Seokjin menoleh ke belakang dan tersenyum ke arah Dohwan. Memotong kalimat dari pengawal pribadinya itu, "ayo Dohwan-a, kita akan segera mengakhiri ini semua."

     Seokjin dengan mudah bisa memasuki lantai tempat kantor Jaewook berada, wajahnya tak asing lagi untuk pegawai di sana juga untuk sebagian besar orang di Korea. Jaewook bahkan segera mempersilahkan ia naik saat resepsionis depan menelpon ke ruangannya.

"Presider Song telah menunggu di dalam, wakil presider Kim."

   Seokjin dan Dohwan disambut oleh sekertaris Jang. Pria paruh baya itu membukakan pintu untuk Seokjin.

"Tunggulah di luar aku akan berbicara dengan pria itu, " Bisik Seokjin pada Dohwan.

"Tapi, Tuan muda."

"Tenanglah Dohwan-a, aku akan bik-baik saja."

    Mau tak mau Dohwan mengangguk, membiarkan Seokjin masuk sendirian lalu pintu besar ruangan Jaewook itu tertutup.

                    ********

"Lihat siapa yang datang ke tempatku, Kim Seokjin, idol hebat, kebanggaan negara bukan?."

   Seokjin masuk dan disambut oleh perkataan Jaewook yang sama sekali tak disukai pria itu. Jaewook duduk di sofa besar yang ada di tengah ruangan luas milik pria itu. Melihat kearah Seokjin dengan pandangan meremehkan yang tak disukai pria itu.

"Silahkan duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silahkan duduk."

  Seokjin berusaha tenang, ia duduk berhadapan dengan Jaewook.

"Aku tak berfikir harus mendatangimu seperti ini. Tapi bukankah kau menyerangku terlebih dahulu, untuk mendapatkan perhatian dari kami."

   Jaewook tertawa, "Orang-orang banyak mengatakan kau lebih pandai dari kakakmu, dan sepertinya mereka benar."

"Kenapa kau terus membuat masalah dengan kakakku?."

"Aku sepertinya tak lagi tertarik dengan kehidupan kakakmu itu sekarang."

"Lalu apa yang kau inginkan Jae wook-ssi, kau bahkan membeli saham dengan harga mahal kan! " Tanya Seokjin tak sabar, berbicara dengan pria ini cukup menguras emosi Seokjin.

"Bukannya kalian harusnya berterimakasih padaku, aku menyelamatkan perusahaan kalian, tapi kali ini ada yang lebih kuinginkan daripada perusahaanmu."

"Jangan berbicara berbelit-belit, katakan apa maumu."

       Seokjin sedikit terkejut, selama ini pria di depannya ini begitu bersemangat menghancurkan keluarganya terutama sang kakak, apa yang membuat seorang Song Jae wook berhenti menghancurkan kakaknya. Kedatangannya ke perusahaan pria ini pun salah satunya adalah demi impian sang kakak agar perusahaan mereka tak dihancurkan oleh pria di depannya ini.

"Tunanganmu, aku menginginkannya, berikan dia padaku, lalu aku akan melepaskan perusahaanmu."

     Seokjin beediri dengan amarah yang jelas terlihat di wajahnya, menatap garang ke arah pria yang kini duduk santai dengan kaki saling menopang.

"Jangan bicara sembarangan!," Teriak Seokjin, "jadi ini tujuanmu, karena itu kau menyuruh Lisa datang ke tempatmu?."

"Aku hanya mengatakan di depanmu, kau ijinkan atau tidak aku akan tetap mendapatkan Lalisa, Seokjin-ssi."

"Jangan bicara omong kosong, " Emosi Seokjin meledak.

"Wae, " Jae wook menurunkan kakinya, ia kini menaruh kedua kakinya di lantai, sambil menautkan kedua tangannya, ia mendongak menatap Seokjin yang terlihat sudah sangat marah, "kau tahu kan aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan."

     Seokjin membenci Jae wook, terlebih saat pria itu bicara dengan nada rendah, sambil menatapnya tajam.

"Tutup mulutmu!."

"Aku hanya menawarkan kesepakatan padamu," Jae wook berdiri dengan angkuh, ia berbalik untuk berjalan ke arah meja kerjanya sebelum ia berbalik menatap Seokjin,"dengan persetujuanmu atau tidak aku akan tetap mendapat Lalisa karena aku menginginkannya!!."

    Seokjin tak tahan lagi hingga ia merangsek memukul Jaewook tepat di wajah pria itu, "aku akan membunuhmu, bila kau berani mendekati Lisa."

   Jaewook terhuyung, ia menyeka sudut bibirnya yang berdarah karena pukulan dari Seokjin. Berdecih pelan.

   Seokjin hendak maju untuk menarik kerah Jaewook saat ponselnya berbunyi, panggilan dari Jinhyuk.

"Bicaralah, " Seokjin menerima panggilan Jinhyuk, ia menugaskan asistennya itu untuk menjemput Lisa di tempat kerja kekasihnya itu hari ini.

"Hyung, Bae Irene berada di sini, Nona Lisa sedang berdebat dengannya."

        Seokjin dengan segera mematikan panggilan Jinhyuk dan menatap berang ke arah Jaewook, "aku akan segera menemukan bukti yang akan membuatmu membusuk di penjara! Jadi pria brengsek sepertimu, menjauh dari tunanganku!!."

    Seokjin keluar tanpa menoleh kembali pada Jaewook, membanting pintu ruangan Jaewook keras.

     Jaewook memejamkan matanya pelan. Ia berjalan menuju kursinya untuk duduk di sana. Tiba-tiba ia teringat dengan perkataan sang ayah saat lelaki yang ia benci itu merelakan perceraiannya dengan ibu Jaewook di saat-saat terakhir hidupnya.

"Aku bisa bersaing dengan ribuan orang yang menyukai ibumu, tapi aku akan kalah bila harus bersaing dengan orang yang ia sukai."

   Jaewook menatap foto sang adik yang berada di atas meja kerjanya, "Subin-a, aku melakukan hal yang benar kan? Tunggu sebentar lagi sebelum aku membawa Kim Seokjung ke neraka aku harus lebih dulu mendapatkan Lisa. Dia tak kalah cantik darimu dan baik hati seperti Eouma. Kenapa aku tak bertemu Lisa lebih dulu, " Jaewook mengelus foto sang adik, "dia mencintai pria lain."



Jang Nara

Jang Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Being Difficult "KSJ"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang