BAB 23

5K 329 117
                                    

Thania mengerjap pelan ketika matahari mulai mengintip dibalik tirai kamarnya, dia melirik ke arah jam weker di atas nakas yang berdering nyaring. Tangannya bergerak malas mematikan benda tersebut.

Pukul enam pagi Thania sudah bangun, dia regangkan tangannya ke atas lalu menyelusupkan satu tangannya ke dalam piama bagian lengan yang hanya sebatas pundak, kemudian menggaruk keteknya dengan tampang acuh dengan mulut sesekali menguap lebar.

Dengan gerakan malas dia turun dari ranjang, kemudian keluar kamar dan berjalan santai menuruni tangga.

Satria yang sedang berkutat dengan kegiatannya, membantu bi Sri menyiapkan makanan, tiba-tiba Thania datang dengan muka bantal dan masih terlihat jelas garis-garis bekas tidur di pipi serta rambut panjangnya yang terlihat kusut dan acak-acakan menambah kebujilan gadis itu. Walaupun seperti itu kecantikan Thania sama sekali tidak berkurang.

"Opa sama Oma udah pergi lagi, Bang?" tanya Thania, dia mendudukkan bokongnya di kursi.

Satria menuangkan nasi goreng buatan bi Sri ke dalam piring sambil berkata, "Udah tadi pagi subuh."

Thania menggaruk kepalanya. "Cepat amat perginya. Nggak sampai sehari, udah pergi lagi aja."

Satria membawa dua piring nasi goreng tersebut ke meja makan. "Biasa, masalah perusahan."

"Emang nggak ada yang gantiin dulu?"

Satria duduk di samping Thania. Tangannya bergerak mengikat rambut adiknya dengan gerakan pelan. "Ada. Tapi ini masalahnya serius, ada yang korupsi di perusahaan Opa. Jadi masalah ini nggak bisa dianggap sepele, bisa berabe kalau bukan Opa yang tanganin."

Thania mengangguk sambil mengunyah nasi goreng yang pas di mulutnya, sangat lezat. "Terus Oma ngapain ikut?"

Satria tersenyum. "Opa bucin sama Oma. Jadi ke mana pun Opa pergi Oma harus ikut. Opa itu nggak bisa jauh-jauh dari Oma."

Thania mengangguk paham. "Oh."

Satria menyantap nasi goreng tersebut dengan gerakan santai. Dia sudah rapi dengan Jas  kantornya. "Kamu nggak sekolah?"

Thania menggeleng. "Mager, Bang."

Satria menghela napas panjang. "Besok LDKS buat OSIS baru," ucapnya tiba-tiba. Tangannya bergerak mengambil piring bekas Thania dan menumpuknya dengan piring bekas makan dirinya.

"Kok Abang tahu?" tanya Thania.

"Dari wali kelas kamu." Tidak heran jika Satria selalu mengetahui tentang kegiatan di sekolah Thania. Satria selalu berkomunikasi dengan guru-guru di sana. Dia selalu dapat informasi apa saja kegiatan sekolah yang akan dilaksanakan, dibanding Thania yang tidak tahu apa-apa jika ada kegiatan sekolah.

Thania mengangguk. "Jadi besok libur dong?"

"Nggak libur. Tapi yang ikutan LDKS dispen."

"Enak dong nggak belajar."

Satria menjitak kening Thania pelan. "Dasar." Kemudian Satria berdiri dari duduknya sambil membawa piring bekas makan tersebut untuk dicuci.

Thania bertopang dagu, memikirkan kegiatan apa yang harus dilakukan hari ini. Jemarinya terus mengetuk meja dengan pelan. "Apa gue ke butik aja ya?" monolognya lalu mengangguk membenarkan. "Bolehlah. Dari pada nggak ada kerjaan sama sekali."

My Perfection Is Badgirl Where stories live. Discover now