13. Pertemuan Kedua

206K 24.1K 784
                                    

-H A P P Y R E A D I N G-

***

Alaskar mengantarkan Araya sampai rumah dengan selamat. Akan tetapi gadis itu memasang wajah cemberut sepanjang perjalanan.

"Gak mau tau, lo harus anterin tas gue!" ucap Araya saat turun dari motor.

"Nanti gue titipin ke si Darren."

"Oke. Sana lo balik," usir Araya secara terang-terangan.

Alaskar menunjuk ke arah kepala gadis yang memakai masker hitam di hadapannya. Araya yang tidak mengerti hanya menyatukan kedua alisnya.

"Apaan?"

"Helm."

Araya tersadar bahwa helm yang dipakainya belum dilepas. Betapa malunya dia sekarang, sudah mengusir ternyata helm milik Alaskar masih bertengger di kepalanya.

"Nih, hatur tengkyu," ucap Araya sembari memberikan helm tersebut.

"Ay," panggil Alaskar.

"Apa lagi? Helmnya kan udah gue lepas."

"Sori."

Araya melipat kedua tangannya di depan dada. Dia menatap Alaskar dengan tatapan datar.

"Lo gak cape minta maaf mulu, Kar? Perasaan setiap ketemu sama gue lo minta maaf mulu. Gue aja yang dengerinnya cape, apalagi lo yang selalu minta maaf tapi tetep diulangi."

Araya yang melihat Alaskar hanya diam melanjutkan perkataannya.

"Jangan cuma gara-gara gue udah berubah, ngebuat lo jadi plin-plan, Kar. Lo udah punya Kiran, jangan serakah."

Araya menepuk dada Alaskar pelan. "Thanks udah anter gue ke rumah sakit, gue maafin lo soal kejadian tadi."

Araya segera masuk ke dalam gerbang, meninggalkan Alaskar yang terpaku di tempat.

Araya tidak bodoh akan permintaan maaf yang selalu Alaskar lontarkan. Walaupun di kehidupan sebelumnya ia belum pernah berpacaran sama sekali, tapi Araya bisa tau apa yang sedang dirasakan oleh Alaskar saat ini.

***

Araya melihat kondisi wajahnya di cermin. Ia mendesah pelan saat melihat lebamnya masih terlihat ketara sekali.

"Kalo kek gini terus, nanti orang tuanya si Aya tau anaknya babak belur."

Araya berdecak kesal. "Bola basket sialan!"

Perlahan Araya menyentuh sudut bibirnya, kemudian meringis saat rasa perih ia rasakan.

"Jadi gini rasanya jadi cowok yang babak belur kalau gelut sama cowok lain."

"Diliat-liat, gue keren juga babak belur kek gini," puji Araya kepada dirinya sendiri.

Tiba-tiba Araya ingat Alaskar. Wajah laki-laki itu tadi babak belur. Ia ingin menanyakan kenapa bisa seperti itu, namun Araya takut Alaskar malah salah paham dan menjadi besar kepala.

"Perasaan pas di lapangan wajahnya masih baik-baik aja. Gue juga gak nampar dia atau nonjok dia, tapi kok bisa babak belur?" ucap Araya terus bermonolog.

Tok tok tok

Pintu kamar Araya tiba-tiba ada yang mengetuk. Araya melirik ke arah pintu dengan malas. Siapa lagi kalau bukan Darren? Karena kedua orang tuanya sedang berada di luar kota.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang