34. Semakin rumit

Mulai dari awal
                                    

*****

Pagi hari Langit sudah bangun ia mengecek handphone yang memang sengaja ia matikan sejak semalam, banyak sekali riwayat panggilan telepon yang tidak terjawab dari Senja. Dengan penuh rasa gembira, mungkin Senja ingin berterimakasih kepadanya itulah yang ia pikirkan.

Langit langsung beranjak dari atas tempat tidur ia pergi mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah, hari ini anggota inti blacklion berencana berangkat bersama. Teman-temannya sudah menunggu Langit sejak tadi tapi Langit belum juga siap.

"Bi, gaji di rumah ini berapa sih?" tanya Arjuna yang masih mengunyah roti

"Maaf den,  itu bisa ditanyakan langsung sama den Langit atau tidak Tuan Anderson." ucap bibi ART dengan ramah

"Yah bibi mah, kalau gajinya besar saya mau coba daftar jadi bagian dari rumah ini." ucap Arjuna ngasal

"Apa lo bilang, mau jadi bagian dari rumah ini? Ngak salah lo? Mana mau bokap Langit ngangkat lo, lagian lo itu beban." hardik Darren yang duduk di sebelahnya

"Dengerin ya, sebeban-bebannya gue. Lebih beban lagi si Langit." ucapnya, sosok yang dibicarakan pun tiba.

"Baru tau lo kalau gue beban?" tanyanya yang langsung mendapat cengiran dari Arjuna

"Lo mandi lama banget setan, capek gue nungguin lo." omel Ryan, ia duduk di sebelah Reza yang ikut sarapan di rumah Langit.

"Coba disuruh nungguin Amanda make up berjam-jam gak ada tuh ngeluh 'gue capek nungguin lo'." sindir Arden, jika soal sindir menyindir dengan ucapan pedas Arden lah jagonya.

"Sumpah ya, kalau di rumah gue sarapan cukup satu menu aja. Lah di rumah lo, udah ada roti plus selai, nasi goreng lagi, terus belom lagi buah-buahan." ucap Jay yang sedang sarapan nasi goreng

"Ayo berangkat," ajak Ezra. Ezra sengaja ingin ikut karena bosan jika harus dikelas, ia pernah bolos bahkan alpa dan itu membuat Papanya sangat marah.

"Eh iya, ayolah nanti kita telat." ucap Reza yang masih mencomoti beberapa roti

"Nanti telat, nanti telat. Dah emang telat anj." timpal Ryan yang melihat jam di tangannya

Para laki-laki dengan motor besarnya keluar dari gerbang pekarangan rumah Anderson, motor-motor besar itu melewati jalanan ibu kota. Dengan kecepatan yang maksimal akhirnya mereka sampai di gerbang belakang sekolah, mereka sudah tau jika gerbang depan telah di kunci.

"Motornya taruh disini aja." ucap Arjuna memberikan saran yang bagus

Di belakang sekolah ini terdapat warung kecil dimana penjaga tersebut seorang wanita yang telah janda, biasanya banyak yang pergi kesini hanya untuk bolos atau nyebat.

"Mbak Marni, motor kita-kita numpang parkir disini ya." ucap Arjuna

"Siap, taruh aja disitu." ucap Mbak Marni yang mengizinkan mereka untuk memarkirkan motornya

Mereka satu persatu loncat dari pagar pembatas yang memang terkunci, mereka kira tidak ada yang mengawasi ternyata sedari tadi Bu Rani sudah mengawasi mereka. Sudahlah Bu Rani memang musuhnya para murid nakal disekolah ini.

"KALIAN INI YA! SILAHKAN PERGI IKUTI SAYA!!" teriaknya hingga beberapa kelas yang dekat membuat para murid langsung melihat ke arah mereka

"Ih si Bu Rani pakek ngawasin lagi." ucap Darren kesal

"Tau nih, berharap gak di hukum malah di hukum." timpal Ryan yang juga ikut kesal

"Salahkan aja si Langit, siapa suruh lama banget mandinya." ucap Arjuna

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang