30 -PREPARATION-

Mulai dari awal
                                    

"Benar sekali. Semua jadwal ku sudah dibatalkan, aku jadi bisa bersenang-senang walau hanya untuk satu hari." Donna menimpali.

"Oh tentu saja Donna.. Aku bertaruh setelah ini kau dan Jasper akan kembali mengurung diri di apartemen kalian."

Donna membalas dengan tawa di bibirnya. Kaki yang dibalut skinny jeans berwarna biru kini menyilang dengan anggun.

"Kau tau sendiri Izzel, udara begitu dingin.. Kami harus saling menghangatkan." Ujar Donna berniat menggoda Izzel.

Izzel memutar bola matanya malas, niatnya ingin menggoda Donna malah berakhir digoda oleh wanita itu. Kedekatan keduanya yang telah terjalin lama semenjak dirinya berhubungan dengan Jasper membuat keduanya nyaman satu sama lain.

Donna sendiri memang seringkali menggoda Izzel dengan bahasan tersebut dikarenakan karakter Izzel yang acuh tak acuh kepada makhluk hidup berjenis kelamin pria. Raut Izzel yang cuek dan terkesan jengah sukses membuatnya terhibur.

"Bukankah begitu, Ky?" Giliran Kyra yang menjadi sasaran, kini Donna tersenyum geli ke arah Kyra.

Kyra yang sedari tadi hanya duduk memerhatikan seketika merona, Ia cukup mengerti maksud Donna. Kyra memalingkan wajahnya dan di saat itulah Ia menangkap iris Bara yang tak lepas menatapnya.

Donna terkekeh kecil, Bara terlalu transparan.
"Oh Tuhan, kalian manis sekali.." Tutur Donna. Wajahnya berbinar bahagia menikmati setiap detik waktu yang dihabiskannya bersama kedua perempuan muda itu.

🌼🌼🌼

Kembali kepada kumpulan pria disana, seperti kebiasaan SPARTA selama ini, mereka akan menentukan sampul dan juga nama album  dalam waktu kurang dari dua minggu sebelum perilisan album terbaru. Dan ya, waktunya pun tiba.

"Sudahlah, kita bisa menamainya dengan We are back, sampulnya pakai saja fotografi kita. Tidak perlu merepotkan diri, mereka juga pasti merindukan wajah kita." Timpal Mika seadanya. Otak pria itu sepertinya sudah kehabisan ide setelah dituangkan semuanya ke dalam rentetan lirik lagu.

"Namanya aneh sekali, Mika. Kau harus ingat kalian sudah hiatus lebih dari tiga tahun." Paul menyahuti, Ia tampak tak setuju dengan ide absurd Mika.

"Tidak masalah. Mereka menunggu lagunya bukan nama albumnya."

"Fucking hell, sepertinya kau pengikut idiom 'Don't judge book by it's cover' yah?" Gurau Paul bermakna.

Mendengar apa yang dikatakan Paul, seketika Mika menjentikkan jarinya dengan senyum merekah.
"See! Itu pesannya. Mereka tidak boleh menilai album ini hanya dari covernya, karna saat mereka mulai mendengar, isi album ini jauh melampaui apa yang mereka nilai." Terang Mika berapi-api. Bara yang sedari tadi memerhatikan hanya bisa menggeleng seraya menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Hey, aku tau kau ingin tertawa. Tapi bagaimana, luar biasa bukan?" Mika menghardik Bara yang masih berusaha menyembunyikan senyumnya.

"Siapa yang bersamanya tadi malam?" Tanya Bara tanpa menjawab pertanyaan Mika.

"Karena badai salju, dia terkurung di Marquee Club. Dia berakhir menghabiskan malam di sana." Jawaban George sukses menjawab pertanyaan di kepala Bara. Pantas saja Mika sedikit lebih chaotic dari biasanya.

"Hey kau belum menjawab pertanyaanku?" Kukuh Mika, pria itu seperti kekasih yang tengah meminta perhatian dari Bara.

"Ya, luar biasa. Jadi simpan idemu dan mari kita dengar pendapat Nick dan Jasper."

"Bagaimana dengan Road to Heaven?" Kini giliran Nick yang mengemukakan gagasan.

"Road to Heaven?" Sahut Mika meminta penjelasan lebih.

LATIBULETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang