Bagian 19

379 14 0
                                    

Mobil abi Zahra telah sampai dipekarangan rumah Zahra, yang bercat biru. "Bi, kok sepi.. umi dimana?" tanya Zahra, kepada abinya yang sedang melepas sabuk pengamannya. "umimu itu dirumahe bude Anggun, soale dirumahe bude Anggun lagi ngadain syukuran" jelas abi Zahra, yang dibalas anggukan kecil dari Zahra yang bertanda Zahra paham.

Lalu sambil menenteng tasnya, Zahra membuka pintu. Kemudian menuju kekamarnya, dia melihat kamarnya yang bercat ungu bergaris vertikal putih. Dengan segera dia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang kesayangannya, kemudian iseng membuka buka twitter-nya. Matanya terpaku pada postingan yang dibuat oleh seseorang yang akhir akhir ini benar benar mengusik hatinya.

è Aza.2410

"Dipenghujung hari yang hampir hilang.

Kutetap menggenggam rasaku.

Tanpa memiliki kesimpulan tentang rasamu.

Hanya mampu ratapi rasaku.

Dan mendo'akan munculnya rasamu.

"Hatinya berdesir pelan, membaca postingan gus Aza yang entah kenapa dia merasa, kata kata itu ditujukan untuknya. Namun dia memilih mematikan ponselnya, dan segera tidur. Karena sudah terlalu larut.

#

1 minggu kemudian...

Zahra menatap pekarangan pondok pesantrennya, yang sudah dicat berwarna hijau, dari kamar para santri. Tiba tiba mbak Fairisha memanggilnya, "mbak Zahra..." panggil mbak Fairisha. "eh, rish... kenapa?" tanya Zahra. "lah.. kok malah mbak Zahra yang ganti lupa sih..ini udah jam setengah 3 pagi mbak... kita harus nyiapin sahur buat anak anak" ucap mbak Fairisha kepada Zahra. "Astaghfirullah,mbak kok bisa lupa sih... yaudah ayo cepetan ke ndalem belakang. Nanti keburu pada bangun para santrinya malah belum siap semua, ayo.." ajak Zahra yang dibalas anggukan oleh mbak Fairisha, kemudian mereka segera menuju ke ndalem untuk menyiapkan sahur untuk para santri.

Aza terbangun karena suara lagu lily milik alan walker yang sengaja dia jadikan sebagai alarm paginya, dia melihat jam yang menunjukkan jam 02.45. dengan segera dia beranjak menuju kekamar mandi, untuk mengambil wudhu. Usai dari kamar mandi dia segera menjalankan rutinitas paginya, yakni sholat tahajjud dan juga sholat hajat. Namun entah kenapa, mulai bulan ramadhan ini dia sangat ingin menjalankan sholat istikharah. Dia merasa ingin menyerahkan semua kepada Sang Pemilik Alam Semesta, termasuk juga dengan urusan jodoh.

Setelah selesai memanjatkan doa, dia segera keluar dari kamar untuk sahur bersama dengan keluarganya. Saat keluar dari kamarnya dia berpapasan dengan kakak sulungnya, Kabir. "eh, tumben udah bangun.. padahal mas baru aja mau ke kamar kamu, eh malah udah bangun duluan.."ucap Kabir, dengan nada meledek. "ye.. mas mah ngledek... toh mas kalo nggak dibangunin si istri nggak bakal bangun.. orang tidurmu aja kaya kebo gitu. Kalo aku mah bisa bangun sendiri tanpa ada yang bangunin" balas Aza, yang juga dengan meledek Kabir. Dengan pelan Kabir menjitak kepala Aza, "ya Allah mas.. disuruh bangunin Aza malah sempet sempetnya becandaan mulu dari tadi, ayo nanti keburu imsak... Aza juga cepet" omel Wilda yang tiba tiba muncul dari gorden pembatas kamar Aza dan perpustakaan abah dengan ruang tengah. Sedangkan Aza dengan Kabir malah saling senggol, dan akhirnya Kabir yang berjalan lebih dulu karena mendapat tatapan tajam dari sang istri. Sedangkan Aza pun berjalan dibelakang Kabir, mengikutinya menuju keruang makan.

#

"Nduk, sini..." panggil ummik, kepada Fairisha yang kebetulan lewat di belakang ndalem depan. Lalu Fairisha mendekat dan mencium punggung tangan ummik dengan takdzim. "Enten nopo ummik?" tanya Fairisha, karena dia tidak tahu kenapa ummik memanggilnya. "Yang ndak sekolah kelas berapa nduk?" tanya ummik, "Mboten sekolah sedanten mik(tidak sekolah semua mik)" jawab Fairisha, dengan kepala menunduk. "Eum.. bilangin ke mbak mbak ya nduk, nanti jam Sembilan suruh siap siap ngaos abah di aula putra putri, kitab Majlis Saniyah. Sekalian yang kang santrinya juga dibilangin" tutur ummik, "Nggeh mik" jawab Fairisha, lalu menyalimi tangan ummik kemudian pamit untuk member tahu para santri yang lain.

#

Aza sedang perjalanan menuju kedaerah kompleks sebelah dari rumahnya, karena dia harus menggantikan kakaknya, Kabir. Untuk mengisi pengajian dikompleks sebelah hari ini, ya, karena profesi dokter yang tidak bisa dia mainkan begitu saja. Tiba tiba ponselnya berdenting satu kali, menandakan ada pesan yang masuk. "Mas Kabir.."gumam Aza pelan. Dia melihat lampu lalu lintas yang sedang menyala merah, dengan segera dia menggunakan kesempatan itu untuk membaca pesan yang masuk.

==

Mas Kabir

Za.. kamu udah tau

Tempatnya belum?

Udah, kata mas di Jalan

Mawar no 15

Mas Kabir

Yang punya acara bilang

Sama mas.. nggak jadi disitu..

Mas Kabir

Jadinya itu di

Jalan Mawar no 35

Iya yaudah

~

Aza tersentak, ketika tiba tiba ada suara klakson mobil. Dia melihat lampu yang ternyata sudah berganti dengan hijau, dengan segera dia melajukan kembali mobilnya. Dan segera mendatangi tempat pengajian yang dimaksud oleh kakaknya, dan segera menyelesaikan amanahnya.

#

Zahra sangat bersemangat ketika tahu, bahwa hari ini ngaos abah dengan kitab yang menjadi kiab favoritnya. Yaitu kitab Majlis Saniyah, namun dia juga membawa kitab kecil hafalannya. Dia memilih tempat paling depan dan dekat dengan abah, karena dia sangatmenyayangkan jika tidak memperhatikan isi dari kitab yang dipelajari. Dia pun juga masih sangat ingat dengan salah satu cerita yang ada dalam kitab Majlis Saniyah, tentang kyai Barseso yang merupakan ahli ibadah namun bukanlah ahli surga. Sehingga ketika dia dijemput oleh kematian, dia meninggal dalam keadaan su'ul khatimah. Dan yang lain lagi tentang manfaat kalimat lailahailallah yang memiliki berjuta manfaat. Dia berpikir ingin lalaran hafalannya, karena abah belum datang untuk mengisi ngaos. Awalnya saat tahun lalu dia masuk kelas 6 diniyah, dia sudah mentarget bahwa hafalan alfiyah nya dikelas 6 harus mendapatkan 700 nadzom, namun ternyata dia malah melebihi apa yang dia targetkan. Kini dia sudah mendapatkan hafalannya sebanyak 850. Jadi hanya tinggal 150 untuk dia mendapatkan hafalan alfiyah nya sebanyak 1000 nadzom. Namun dari cover kitab kecilnya, dia rubah dengan tangan kreatifnya menggunakan tulisan yang dia tulis sendiri.

فقد يكونان منكرين *** كما يكونان معرفين

· Athaf bayan juga bisa terbentuk dari dua isim yang sama sama nakiroh (umum/belum diketahui)

· Sebagaimana biasa athaf bayan terbentuk dari dua buah isim yang sama sama ma'rifat (khusus/diketahui)

ويرفع الفاعل فعل اضمر *** كمثل زيدفي جواب من قرا

· Terkadang fa'il dapat marfu' oleh fi'il yang disimpan

· Seperti pengucapan "zaid", ketika menjawab pertanyaan "siapa yang membaca?"

Dia membaca nadzom yang akan dia hafalkan dengan berulang kali, namun tiba tiba Kurnia, adik kelas yang sangat menggemaskan untuknya menyenggolnya. "kenapa ni..?" tanya Zahra, "abah sampun rawuh mbak..(abah sudah datang mbak..)" ujar Kurnia, yang membuat Zahra langsung menyimpan hafalannya dirak kitab yang ada disampingnya. Lalu dengan segera dia membuka kitabnya, "halaman berapa nduk?" tanya abah sambil melihat kearah Zahra. "halaman lima puluh delapan bah, baris sekawan saking ngandap(empat dari bawah)"jawab Zahra, lalu setelah abah menemukan yang dimaksudkan oleh Zahra. Abah memulai ngaosnya dan Zahra pun menyimak dengan sungguh sungguh apa yang dikatakan oleh abah.

#

Perempuan Abdi Ndalem (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang