"Jangan ngomong gitu kak Woo ntar karma baru tau rasa."

"Karma apaan?"

"Karma bakal suka sama Mama Lala."

"Ihhhh ogah, mending lu makan dah tu sebelum gua buang."

"Iya-iya." akhirnya Justin memakan ama kanannya dengan tenang.

Dan ketiga orang dewasa disana kembali terpusat pada topik awal.

"Emang kapan lu liat sih Niki?"

"Tadi malam, dia main kerumah, awalnya gua gak curiga sama sekali sampai akhirnya pas dia pulang ntah dorongan dari mana gua mau antar dia sampai depan, awalnya baik-baik aja sampai gua liat motor sbr punya K yang katanya di bawa jatuh sama adeknya hari itu."

"Lu yakin itu motornya? Siapa tau lain."

"Lu pikir K punya motor berapa? Dia cuman punya dua dan itu beda. Satunya cbr yang satunya crf."

"Akh iyaya, gua baru ingat."

"Hmmm gua penasaran, apa yang buat Niki gak tenang."

"Emang lu yakin itu Niki? Siapa tau kembarannya?"

...

Sekarang Jeongwoo udah pulang, iya dia pulang sendiri, Doyoung? Dia balik lagi ke kampus sedangkan Yedam? Dia membawa Jastin jalan-jalan katanya anak itu pingin makan kerupuk.

Jeongwoo kepikiran, dia kepikiran sama perkataan Yedam tadi.

Kembaran? Emang iya kalau Niki punya kembaran?

Tapi gak pernah tuh ada kabar kalau Niki punya kembaran.

Cuman?

Lah, kenapa dia perduli sama Niki? Dia bukan siapa-siapa Niki.

Bahkan Kakaknya K aja gak begitu perduli tentang kematian adeknya.

Keknya Jeongwoo kudu mandi biar pikiran dia jernih.

Gak ke hantu hantu mulu.

Oke mandi dulu lah

Selagi Jeongwoo mandi kita beralih pada Junghwan yang sekarang tengah asik main game online.

Sudah mau satu jam dia main sampai akhirnya sadar bahwa sudah cukup lama dia main.

Junghwan meletakkan hpnya di meja belajar lalu melirik ke arah jam.

Sudah waktunya makan cemilan sore.

Junghwan tadi pulang sekolah langsung mandi dan selesai langsung mengerjakan tugas sekolahnya.

Sebenarnya dia penasaran tentang kenapa wajah Jeongwoo menjadi sangat pucat setelah mengantar Niki ke pintu depan.

Tapi ingin bertanya dia belum ada kesempatan bertemu dari pagi hingga sekarang.

Dan pergi ke dapur untuk mengambil cemilan pun hanya menemukan Jaehyuk yang sedang membuat kopi.

"Junghwan?"

"Halo kak Jae, aku mau makan coklat Kakak mau gak?"

"Enggak, lu aja yang makam ouh ya kedepan yok kita ngobrol disana."

"Ayok Kak."

Mereka kedepan dengan makanan dan minuman di tangan masing-masing.

Ada dua kursi yang menghadap ke arah pemandangan depan.

Tidak ada yang menarik sih hanya saja lebih tenang saja di sini.

Mereka berdua awalnya diam saja seperti biasa jika diam artinya mereka tidak memiliki topik sama sekali.

Sampai pertanyaan Jaehyuk membuat atensi Junghwan sepenuhnya mengarah ke arahnya.

"Junghwan? Mau gak jadi polisi?"

"Kok? Tiba-tiba tanya itu kak?"

"Gak gua cuman penasaran aja lu mau apa enggak, ya kalau enggak juga gak papa karena kan itu udah jadi hak lu buat milih apa yang lu mau, btw lu mau jadi apa? Maksudnya cita-cita lu mau jadi apa?"

"Junghwan gak mau jadi polisi tapi Junghwan mau jadi pengacara."

"Hmmm? Kenapa Junghwan mau jadi pengacara?"

"Karena Junghwan pingin keadilan buat seseorang."

"Seseorang?"

"Iya, seseorang."

Tbc..

Titik luv, jangan lupa follow, vote dan comennya makasih.

Sampai jumpa di chapter berikutnya 👋

Awalnya saya ingin update kemarin, tapi kemarin? Saya sangat lelah.

Baiklah semoga kalian menyukainya selamat membaca teman-teman.

Brothership✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang