***

Selepas makan Alena duduk dikursi balkon sekedar mencari angin untuk melepaskan rasa sesak yang sejak tadi memenuhi dadanya.

Pandangannya tertuju pada gemerlap bintang yang ada dilangit. Wanita itu sangat menyukai bintang, baginya bintang itu sangat cantik ditengah gelapnya malam. Jika ia bisa meminta kepada Tuhan untuk dilahirkan kembali, ia akan meminta untuk menjadi bintang saja. Menjadi Alena Pradipta sungguh melelahkan.

"Belum tidur?" tanya seseorang yang memeluknya dari belakang.

Tanpa melihat orang itu Alena menggeleng karena sudah pasti dia adalah Elvano.

"Angin malam gak baik buat kesehatan."

"Sebentar aja, aku pengen liat bintang."

Elvano beralih untuk duduk di samping Alena dan meletakkan kotak P3K yang ia bawa di atas meja.

"Kamu suka banget sama bintang?" tanya Elvano yang ikut mendongkak ke langit.

"Iya, mereka semua indah."

"Mereka itu ga ada apa-apanya dibandingin kamu."

"Ga usah gombal!"

"Aku serius, kamu itu cantik banget bukan cuma wajahnya tapi hatinya juga lebih cantik," tukas Elvano yang membuat pipi Alena bersemu.

"Len... Sini aku obatin dulu lukanya."

Elvano menarik kursinya untuk mendekat. Dalam jarak yang begitu dekat Elvano bisa melihat dengan jelas luka-luka yang ada diwajah Alena. Pria itu tak habis pikir dengan perlakukan Pandu dan Nita yang sangat kejam terhadap Alena. Alena tidak punya salah apapun kepada mereka berdua, jikalau ada yang patut untuk disalahkan hanya satu orang yaitu Bara -Ayah kandung Alena-

Pria itu tak lebih dari seorang pecundang yang berdalih ingin melindungi Alena tanpa mau mengambil resiko. Ayah yang membiarkan putri kandungnya di siksa selama 18 tahun tak pantas untuk disebut Ayah.

"Sakit?"

Alena menggeleng lemah, "ini gak ada apa-apanya, Van," ujar Alena sembari tersenyum kecil. Bagi wanita itu sudah tidak ada yang perlu ditutupi dari Elvano termasuk kekejaman kedua orangtua angkatnya.

Elvano mendengus kasar. "Emang berengsek tuh tua bangka!"

"Van...," ujar Alena lembut.

"Jangan bela mereka! Aku ga suka!"

"Aku juga ga suka liat kamu yang pendendam gini, ga baik."

Elvano menatap lekat Alena. "Hati kamu terbuat dari apa sih? Makin hari aku ngenal kamu, semakin aku ga mau kehilangan kamu."

Alena terkekeh mendengar ucapan Elvano. "Makanya jagain aku."

Elvano mengelus kepala Alena lalu membawa gadis itu ke dalam dekapannya. "Ga usah disuruh. Aku bakal terus ada di samping kamu. Aku bakal terus jagain kamu dan aku bakal terus jadi penyelamat kamu sampai kapanpun."

"Makasih Van."

Keduanya terdiam menikmati keheningan malam dibawah gemerlapnya bintang yang bertaburan di langit. Alena yang masih berada dalam pelukkan Elvano terus memainkan jari pria itu gemas. Rasanya ia sangat ingin dimanja oleh Elvano saat ini.

Sembari mengelus-elus punggung Alena, Elvano memberanikan diri untuk bertanya hal yang sedaritadi ia ingin ketahui. "Kamu udah tau sejak lama kalau kamu ternyata bukan anak kandung mereka?"

Alena menggeleng lemah lalu tersenyum kecut, "aku juga baru tau tadi."

Pikiran Alena kembali melayang jauh pada saat ia diusir dan diberitahu tentang semuanya.

SHADOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang