, otaknya lebih kecil daripada punyaku." jawab Camelia.

"Pertanyaan KEDUA, APA YANG MEMPUNYAI DUA BELAS KAKI DAN BISA TERBANG?" kini Sphinx memberikan sebuah pertanyaan.

Pertanyaan jebakan, makhluk bodoh ini mencoba membuat sesuatu diluar logika. Batin Camelia.

Silvia memegang tangan Camelia, pertanda agar siap berlari.

"Enam ekor burung!" jawab Silvia yang mulai ancang-ancang.

Sphinx pun mulai curiga dengan tingkah dua gadis tersebut.

"BENAR, KINI PERTANYAAN TERAKHIR. ADA SESEORANG BERJALAN DITEPI SUNGAI TANPA MEMECAH AIR KETIKA IA MELIHAT KE BELAKANG, IA TIDAK MENEMUKAN JEJAK KAKINYA, MENGAPA?" tanya Sphinx yang sudah menjulurkan lidahnya.

Camelia dan Silvia mulai berjalan mundur. Saat bersamaan Camelia menemukan jawabannya. Tapi seperti rencana awal, benar atau salah Sphinx akan menerkam mereka.

"Karena berjalan mundur!" jawab Camelia dibarengi Silvia yang mulia balik badan dan lari.

Camelia menyusul dan Sphinx kini murka karena tahu bahwa dia tidak peduli jawaban benar atau salah. Dia hanya ingin makan daging manusia.

"Kita kemana?" tanya Silvia.

"Ikuti aku." jawab Camelia.

Silvia baru sadar kalo rabit tidak ikut saat menuju atas. lantas dimana dia?

Sphinx terbang dan sudah berada di atas mereka berdua. Camelia tiba-tiba bersiul. Seperti memanggil sesuatu. Sesaat Sphinx hampir menerkam, dua ekor binatang buas menghantamnya hingga terpental.

Camelia dan Silvia berhenti, kemudian menyaksikan Sphinx versus gorila dan panda raksasa. Rabit pun tiba-tiba muncul dari atas dan berdiri di depan Camelia dan Silvia.

"Wah, kau punya senjata baru?" tanya Silvia ketika melihat rabit membawa katana kecil di punggungnya.

Karena rabit tidak bisa berbicara bahasa manusia, dia hanya mengangguk.

"Aku sudah menjinakkan dua ekor hewan itu saat mencari buah-buahan, karena aku berpikir untuk berjaga jika ada hewan buas lain yang menyerang." kata Camelia.

Dari segi pertarungan, sepertinya gorila sudah terluka cukup parah. Ditambah panda kehabisan tenaga untuk menghindari cakaran Sphinx.

Camelia menarik tangan Silvia dan kembali berlari menuju cangkang yang dimaksud Sphinx saat awal.

"Aku tidak sepenuhnya tak sadar, jadi hanya didalam labirin itu kita bisa aman." kata Camelia.

Sphinx memenangkan pertarungan, dia kembali mengejar kedua gadis tersebut. Rasa laparnya bertambah karena pertarungan yang menghabiskan tenaganya.

Silvia mengeluarkan bubuk-bubuk berwarna ungu di dalam tasnya, dia melempar sembarang di berbagai tempat.

"Untuk apa itu?" tanya Camelia.

"Bubuk yang bikin hilang arah, atau bisa disebut buta arah." kata Silvia.

"Kau seperti penyihir." kata Camelia.

Mereka akhirnya sampai di gerbang tempat Sphinx semula, sebelum Sphinx berhasil menyusul mereka berdua langsung masuk begitu saja kedalam labirin cangkang.

"Ku baca-baca, tempat seperti ribuan pintu ini katanya memiliki harta mulia." ucap Camelia.

"Harta mulia?" tanya Silvia.

"Seperti buku bergambar ini, yang bisa menjinakkan binatang." jawab Camelia.

"Sebelum keluar, mari kita cari." ucap Silvia dengan antusias.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang