"Tempat Robi. Di Skatepark house." Untuk membedakan antara area skateboard yang lain, khusus di tempat Robi. Mereka biasa akan menyebutnya Skatepark house.

"Nah, cocok. Kamu pergi ke alamat yang kakak kirim. Sebelum itu, beli barang yang kakak list di chat."

"Pajak dulu dong"

"Kamu terserah mau beli apaan nanti. Nanti kakak transfer uangnya."

"Oke, deal!"

Tumben kakak keduanya itu banyak uang. Shaletta tertawa kecil dengan pikirannya.

Setelah berpamit dengan Robi dan yang lain. Shaletta pergi menggunakan motor matic, mengarahkannya ke salah satu mini market didekat sana.

Alamat yang dikirimkan Lio, tidak jauh dari tempatnya. Ia mengerutkan dahi melihat barang-barang yang Lio suruh untuk belikan.

Kak Lio

📍Loc

Coklat
Pembalut bersayap 35 cm
Jamu herbal untuk haid
Cemilan (terutama yang pedas)
Kompresan perut
Buah-buahan

Widih. Apaan nih 😶

Beli terus.
Kabari, dek. Kalau udah diantar.

Membeli barang-barang yang diperlukan dan juga diinginkannya, Shaletta segera membayar dan menuju lokasi yang sudah dikirimkan Lio.

Shaletta menatap bangunan didepannya. Bengkel?

Ga salah nih?

Mengecek kembali lokasi yang ada di handphone nya. Shaletta memandang kurang yakin bahwa share lock yang dikirimkan kakaknya itu benar.

"Shaletta?"

Menatap ke depan, ia dibuat terkejut dengan kehadiran Hendra. Musuh besar Gentala.

"Oh, ha-lo?" Shaletta menyapa canggung.

Bisa gawat ni, kalau sampai Gentala tau.

Hendra tersenyum tipis. Senang dengan adanya Shaletta. Ia rasa saat ini Tuhan sedang berpihak padanya. Semua rencananya bisa berjalan semulus ini.

"Lo cari siapa?" Tanya Hendra.

"Jauh-jauh lo" Nada dingin dan datar dari wanita yang baru saja keluar dari bengkel membuat Shaletta terkesiap.

Shaletta mengira suara itu ditujukan untuknya. Tapi yang dilihat malah wanita itu menatap tajam Hendra dan menyuruhnya pergi.

Hendra menampilkan raut datar, hanya sebentar. Setelah itu kembali menatap Shaletta yang kini berada di belakang sosok wanita tadi.

"Ini udah ketiga kalinya kita ketemu." Hendra tersenyum. Memiringkan sedikit kepalanya untuk menatap Shaletta yang tertutupi.

Shaletta hanya tersenyum canggung. Tidak ingin merespon lebih.

"Lo bisa pergi, urusan lo udah kelar disini." Usir wanita itu. "Gue rasa lo bisa ngerti bahasa manusia, kan?" Wanita itu berucap tajam.

Hendra menatap dingin, lalu berpamitan dengan Shaletta dan pergi dengan perasaan dongkol nya.

Shaletta menghembuskan nafas lega.

"Terimakasih, kak." Shaletta menunduk sedikit dengan sopan.

Wanita yang lebih tinggi darinya itu menatap Shaletta dari atas sampai bawah. Memindainya, dan Shaletta tidak suka.

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang