BAB 32

3.3K 255 165
                                    

Happy reading!

"Lo pada ngapain sih ke sini?"

Thania menatap satu persatu orang yang kini tengah duduk di ranjang besarnya. "Gue lagi belajar. Jangan ganggu lo pada!" Setelah pulang sekolah, Thania segera mengerjakan PR supaya nanti bisa bersantai.

"Iya-iya nona ambis." Luna berbaring dengan terlentang, dia menatap Thania sekilas. "Lagian lo kenapa sih jadi rajin begini?"

Faura ikut berbaring di sebelah Luna, diikuti oleh Ghea dan Acha. Jadilah keempat gadis itu berbaring dengan berjejer. Sedangkan Thania? Dia duduk di kursi belajarnya sambil mencatat materi, tidak memedulikan keempat temanya itu.

"Ambis karena terpaksa dia." Faura menjawab pertanyaan Luna sembari terkekeh. Faura sudah berteman dengan Luna beberapa minggu, begitupun dengan Acha dan Ghea. Keempat gadis itu sudah sangat Akrab seperti sudah berteman sejak lama. Oh jangan lupakan juga Thania.

Thania memutar bola mata malas. "Serah."

"Btw, Tha. Shaka sama teman-temannya tadi pada kenapa sih?" Faura bertanya dan pertanyaan Faura hanya dijawab dengan gelengan oleh Thania.

Bukan tidak tahu, Thania malas menceritakan.

"Haha! Njing ngakak banget!"

Ghea membalikkan tubuhnya yang tadi terlentang kini menjadi tengkurap. Gadis itu masih tertawa dengan apa yang dia lihat di ponselnya.

Thania berdecak, dia menutup buku catatannya dengan keras. "Apa sih Ghe? Tiba-tiba ketawa. Waras lo!"

Ghea cengengesan. Dia kembali berguling, membuat posisinya kembali terlentang. "Lo pada cek deh Instagram lambe turah sekolah kita."

Faura tingkat penasarannya tinggi, segera membuka Instagram lambe turah. "Pfff ... Siapa yang posting ini coy. Berani banget."

Di postingan tersebut, terdapat foto para murid, bahkan para guru dengan editan lucu serta kata-kata yang menghibur.

Gambar serta kata-kata lucu menjadi alat untuk menghibur diri kita sendiri, kita bisa melupakan sejenak masalah yang sedang kita alami.

Luna merapatkan tubuhnya ke arah Faura. "Ada apa sih?"

"Noh lihat!"

Luna menukik alisnya tajam. "Hapenya mati."

Faura menarik kembali ponselnya. "Lah, lah hape gue kok ngelag." Faura menepuk-nepuk ponselnya yang tiba-tiba menampilkan layar hitam.

"Hape kentang," celetuk Thania.

Faura mendelik sinis. "Hape kentang mah cinitnit."

"~Aiyaiya bang Joni suka jablay~"

"~Aiyaiya bang Joni suka jablay~"

"~Tret tret bawa duit, tret~ tret~ dod dod~ Aiyaiya bang Joni suka jablay~"
 
"Acha lo apaan sih?" Ghea terbahak. Dia menabok paha Luna beberapa kali membuat sang empu meringis kecil.

Ghea meredakan tawanya. "Bener-bener ya lo, Cha. Ya Allah gini amat punya temen."

"Perasaan nggak ada yang lucu deh." Faura berujar. Mimik wajahnya terlihat datar. "Gitu aja ketawa."

Ghea memutar bola matanya malas. "Serah gue lah."

Luna bangun dari tidurannya. Dia menatap jengkel ke arah Ghea. "Kalau ketawa ya ketawa aja, nggak usah main fisik."

Ghea mempoutkan bibirnya. Dia menyatukan tangannya, kemudian berujar, "Maaf, hehe."

Thania menggeleng-geleng, kemudian terkekeh kecil saat menatap Acha yang kini tertidur dengan mengemut ibu jarinya. "Udah-udah berisik, si Acha lagi tidur tuh." Thania menunjuk Acha dengan dagunya.

My Perfection Is Badgirl Where stories live. Discover now