06. Dari Radio Tua

Mulai dari awal
                                    

Kumpulan lagu lawas dari lobo yang di putar lewat radio tua milik ayah. Lagu dengan judul 'how can i tell her' yang di rilis pada tahun 1973 itu memang salah satu lagu favoritnya bapak Septio. Sebenarnya dia memang penyuka lagu-lagu lawas barat seperti ini, entah itu lagu-lagunya Michael Jackson, George Benson, Mariah Carey atau siapapun penyanyi lawas lainnya. Saking seringnya lagu-lagu favorit ayah di putar, Tristan sampai dikit-dikit hapal dengan lirik setiap baitnya.

"I can tell her my troubles
She makes them all seem right
I can make up excuses
Not to hold her at night
We can talk of tomorrow
I'll tell her things that I wanna do
But girl,
How can I tell her about you?"

Masih di lagu yang sama tapi kali ini terdengar suara ayah dari teras yang ikut bernyanyi, senada dengan lagu yang masih berputar. Dimana di teras depan ada ayah dan kak Jovan yang lagi duduk tenang sebatas menikmati angin malam, lalu bunda sibuk di dapur, menggoreng sebungkus risoles yang tadi pagi beli di pasar, katanya. Sementara Tristan dengan alat-alat gambarnya di ruang keluarga.

"How can I tell her about you?
Girl, please tell me what to do
Everything seems right whenever I'm with you
So girl, won't you tell me
How to tell her about you."

Tristan yang saat itu cuman hapal bagian reff nya doang, tiba-tiba ikutan nyanyi sambil jadiin pensil gambar sebagai microfon. Lantas kali ini bukan cuman suara ayah dan lagu yang terdengar malam itu, tapi suara Tristan juga, bernada kompak dengan berjalannya lagu juga cengkok yang searah dengan alunan musik. Berasa ada konser dadakan.

Lagu belum usai, konser dadakan antara ayah dan Tristan pun masih berlanjut. Tetapi teriakan bunda dari dapur mampu memecah segalanya, termasuk lagu yang masih berputar langsung ayah matiin begitu saja.

"UDAH MATENG!" teriakan bunda kembali terdengar.

Tristan menyahut, "Otw bund.." lalu buru-buru beresin alat gambarnya.

Dari arah teras ayah sembari nuntun Jovan jalan pelan-pelan menuju dapur, tapi biarpun langkah ayah dan Jovan lebih dulu, karena Tristan sempatin untuk beresin barang-barangnya. Tristan tetap menjadi orang pertama yang sampai di dapur, karena jelas Jovan menjadi perantara lambatnya mereka. Kemudian tanpa aba-aba meraih ratu risoles yang masih panas.

Sadar dengan refleks yang dihasilkan kulitnya, dia gelagapan sendiri, memindahkan risoles itu dari tangan kanan ke kirinya diulang-ulang seraya meniupnya berulang kali tanpa jeda.

"Udah tau masih panas, main langsung ambil aja." Jovan mencebik. Walaupun kakaknya itu tidak bisa melihat, tapi kadang Jovan diam-diam mengetahui kejadian-kejadian apa yang ada di rumah. Tristan juga kadang dibuat bingung.

Tristan tidak menyahut sama sekali malah semakin fokus meniup risoles tadi kemudian duduk di samping bunda, sementara di depan ayah samping-sampingan sama Jovan.

Di saat Tristan masih bermain dengan risoles panas, yang lain malah dengan mudahnya mengambil dengan menggunakan garpuh. Refleks melihat itu dia melemaskan otot-otot pundaknya merasa kecewa, dan sontak mengundang gelak tawa yang lain termasuk Jovanka.

"Bund. sepatu yang model park chanyeol punya Jovan, ditaro dimana ya?" sambil mencolek saus dengan risoles yang diarahkan bunda, Jovanka bertanya.

Untuk sejenak bunda menoleh-noleh, karena sadar dia juga lupa akan dimana letak barang yang di maksud. Dan ketika bunda menoleh ke belakang 90°, dia ber-oh. "Ada di bawah tangga," katanya.

[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang