22 ; Don't go!

13K 1.1K 129
                                    

22. Don't go!

      Zaviar tidak tahu apa yang sedari tadi mengganjal di hati kecilnya. Padahal kini ia tengah bersama Amanda, namun pikirannya malah terpusat pada Seyla yang kini masih terbaring di rumah sakit.

Ngomong-ngomong, sudah seminggu sejak gadis itu koma. Tapi sepertinya Seyla masih enggan untuk bangun dari tidur panjangnya.

Amanda yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik kekasihnya pun bertanya. "Zav, kamu mikirin apa sih?"

Zaviar terlihat tersentak kecil di tempatnya. Lalu menatap Amanda yang kini memasang wajah kesal.

Tangan Zaviar bergerak mengelus surai hitam milik Amanda. Ia tersenyum tipis. "Gak pa-pa. Aku cuma mikirin gimana kalo suatu saat nanti kita bangun rumah tangga berdua dan punya banyak anak yang lucu dan cantik-cantik," dalih Zaviar.

Amanda tersenyum malu saat mendengarnya.

Tak lama dari itu, Zaviar berdiri sambil memakai jaket hitamnya. "Aku pulang dulu ya. Kamu buruan tidur, istirahat biar besok gak kesiangan sekolahnya!" perintah Zaviar lembut.

Amanda terlihat merajuk. "Baru jam segini kok udah mau pulang sih?"

Zaviar terlihat berjongkok di depan Amanda, memegang kedua tangan gadis itu dengan lembut. "Aku ada acara sama keluarga malam ini, jadi harus cepet pulang," kata Zaviar. "Gimana kalo gantinya besok sore kita jalan-jalan?" sambungnya.

"Boleh. Janji ya besok jalan-jalan? Gak boleh gak jadi pokoknya!"

Zaviar mengangguk dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

***

Zaviar turun dari motornya lalu masuk ke dalam bangunan rumah sakit yang terlihat besar dan mewah. Kaki yang di balut jeans berwarna hitam itu terus melangkah dan berakhir masuk ke dalam ruang rawat istrinya.

"Gue serakah ya, Sey?" tanyanya dengan kepala tertunduk.

Zaviar kembali mengangkat kepalanya, menatap dalam mata cantik yang kini tertutup rapat. Perlahan tangannya mengelus lembut pipi gadis itu.

Zaviar tidak tahu apa ia sudah mencintai Seyla atau hanya tertarik pada gadis itu. Ia hanya tidak mau Seyla dan Amanda pergi jauh darinya. Katakan saja ia serakah. Karena memang itu kenyataannya.

"Bangun, Sey! Gue janji bakal memperlakukan lo layaknya istri, gue juga akan berusaha buat menerima calon anak kita," ujarnya dengan mata yang tertuju pada perut Seyla.

Zaviar terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah pergerakan dari tangan yang ia genggam membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Mata yang selama seminggu ini tertutup perlahan mulai terbuka, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya terbuka sempurna.

Tanpa sadar Zaviar tersenyum tipis dengan mata berbinar bahagia.

"Sey, lo sadar?"

Mendengar suara yang tak asing baginya, Seyla menatap ke asal suara tersebut. Jantungnya berpacu lebih cepat, wajah yang tadinya pucat semakin terlihat pucat. Jika di selidik lebih dalam, mata kecoklatan itu terlihat cemas.

Dahi Zaviar mengernyit saat melihat reaksi gadis itu yang menurutnya terlalu berlebihan.

Zaviar mendekat. Seyla berniat menghindar, namun kakinya sama sekali tidak bisa ia gerakkan. Matanya bergulir ke sana ke mari seolah tengah mencari seseorang untuk menyelamatkan nya dari situasi saat ini.

ZAVIAR and HIS MISTAKES Where stories live. Discover now