BAB 21

5.1K 368 110
                                    

Happy reading!

Decitan suara motor sport memasuki pekarangan sekolah membuat beberapa pasang mata beralih menatap sang pengendara. Bisik-bisik mulai terdengar saling bersahutan. Mencibir tanpa tahu siapa dibalik helm yang menutupi si pengendara.

Pemuda dengan balutan Hoodie hitam masih nangkring di atas jok motornya tanpa ada niatan untuk membuka helm full face nya.

Tidak lama kemudian, datang motor KLX hitam yang terlihat mengkilap dengan motif-motif abstrak yang unik. Pengendara itu membuka helm full face nya dan membanting helm itu asal. Dia turun dari motornya dan menghampiri si pengendara motor sport.

"Turun lo!"

Pengendara motor sport itu menurut dan turun dari motor, langsung berhadapan dengan gadis yang kini memandang tajam.

"Buka helm lo!"

Pemuda itu menurut dan membuka helm full face nya, seketika pekikan dan teriakan histeris dari kaum hawa membuat pemuda itu risih. Beda halnya dengan gadis yang masih berdiri kini diam mematung sambil mengucek matanya berulang kali, guna memastikan penglihatannya tidak salah.

"Lo ngapain di sini?"

Pemuda itu mengangkat alisnya sebelah. "Menurut lo?"

"Apanya?"

"Tuh." Matanya mengarah ke motor KLX yang di sampingnya.

"Apa sih?!"

"Gue mau ganti rugi."

Gadis itu mengangguk. "Oh." Tangannya menengadah, meminta sesuatu dan kembali berucap, "Mana? Yang banyak ngasih duitnya, soalnya motor gue masih baru di modif dan lo seenaknya bikin motor gue lecet."

"Nggak sengaja."

Gadis itu berdecak. "Bodo. Cepetan! Bentar lagi masuk nih."

Pemuda itu menghela napas. "Nih pake," katanya sambil menyerahkan kartu hitam.

Gadis itu memicing. "Ini nggak kosong, 'kan?"

"Nggak."

"Oke. Lo balik sana, nanti gue kembaliin kalau motor gue dah sele-"

"Thania kenapa belum masuk?"

"-sai."

"Hm."

"Oke. Thank you Galang!"

Setelah kepergian Galang, Shaka menatap Thania, sedang menciumi kartu itu beberapa kali membuat Shaka menggeleng-geleng. "Ekhem! Thania."

"Eh iya, kenapa?"

"Masuk!"

Thania menurut dan pergi meninggalkan Shaka yang masih menatap Thania sampai punggung tegap itu hilang ditikungan koridor.

****

Setelah tiga jam berkutat dengan buku pelajaran, bel istirahat akhirnya berbunyi. Disambut dengan gembira oleh semua murid, begitu pun dengan kelas XII IPA 2, mereka semua langsung pergi keluar kelas guna menjernihkan pikiran mereka agar rileks akibat rumus-rumus matematika.

Sama hal dengan Thania, gadis itu mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir dan itu membuat para guru yang mengajar serta para murid sekelasnya menganga tidak percaya.

Saat ini Thania sedang berjalan menyusuri koridor dengan langkah tegas dan pandangan mata yang tajam membuat beberapa para murid tidak berani menatapnya secara terang-terangan.

Thania baru saja kembali dari rumah sakit kemarin, dia tidak langsung pulang. Thania menyuruh Satria mengantar ke bengkel untuk mengambil motor barunya, motor KLX keluaran terbaru yang sudah di modif.

Thania ingin segera menggunakannya, dia berangkat ke sekolah menggunakan motor barunya. Namun, di pertengahan jalan dia disenggol oleh si pengendara motor sport yang membuat Thania oleng dan jatuh. Alhasil motor barunya itu bergesekan dengan aspal yang membuat motor itu lecet. Dan sialnya pengendara motor sport itu malah asyik mengemudikan motornya tanpa ada niatan untuk berhenti atau pun membantu.

Kembali lagi kepada Thania yang saat ini sedang berjalan menuju kantin, perutnya sudah keroncongan minta diisi. Tapi di pertengahan koridor dia malah tertembak bola.

Thania sedikit oleng karena pusing di kepala. Dia menunduk dan seketika matanya membulat saat melihat cairan merah yang mengalir dari hidungnya.

"Thania!"

Suara derap langkah menghampirinya membuat Thania penasaran. Dia melirik sekilas kepada Shaka dan Zoni. Entah kenapa Thania selalu bertemu mereka berdua.

"Lo nggak papa?" Shaka bertanya dengan nada datar.

 "Gue nggak papa."

Zoni menjitak kepala Thania pelan. "Hidung lo berdarah."

Thania mendengkus, menghiraukan ucapan Zoni. Tangan Thania sesekali menghapus darah yang mengalir dari hidungnya.

"Sori, gue nggak sengaja."

Perkataan seseorang mengalihkan atensi para murid yang menonton begitu pun dengan Thania.

Shaka menatap tajam orang itu. "Lain kali hati-hati."

Thania menatap orang itu intens, kemudian berujar, "Gue lagi baik hari ini, jadi lo bisa pergi sebelum hari baik ini berubah jadi hari nggak baik buat lo."

Orang itu mengangguk dan melenggang pergi, meninggalkan beberapa murid yang mendesah kecewa karena Thania tidak bereaksi.

"Tumben lo nggak balas tuh orang."

Thania mengangkat bahunya acuh. "Gue lagi belajar jadi orang baik."

Zoni mencibir, "Besok-besok lo pasti balas dendam."

Thania mengangguk membenarkan. "Ya pastilah. Orang gue cuma sehari aja jadi orang baik. Jangan harap besok gue masih jadi orang baik."

Setelah mengucapkan itu, Thania pergi meninggalkan Shaka dan Zoni yang menggeleng-geleng tidak habis pikir.

"Ada ya orang begitu."

****

Thania kini sedang menyantap bakso dengan nikmat seorang diri. Dia tidak peduli saat ini tengah menjadi tontonan. Biasa seleb, makan aja ada yang merekam, tidak ada kerjaan sekali.

Tak!

Thania tersenyum tipis. "Jangan lihatin gue mulu dong, gue kan malu dilihatin terus," ujarnya sambil menatap mereka dengan senyuman manis yang sangat menyebalkan. "Nggak ada kerjaan banget, lihatin gue mulu."

"Kita nggak lihatin lo, kita lagi lihatin yang duduk di belakang lo," sahut salah satu dari mereka. "Jadi orang nggak usah ge'er."

Thania menghela napas panjang berusaha sabar. Ingat dia lagi baik hari ini, jangan sampai kelepasan. "Oh." Percayalah saat ini Thania sangat malu! Tapi, dia berusaha biasa-biasa saja, padahal dalam hatinya dia  merutuki kebodohannya. "Malu banget cok."

Dengan gerakan pelan, Thania memutar badannya melihat ke belakang, dan saat sepenuhnya menghadap ke belakang, dia menatap orang-orang itu malas.

"Hai Than, apa kabar?"

"Bacot!"

Lagi-lagi Zoni, Shaka dan teman-teman OSIS lainnya.

****

Telah direvisi
_20 Mei 2024_

My Perfection Is Badgirl Where stories live. Discover now