Tidak ada jawaban, Fardan semakin dibuat panik. Cowok itu hanya bisa menunggu dari luar sambil berdoa semoga Nara baik - baik saja. Beberapa saat kemudian Nara pun keluar dari kamar mandi. Wajahnya pucat, badannya juga terlihat lemas."K-kamu gak pa - pa?" tanya Fardan gugup.
Plak!
Nara menepuk lengan atas suaminya."Gak pa-pa ndasmu! Sakit banget ini mas."
Fardan mengusap lengannya sendiri, cowok itu dibuat kaget. Kondisi begini tapi pukulan istrinya masih begitu kuat."I-iya iya aku bingung kamu tiba - tiba mual."
"Iya lagian kamu! Tadi bawa motornya ngebut banget, jadinya masuk angin kan." Sentak Nara lalu merintih kesakitan.
Fardan langsung memapah istrinya."Iya maaf, kan aku pengin cepet - cepet sampai rumah." Jawab Fardan merasa bersalah ternyata dari tadi istrinya menahan sakit. Eh dianya malah mikir gimana nafsunya terpenuhi.
"Iya aku juga minta maaf, aku emang udah janji buat itu sama kamu. Tapi iya gimana? badan aku gak enak banget." Ucap Nara yang juga sedikit merasa bersalah.
Keduanya berjalan pelan menuju kamar."Iya udah kamu istirahat." Suruh Fardan membaringkan tubuh Nara lalu menyelimutinya.
"Berarti kamu udah ikhlasin janji aku?" tanya Nara tersenyum.
"Enak aja. Iya tetep harus dibayar lah." Saut Fardan menuangkan air hangat lalu menyerahkannya pada Nara.
Senyum Nara seketika surut."Punya suami kok gini amat ya Allah. Untung ganteng." Batin Nara lalu meneguk minuman dari Fardan.
"Nih." Nara kembali menyerahkan gelas kearah Fardan.
"Iya udah tidur." Suruh Fardan lalu cowok itu berjalan menuju tempatnya. Baru saja Fardan merebahkan tubuhnya, dia kembali terbangun karena Nara merasa mual."Mau muntah lagi?" tanya Fardan merogoh saku celananya kebetulan disana ada satu kantong plastik berwarna hitam.
Cowok itu memposisikan dirinya supaya lebih dekat dengan istrinya lalu membuka kantong plastik itu kearah Nara."Ayok tuangin aja kesini."
Nara membulatkan kedua matanya, masa iya muntah dikantong plastik udah kaya di bus aja. Gadis itu menggeleng, dan hendak turun dari kasur namun dengan cepat Fardan mencekalnya."Gak usah ke kamar mandi kelamaan." Cegah Fardan.
Karena sudah tidak kuat Nara pun hanya pasrah dan menurut apa yang dikatakan suaminya.
Satu tangan Fardan memijat leher Nara. "Jangan keras - keras mas! Kamu mau bunuh aku?" sarkas Nara heran.
"Oh iya maaf dek, mamas kan panik." Jawab Fardan.
Beberapa lama kemudian Nara kembali menghela nafas panjang. Tenaganya benar - benar sudah terkuras namun ada sedikit rasa lega disana. Pandangan Nara teralihkan kearah suaminya yang sedang memandangi kantong plastik yang dia pegang.
Nara tersenyum."Jijik?"
"Pakai nanya lagi." Saut Fardan.
"Iya udah kalau jijik buang sana. Ngapain diamati? " Saut Nara kembali merebahkan tubuhnya,"lagian salah kamu sendiri nyuruh aku muntah disitu." Lanjutnya.
Fardan pun turun dari kasur lalu mengikat kantong plastik dan menuangkannya."Masih sakit?" tanya Fardan duduk ditepian kasur sambil memijat kening istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARDAN MARGANTARA | BADBOY
Teen Fiction* SEQUEL DEWANTARA Follow + vote + komen kalian = Penyemangatku. *Selow revisi. "Orang tua kita aja bisa damai ,masa kita nggak?" "Mimpi Lo ketinggian Far!" "Apa Gua harus nikahin Lo dulu baru mau damai?" #### "Nara, suatu saat gue pengin banget ng...
🐀 68 JANJI ADALAH HUTANG
Mulai dari awal