Akira manggut-manggut mendengarnya. Laki-laki itu segera meraih botol air mineral di depannya. Meneguknya hingga tandas. Entahlah, tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.
"Tadi kesini juga diantar Kak Rendi."
Mendengarnya, Akira merasa haus kembali menyerangnya.
"Dia bilang ada urusan di sekitar sini jadi sekalian aja searah." kata Thita menambahkan.
Gadis itu melirik layar laptop milik Akira menampilkan daftar riwayat hidup milik Gandi, ternyata laki-laki itu pernah menjadi barista di sebuah coffee shop. "Oh, Gandi pernah kerja jadi barista juga ya Ki?"
Tanpa memberi balasan, Akira justru berdiri.
"Mau kemana?" tanya Thita. Perempuan muda berkuncir kuda itu mengerutkan kening melihat Akira yang tiba-tiba bangkit.
"Mau ambil minum. Ikut?" jawab Akira berjalan menuju kulkas. Laki-laki itu kemudian membuka kulkas, mengambil sebotol air mineral lalu meminumnya. "Ta, sini deh."
"Hm? Ngapain?" sahut Thita dengan kedua mata masih tertuju pada layar laptop.
"Sini aja dulu."
Menarik nafas sejenak, Thita lalu bangkit berjalan menuju sabahat laki-lakinya itu. "Kenapa?"
"Salah satu menu yang bakal ada disini nanti. Tolong lo cobain, Ta."
"Roti bakar?" Thita melihat Akira mengangguk."Ini lo buat sendiri, Ki?" tanyanya lagi. Roti bakar itu terisi potongan sosis juga saus yang Thita pikir, mungkin akan terasa sedikit pedas. Diatasnya, juga ada taburan keju.
"Iya, gue buat sendiri itu." Melihat Thita yang menatapnya sangsi, Akira mau tak mau tertawa geli. "Ngga percaya pasti."
"Lo ngga ngerusakin dapur lo yang baru jadi seminggu yang lalu kan, Ki?"
Tawa Akira mengudara. "Ngga lah. Ya paling yang gosong ya rotinya. Gue buatnya dengan segenap cinta. Yah even gagal di awalnya sih."
"Tapi ini kelihatan menggoda sih Ki." Thita mengambil sepotong, mencecap rasa yang kata Akira, ia buat dengan segenap cinta. "Enak."
"Belajar dari mana resepnya?"
"Youtube. Tapi ada beberapa yang gue tambahin sendiri. Mau gue kasih resepnya?" tawar Akira.
"Jangan atuh. Itu kan rahasia perusahaan, gimana tho Mas?"
Kening Thita berlipat ketika mendengar Akira tertawa. Apanya yang lucu? Apa ada yang salah dengan perkataannya? "Ngapain ketawa? Kan gitu konsepnya." ucap Thita polos.
"Ngga, pengen ketawa aja."
"Ih Aki! Kenapa coba? Bilang ngga?!" tuntut Thita. Melihat Akira yang semakin tertawa, ia jadi jengkel sendiri. Mengedikkan bahu, memilih untuk memakan roti.
"Lucu aja gitu, lo panggil gue Mas." kata Akira setelah tawanya mereda, menyisakan kekehan pelan.
Suapan roti Thita berhenti. Kemudian mereka saling bertatapan untuk beberapa detik. "Lebih lucu kalau lo gue panggil Mbak." tutur Thita.
"Hahaha. Cuman ya lo kan baru pertama kali panggil Mas. Jadi ya lucu aja gitu."
"Mau ngga?" Thita menyuapkan sepotong roti bakar kehadapan Akira. Akira mendekat, kemudian sedikit menunduk agar tingginya dengan Thita sejajar. Laki-laki itu membuka mulutnya lebar. Sembari mengunyah, mereka kembali saling menatap tanpa sepatah kata.
Tangan Akira terangkat, kemudian mendarat tepat di sudut bibir Thita, mengusapnya pelan. Sementara Thita hanya mengerjabkan mata, bingung tiba-tiba melanda kinerja otaknya.
"Ada noda kecil tadi." kata Akira pelan, lalu kembali menegakkan badan.
"Oh?" Thita ikut mengusap sudut bibirnya sendiri. "Hm, makasih Ki."
Suasana canggung seketika terasa. Sepasang sahabat itu saling menghindari kontak mata. Akira yang mengusap bagian belakang lehernya, lalu Thita yang lebih memilih fokus pada roti yang ada di hadapannya. "By the way, kita duduk disana lagi yuk Ta. Bantuin gue buat desain logo." ajak Akira.
"Hm? Iya. Ini gue bawa kesana ya?" Gadis itu lalu berjalan terlebih dahulu. Dibelakangnya, Akira membawa air mineral dua botol sambil menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan dirinya yang bertindak seperti tadi. Biasanya mereka akan saling mengejek terlebih dahulu, tapi sekarang kenapa justru berbeda? Atau mungkin karena ia yang sudah terlalu lama menyimpan rasa?
"Aki! Ngapain malah senyum-senyum sendiri?" tegur Thita yang heran melihat sahabatnya dari tadi hanya menggelengkan kepala sambil senyum-senyum sendiri.
"Eh iya. Here we go." Akira segera membuka aplikasi edit. Keduanya kemudian fokus menatap layar datar tersebut. Sesekali bertukar pendapat.
"Well done."
Mereka bertos ria kemudian tertawa bersama.
-----
Ini draft udh lebih dari sebulan, setelah melewati sesi edit-hapus, edit-hapus, akhirnya bisa post juga. Makasih ya Nda, yang udah sabar nungguin AkiTa❤️
Nah kalau ini, Thitara Kenanga yg happy dapet seblak sama kembang tahu 🥰
04-09-22
KAMU SEDANG MEMBACA
F.R.I.E.N.D.S
RomanceAkira Kusuma dan Thitara Kenanga adalah teman. Itu menurut Thita. Sementara Akira, menganggap mereka tidak hanya sekedar teman. Friendzone? Bukan. Karena hanya Akira yang diam-diam menyanyangi dan mencintai Thita. Thita tak begitu peduli soal cint...
15. Chillin' Space
Mulai dari awal