'O-Osamu... keadaannya.. hiks.. di-dia kritis..'
~•~
Atsumu menjatuhkan heandphonenya dengan wajah terkejut dan kaget. Masih terdengar suara itu bundanya yang memanggil Atsumu karena terdengar jika handphonenya jatuh.
~•~
'T-Tsumu.. Kenapa?'
'Atsumu...?'
'S-sayang, kau kenapa?'
'ng-ngak! gak mungkin! Samu itu kuat! gak mungkin dia kritis'
'Atsumu! bunda serius!'
'NGAK! SAMU GAK KRITIS! DIA CUMAN PURA-PURA DOANG! ITU GAK BENERAN! GAK MUNGKIN! DOKTER PASTI SALAH MEMERIKSA SAMU! SAMU CUMAN TIDUR BIASA BIAR KONDISINYA MEMBAIK!'
'Atsumu.. hiks.. bunda gak bohong... hiks... tenanglah.. kendalikan emosimu.. hiks'
~•~
Atsumu mengambil handphonenya dan berlari keluar apartemen dan menyalakan mobilnya. Lalu, menjalankan mobilnya dengan cepat. Hujan mulai menderas. Entah kenapa, hujan menyesuaikan kejadian hari ini.
'sial! kenapa hujan harus deras?!' Batin Atsumu sambil berdecih. Atsumu menyetir mobil secepat mungkin sampai kecepatan maksimal. Untung jalan sepi membuat peluang Atsumu bergerak cepat ke rumah sakit.
Terdengar bundanya masih memanggil nama Atsumu. Karena, telpon belum diputus tapi tak ada ucapan dari pihak lain, hanya suara decitan roda mobil.
~•~
'Bunda tunggu Tsumu! Tsumu akan secepatnya kesana! Di ruangan UGD, Kan?'
'I-iya, tapi kau harus hati-hati menyetirnya..'
'Tenang saja, bunda! Tsumu akan segera sam--'
(TEEEETTT!!!)
'tsumu? hei, Atsumu? Atsumu? kau kenapa? apa dijalan macet? ke-kenapa ada suara klakson yang keras'
~•~
Disana, Bundanya memanggil Atsumu bertubi-tubi dengan wajah yang ketakutan. Ayahnya yang melihat itu khawatir.
"Sayang? ada apa dengan Atsumu?" Tanya ayahnya dengan hati-hati.
"T-tadi ada suara klakson yang sangat keras. A-aku takut Tsumu tidak baik-baik saja" Ucap bundanya dengan gemetar dan ketakutan.
"He-hei, tenanglah sayang. Pasti ponsel Atsumu terjatuh. Coba kau panggil lagi" Ucap Ayahnya yang dibalas anggukan bundanya.
~•~
'Atsumu?'
'Miya Atsumu? kau baik-baik saja, kan?'
'ponselmu hanya terjatuh, kan?'
'Hey, ada mobil kecelakaan! ayo hubungi polisi dan ambulan!'
'Apa korban masih bisa selamat?!'
'Lihat ada orang!'
'HEY, ITU MIYA ATSUMU! SETTER UTAMA MSBY!'
'CEPAT HUBUNGI AMBULAANNNN!!'
'hah? A-atsumu? Atsumu, jawab bunda! Atsumu jawab bunda! cepat jawab bunda! bunda salah dengar, kan! ATSUMU! MIYA ATSUMU!'
~•~
"Ada apa, bunda?!" Tanya Ayahnya dengan panik. Bunda menatap ayah dengan tatapan sedih. Air matanya mulai mengalir.
"Atsumu.. Atsumu kita.. kecelakaan.." mendengar itu ayah langsung terpukul. Ia terdiam. Disaat itu juga, dokter keluar dari ruangan dengan wajah sedih.
"D-dokter! bagaimana dengan keadaan anak saya?!" Bunda langsung menanyakan ke intinya. Ia merasa, bahwa kabar Osamu masih bisa menjadi kebahagian.
"Hahh... maafkan kami tuan, nyonya.. kami tidak bisa menyelamatkan anak anda.." ucap dokter dengan wajah menyesal. Bunda menatap dokter dengan tak percaya. Kakinya tak kuat berdiri lalu jatuh terduduk dan menangis sekaras-kerasnya. Ayahnya hanya mengusap matanya yang juga mulai penuh dengan air mata. Dua kabar yang tak mengenakkan. Kematian si dua kembar adalah sesuatu yang menyakitkan hati. mereka meninggal di waktu yang bersamaan. Atsumu yang tertabrak truk dan Osamu yang telat ditanganin dokter. dan berakhirlah kisah si Miya bersaudara. Mati bersamaan. Kita mau bagaimana lagi, takdir adalah takdir dan kita tak bisa merubahnya. Hujan mengguyur bumi dengan sangat deras. Seakan langit menangis mendengar kematian si kembar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain for Miya twin's | Miya twins fanfiction [end]✔
FanfictionRabu, 20 januari 20** hari yang tak akan pernah Atsumu lupakan. hari terakhir dimana ia melihat Osamu menatapnya sebelum ia koma. "hei, kalian. tenang ya disana. jangan sering bertengkar, akurlah. kalian sudah dialam lain. Miya Atsumu & Miya Osamu" ...
4# - Yon [ End ]
Mulai dari awal