♧Chapter16♧

Mulai dari awal
                                    

Drtt.....

Handphone yang masih berada di genggamannya bergetar mengalihkan atensi gadis itu. Jari jempolnya bergerak menekankan tombol power sehingga layar yang tadinya berwarna hitam kini berubah menampilkan lockscreen dan juga tampilan pop up pesan dari Wina.

Wina : Sudah jam Makan siang.....

"Gue harus pergi. Dan soal tadi, anggap aja lo gak liat apa-apa. Dan please, jangan bocorin ke siapa-siapa."

Yoshi mengangguk mantap. Seolah-olah dirinya sangat meyakinkan Winter untuk berjanji dan melakukan sesuai perintah gadis itu. "Gue gak bakal ngomong ke siapa-siapa kok. Kita kan teman, iya kan?" Laki-laki itu menaikkan jari kelingkingnya dan mengisyaratkan kepada Winter untuk ikut menautkan jari kelingking gadis itu juga.

"Iya. Gue percaya. Lo orang pertama yang tahu ini selain orang-orang terdekat gue."

Jari kelingking mereka terlepas tergantikan menjadi genggaman tangan. Hanya Yoshi yang menggenggam tangan Winter. Sedangkan gadis itu hanya diam turut mengamati laki-laki itu yang sudah menggenggam erat tangan kanan miliknya. "Kalau gitu, gue boleh kan masuk di list orang-orang terdekat lo?" Gadis itu mengerjap. Mencerna baik-baik perkataan laki-laki yang saat ini berada di depannya. Lagi-lagi, senyum teduh itu mampu membuat Winter merasa damai. Ah, bagaimana bisa laki-laki yang tadinya mampu membuat dirinya jengkel setengah mati mempunyai senyum semanis itu sih?

.

.

.

.

.

Krak... Krak!!

Percayalah, itu bunyi tulang jari-jari Beomgyu. Laki-laki itu baru saja keluar dari gedung sekolah dan sekarang dirinya tengah berjalan menuju motor kesayangannya yang terlihat terparkir di parkiran khusus motor tak jauh dari tempatnya berdiri.

Helm fullface miliknya sudah dia pasangkan di kepala. Saatnya menyalakan mesin si roda dua dan meninggalkan pekarangan sekolah. Namun, itu hanyalah sebatas niat belaka. Buktinya, saat ini dirinya merasakan ada sesuatu yang menahan motornya dari belakang. Ah, lebih tepatnya terdapat dua sosok manusia abnormal yang menarik motornya kebelakang. Seolah-olah tidak akan membiarkan Beomgyu pergi dari sana.

Kening Beomgyu mengkerut mendapati Giselle dan Sunoo. Yah, dua orang yang dimaksud menahan motor Beomgyu adalah kedua orang itu. "Kalian ngapain?" tanyanya. Percayalah, Beomgyu bertanya namun masih menggunakan helmnya. Kepalanya hanya berbalik namun tidak ada niatan untuk turun dari motor.

"Mau ikut."

"Lah. Kalian berdua mau ikut gue pulang? Bonceng tiga?"

"Iya/tidak!" Giselle dan Sunoo serentak menjawab bersamaan. Giselle mendelik ke arah Sunoo lalu memukul pundak laki-laki itu.

"Ya enggak lah. Kita mau ngajak lo jenguk Winter."

"Ho'oh. Winter udah satu minggu gak ke sekolah. Kemarin kita ke rumahnya tapi gak ada siapa-siapa. Jadi buat jaga-jaga, kalau misal Winter gak ada di rumahnya nanti, kita bisa numpang di rumah lo."

Penjelasan dari Sunoo sungguh membuat Beomgyu tidak habis pikir. Antara dirinya hanya dimanfaatkan atau mereka benar-benar mengajaknya? Entahlah. Laki-laki itu hanya bisa menghela nafas pelan dan kembali membuka helmnya.

Matanya melirik Sunoo dan Giselle yang masih setia berdiri di belakang motornya secara bergantian. "Terus gimana?"

"Gimana apanya?" Mereka berdua kompak bertanya secara bersamaan. Motornya kembali dia standar lalu kakinya turun sepenuhnya  aspal. "Tujuan kalian nyegat gue pulang apaan?"

Terlihat Sunoo hendak membuka mulut siap-siap menyauti pertanyaan Beomgyu, namun tangan Giselle dengan cepat menampik wajahnya sehingga membuat wajah Sunoo menengok ke arah kiri.

"Jangan ngadi-ngadi deh Noo. Gue gak mau ya cabe-cabean sama kalian berdua."

Sunoo berdecak kesal lalu menatap Giselle dengan raut wajah suntuknya. Padahal dirinya hanya berniat bercanda. Toyoran Giselle benar-benar tidak santai. Oh, lihatlah raut wajahnya, sangat menyebalkan. Seolah-olah gadis itu tidak melakukan apa-apa sebelumnya.

"Jadi?"

"Gue mau ikut."

Ketiganya menoleh. Di jarak dua langkah dari mereka terdapat sang ketua eskul basket tengah berjalan santai ke arah mereka. Tas yang di sampirkan di bahu kanan dengan kedua tangan di masukkan ke saku hoodie miliknya. Satu kata yang dipikirkan Giselle ketika netranya melihat ke arah laki-laki itu, 'keren'.

"Mau ikut kemana lo?" Sebelah alis Beomgyu terangkat menatap Asahi dengan raut wajah bingung. Sebenarnya ada apa dengan hari ini? Niatnya untuk pulang ke rumah dan tidur di kasur empuk miliknya sirna seketika.

Di langkah terakhir milik Asahi, laki-laki itu melihat mereka bertiga satu persatu. Sorot matanya seperti biasa. Datar namun penuh intimidasi. Giselle yang merasa terlalu dekat dengan Asahi seketika menggeser Sunoo sedikit menjauh dari laki-laki itu. Jujur saja, Giselle sedikit yah... Dia tidak mau bersifat pengecut kalau dia takut dengan tatapan Asahi.

"Kalian mau ke rumah Winter kan? Gue mau ikut."

"Lah. Motor cuma satu, gimana caranya kalian bertiga mau ikut sama gua?"

"Gue sama Sunoo bakal naik bus. Lo bisa boncengan sama Giselle. Fiks kan?"

Lantas Sunoo segera menoleh ke arah Asahi yang barusan menyeterukan pendapatnya dengan raut wajah agak terkejut. Heol, dia sih tidak masalah harus naik bus, tapi... Kenapa harus bersama dengan Asahi? Jujur saja, dirinya merasa tidak nyaman dengan ketua basket itu. Selain auranya yang agak menyeramkan, Asahi juga terkenal dingin dan tidak biasa berbicara dengan orang lain. Lantas, bagaimana dengan dirinya? Suasana canggung pasti tidak terlepas dari mereka berdua nantinya.

"Ok fiks. Gue bareng Beomgyu. Lumayan hemat ongkos."

"Lu ikut kita ajalah Sel. Ya kan Gyu? Lo gk mau Giselle ikut sama lo kan? Emmm... lo mau mampir ke suatu tempat dulu kan?" Tatapan Sunoo yang mengarah ke arah Beomgyu seolah-olah menjadi kode untuk mengiyakan perkataannya tadi. Beomgyu sebenarnya bingung, namun melihat Sunoo yang melotot ke arahnya, dengan cepat dia mengangguk mengiyakan.

"Yah... ongkos gue cuman bisa buat satu kali naik bus."

"Lo kalau gak mau sama gue, bilang. Gak usah pakai bohong segala." Ucapan datar milik Asahi membuat Sunoo dengan cepat menggeleng.

Laki-laki itu mulai berjalan meninggalkan mereka. Sepertinya Asahi akan ke halte bus duluan. Lantas, Sunoo gelagapan setengah mati, dia mengira Asahi telah merajuk sepertinya.

"Udah deh, udah. Lo sama Beomgyu ajah. Gue mau bujuk si kulkas dulu. Ngambek kayaknya tuh anak,"

"Lo hati-hati kalau bonceng Giselle. Jangan ngebut. Lo juga Sel, sadar diri, badan lo gentong. Jangan kebanyakan gerak kalau di bonceng Beomgyu."

Selepas kepergian Sunoo, Beomgyu dan Giselle masih setia berdiri di tempat mereka. Tentu dengan alis yang terangkat sebelah. Sejak kapan Sunoo dan Asahi akrab?

"Ngapain sih tuh orang harus pake acara ngikut segala? Emang dia teman Winter?"

"Udah gak usah bacot. Kehadiran Asahi itu spesial bagi Winter. Yuk berangkat."





"Langkah awal, dimulai."




Tbc guys.....

Cinta Penawar KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang