Ketika menghidupkan ponsel, banyak notifikasi yang masuk. Beberapa panggilan ia lewatkan. Panggilan-panggilan tersebut dari bunda, Doni, Yora dan juga Dira. Diyo mengusap wajahnya pelan. Kenapa dia bisa melupakan Rey, mereka pasti kebingungan mencari dirinya yang tiba-tiba tidak ada kabar bahkan di saat keadaan Rey belum membaik.
Lelaki itu memejamkan matanya pelan, membiarkan pikirannya tenang sejenak. Kenapa semuanya terjadi bersamaan? Kenapa harus orang-orang terdekatnya? Apa yang harus Diyo lakukan agar tidak kehilangan mereka berdua?
"Diyo...."
Samar-samar Diyo mendengar namanya dipanggil.
"Diyo?"
Bahunya diguncang pelan sehingga dia tersentak dan membuka matanya. Ternyata itu bukan halusinasinya, namanya benar-benar dipanggil oleh seseorang.
"Kamu beneran di sini? Dari mana aja?" Yora tidak percaya bahwa dia bertemu Diyo tidak sengaja di sini.
"Ra? Gimana keadaan Rey?" Diyo segera berdiri dari duduknya ketika menemukan Yora di depannya.
"Kamu kemana?" tanya Yora balik.
Diyo bingung harus menjawab apa.
"Keadaan kak Rey memburuk, tapi kamu ngilang gitu aja?"
"Memburuk?"
Yora mengangguk. "Kak Rey ngidap penyakit apa? Kenapa dia belum sadar sampai sekarang?"
"Rey pingsan?"
"Kamu dari mana aja sih? Bunda juga nyariin, semua orang panik dengan keadaan kak Rey. Cuma kamu yang bisa jelasin ke bunda kak Rey kenapa."
"Bunda udah tau Rey dirawat di mana?"
Yora diam sejenak. "Kata kak Doni bunda maksa ikut ke rumah sakit hari ini. Kayanya bunda sekarang udah tau keadaan kak Rey yang sebenarnya."
Diyo menghela napas. Ia bisa membayangkan bagaimana perasaan bunda jika mengetahui kondisi Rey. Kepalanya terasa sakit memikirkan semuanya.
Yora bisa menangkap raut gelisah di wajah Diyo, tapi sepertinya lelaki tu tidak ingin membagi bebannya. Yora ingin sekali membantu, meski ia kesal Diyo menghilang tanpa kabar dalam beberapa hari terakhir.
Drttt...drttt..
Diyo segera mengambil ponselnya yang sedang dicharger. Ternyata ibunya Ziko yang menelepon. Tanpa berlama-lama lelaki itu segera mengangkatnya.
"Halo bu?"
"..."
"Beneran?"
"..."
"Iya Diyo segera ke sana."
Setelah menutup panggilannya, Diyo segera bergegas untuk kembali ke rumah sakit tempat Ziko dirawat karena ibunya memberitahu bahwa Ziko baru saja sadar.
"Diyo mau kemana lagi?" Yora menarik baju Diyo sebelum lelaki itu meninggalkannya.
Diyo berpikir sejenak, tidak ada salahnya jika Yora ikut dengannya. Setelah mengunjungi Ziko mereka akan pergi ke rumah sakit tempat Rey dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya
[THIRTY SIX]
Mulai dari awal