Seaside : Chapter 4

Mulai dari awal
                                    

Jane terekeh karena dia tahu bahwa teriakan tersebut menandakan bahwa kakaknya pasti belum siap. Dan selama menunggu kakaknya itu, Jane duduk di halamam belakang Mansion milik keluarganya. Jaraknya memang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat, namun kedua matanya masih sangat jeli bahwa di ujung sana ada Pantai. Dia ingin bermain disana dengan waktu yang lama, tetapi sebelum itu dia lebih mementingkan untuk mengunjungi daerah-daerah sekitar.

Tanpa disadari, Stanley sudah siap dan kini dia berdiri tidak jauh dari keberadaan adiknya.

“Kamu pasti ingin bermain disana, kan?”

Suara itu membuat Jane tersenyum, dia menoleh lalu mengangguk antusias.

Stanley terkekeh, “kalau begitu, kita harus segera kesana. Kakak juga ingin menyaksikan terbenam disana.”

Jane melompat-lompat kecil, dia juga meminta kakaknya agar diberi izin untuk mengendarai salah satu mobil yang tersimpan di garasi Mansion. Usia Jane memang sudah legal, akan tetapi Stanley masih khawatir dan takut jika adiknya mengendarai mobil. Bukan apa, dia sedikit trauma karena saat pertama kali diajarkan, Jane langsung menginjak pedal gas dan tidak langsung mengerem.

“Aku janji kak, aku akan lebih hati-hati. Sebenarnya, aku pernah mengendarai mobil temanku, dan semua berjalan lancar.”

Stanley menghela napasnya, “baiklah, jika memang kamu sudah merasa yakin. Tapi ingat! Jangan mengendarainya dalam kecepatan tinggi.”

Jane tersenyum lalu memeluk tubuh kakaknya seraya berterima kasih.

Dan tanpa membuang waktu lagi, kedua kakak beradik itu pun pergi menuju salah satu destinasi wisata di kota Busan, Busan Tower. Jane ingin menyaksikan keindahan kota Busan saat tengah disinari oleh mentari menghangatkan. Yup, apa yang menjadi salah satu rencanya telah berhasil, dia banyak memotret dan tidak lupa berfoto bersama sang kakak tercinta.

Berbeda dengan sang adik, Stanley jutsru membatin mengharapkan sebuah keajaiban atau apalah itu agar dia bisa segera menemukan keberadaan wanita yang sangat dirindukannya.

“Tuhan, kumohon… dengarkanlah doaku ini. Aku sangat mencintainya, pertemukanlah diriku dengannya.”

Stanley memejamkan matanya seraya menikmati hembusan angin pagi yang terasa menyejukkan.

Jane yang tadi wajahnya penuh kegembiraan tiba-tiba perlahan berubah, tatapan sendu dia perlihatkan saat kakaknya masih memejamkan matanya. Entah perasaannya yakin atau tidak, sebagai seorang adik, dia ingin sekali setidaknya meringankan beban yang dipikul kakaknya.

Di suatu gedung di perkotaan Seoul, Yelena dengan pakaian formal nan rapihnya sudah siap untuk memulai rapat. Secara intens dan mendetail, Yelena menjelaskan beberapa materi yang menjadi pokok tujuan awalnya mengapa dia menyetujui pertemuan itu. Joohyuk Nam, sang pemilik perusahaan merasa senang akan presentasi yang diberikan Yelena, terlebih apa yang dijelaskannya itu cukup menarik.

Hari itu juga, Joohyuk Nam memberikan dokumen perjanjian kerjasama. Yelena sempat terkejut, karena biasanya orang-orang atau petinggi lainnya akan membutuhkan waktu untuk memikirkannya kembali, tetapi ini berbeda.

Yelena mengajukan diri memberi saran kepada Joohyuk, namun sang CEO tersebut enggan mengiyakan. Menurutnya, jika dalam pandangannya bagus dan menarik, itu tidak perlu membutuhkan waktu untuk meyakinkan diri. Setelah sejenak berpikir, Yelena akhirnya menyetujui dan langsung menandatangani dokumen itu.

Joohyuk Nam bangun dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kepada Yelena.

“Senang berbisnis dengan Anda, Nona Yelena. Semoga kerja sama kita ini akan membuahkan hasil yang luar biasa.”

Seaside [KSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang