Perjalanan ke tempat piknik tidak terlalu lama. Abimanyu dengan cepat memarkirkan mobilnya hingga kini mereka bisa keluar menuju tempat piknik.
Rafa yang sudah bangun digendong sang papa. Al sudah lengket nemplok dengan sang mama sedangkan Nadia berjalan di depan memimpin.
"Kita di sini aja, ya. Tempatnya lumayan sepi." Shellena mengangguk mengiyakan ucapan sang suami.
Tempat piknik di bagian ini cukup sepi. Ada banyak pohon rindang yang meneduhkan. Rumput-rumputnya juga tak terlalu tinggi sehingga tidak mengganggu acara mereka.
Tikar yang dibawa langsung digelar oleh Abimanyu. Nadia menata makanan ringan di atas tikar membantu sang mama. Sedangkan Shellena menurunkan kedua putranya agar bisa duduk nyaman beralaskan tikar.
Wanita itu tidak lupa membawa babyseat berukuran kecil untuk tempat duduk putra kecilnya. Sebagai jaga-jaga.
"Ahh... Udaranya seger ya mas." ucap Shellena mendongakkan kepala menatap langit biru. Menikmati hembusan angin yang membelai wajahnya.
Kini tinggal mereka berempat di atas tikar. Nadia sudah berlarian mengeksplor tempat ini sesuai instingnya. Kala melihat yang menarik mata, anak perempuan itu langsung berhenti untuk melihatnya. Seperti tidak mengenal lelah.
Al yang sedang gemar merangkak pun mulai menjelajah. Tangan dan kakinya seperti gatal ingin bergerak menyusul sang kakak yang sudah berlarian ke sana kemari. Sedangkan Rafa terlihat malas-malasan duduk menyantap makanan ringan tiduran di paha sang papa.
"Adek, di sini aja, sayang. Sama mama ya, ga usah ngikutin kakak. Kakak lari-larian gitu kamu belum bisa ngejarnya." Shellena menarik sang putra mundur. Memangku Al yang membelot.
Untung saja bayi itu menurut setelah dialihkan perhatiannya menggunakan balon. Al kembali damai tentram tidak meronta-ronta ingin menyusul Nadia.
"Pusing, yang?" tanya Abimanyu. Raut lelah tergambar jelas di wajah cantik sang istri. Sudah pasti Shellena pusing mengurus dua putra dan satu putri yang berbeda kepribadian.
Shellena hanya menjawab pertanyaan suaminya dengan senyuman. Senyuman penuh makna tetapi sulit diartikan secara spesifik.
Nadia kembali setelah merasa lelah. Gadis kecil itu langsung menjatuhkan dirinya berbantalkan paha Abimanyu. Keringat mengucur di mana-mana. Rambutnya juga turut basah terkena keringat.
"Minum dulu, sayang." Shellena menyodorkan sebotol minuman untuk menyegarkan tubuh Nadia. Diterima dan diteguk bocah perempuan itu.
Shellena menyiapkan makanan untuk mereka santap. Kotak-kotak makanan dengan berbagai lauk lezat juga nasi terhidang di atas tikar. Abimanyu dan putra-putrinya siap bergulat menghabiskan masakan sang mama.
"Aku mau katsu nya yang banyak." pinta Nadia menyodorkan tempat nasi miliknya. Request kepada sang mama yang bertugas membagikan lauk.
"Ga boleh banyak-banyak. Nanti yang lain ga kebagian." sahut Abimanyu. Raut permusuhan ditunjukkan Nadia kepada sang papa.
"Engga apa-apa, mas. Aku bawa banyak kok tadi jadi ga akan kehabisan."
Nadia menjulurkan lidah mengejek Abimanyu. "Tuh dengerin. Papa sewot aja sama aku. Padahal aku cuma minta katsu engga minta yang lain."
Abimanyu mencibir putrinya. Laki-laki itu menyuapkan sesendok penuh nasi dan macam-macam lauk yang dimasak sang istri. Rasanya lezat menyentuh lambungnya. Sampai-sampai rasanya ia ingin pingsan.
Nadia juga dengan lahap menyantap makan siangnya. Berikut dengan Rafa yang mulai bisa makan sendiri dan Al yang disuapi sang mama. Bayi itu hanya makan sedikit sedangkan sisanya disusui Shellena.
Perut kenyang membuat putra-putri Abimanyu dan Shellena tepar. Nadia tertidur beralaskan perut sang papa, sedangkan Rafa tidur dengan bantal kecil di kepalanya. Al juga terlelap di stroller dengan tangan sang mama menepuk-nepuk pahanya.
Abimanyu si tua bangka juga turut tidur. Sebenarnya hanya berbaring karena matanya tidak terpejam. Laki-laki itu meletakkan kepalanya di paha sang istri. Matanya mengamati wajah cantik Shellena dari bawah.
Kepalanya yang diusap-usap wanita itu membuatnya tersenyum. Nyaman sekali berada dalam posisi seperti ini.
Shellena yang menyadari sedang diperhatikan seseorang menundukkan kepalanya. Menatap Abimanyu yang masih melihatnya dengan senyum.
"Kenapa, mas?" tanya wanita itu.
Abimanyu menggeleng menyebabkan dress yang dikenakan Shellena tersingkap berantakan. "Engga kenapa-kenapa, yang." ucapnya.
Shellena hanya geleng-geleng. Tangannya masih setia membelai lembut rambut sang suami. Matanya mengamati sekitar melihat tempat piknik yang mulai kehilangan pengunjung. Mungkin karena panas yang mulai merebak membuat manusia malas berlama-lama. Beruntung tempat mereka terhindar dari panas yang menyengat.
Cup. Sebuah kecupan Shellena rasakan di salah satu bagian tubuhnya. Bukan di pipi, kening atau bibir. Melainkan di bagian bawah payudaranya. Membuat wanita itu menunduk melihat si pelaku.
"Gede, sih, wajah mas kayak mau ditimpa nenen kamu." ucapnya melontarkan alasan saat melihat wajah bertanya-tanya sang istri. Senyum tanpa dosa ia tampilkan.
Pipi laki-laki itu dicubit Shellena. "Nakal."
"Mau cium." pinta Abimanyu. Bibirnya mengerucut mendeskripsikan apa yang diinginkannya.
——
GANTUNG YA? TEMUKAN PART LENGKAPNYA DALAM BENTUK E-BOOK
YUK CARI TAHU ABIMANYU BAKAL DAPET KEINGINANNYA GA YAA??🤔LINK PEMBELIAN :
https://play.google.com/store/books/details?id=VaZxEAAAQBAJ&PAffiliateID=1101l7N6JBISA TANYA-TANYA DI DM ATAU CHAT NOMOR YANG ADA DI BIO AKU!!
—END—
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY SUGAR DADDY [END | SUDAH TERBIT]
Romance🚫 IF YOU'RE CHEATIN' PHOBIC JUST GET OUT OF MY STORY 🚫 ⚠️⚠️ *I know you all like this symbol😋 Bukan salah Shellena jika ia jatuh cinta dengan seorang pria yang lebih tua lima belas tahun darinya. Bukan salah Bima juga jika ia menyukai gadis yang...
MLSD • 42
Mulai dari awal