"I will be your driver, whenever you need me to anywhere you wanna go. Except my heart. Because you're already there since I was born." ucapnya satu tahun yang lalu.
I know it's very cheesy, but trust me it means extremely sweet when Harry Edward Styles said it.
Hembusan napasnya yang lembut terdengar di telingaku. Ku lihat dia sedang tertidur lelap di sebelah kursi pengemudi.
Karena aku tak cukup kuat untuk mengangkat tubuhnya ke kamarku, dengan pelan aku berbisik di telinganya.
"Babe, wake up. We already in my house."
Tak butuh waktu lama untuknya untuk bangun dan berjalan menuju kamarku. Louis dan Zayn nampaknya sudah tidur nyenyak di kamar masing-masing.
Akhirnya aku bisa merebahkan badanku ke kasur juga. Hari ini aku benar-benar lelah. Aku pun langsung memejamkan mataku. By the way, Harry sudah terlelap duluan di sebelahku.
Padahal kalau kita sleepover, pasti aku yang tertidur lebih dulu. Aku pun tidur membelakangi Harry. Baru saja aku mau benar-benar ke dunia mimpiku, terdengar suara parau Harry yang sepertinya mengigau.
"Please, don't leave me..."
Never, Hazz. I promise, batinku.
***
Hari ini aku sudah punya janji untuk hang out dengan Liam, Sam, dan Harry di cafe favorit kami.
Setelah pamit pada Zayn dan Louis, aku dan Harry pun langsung melesat menuju tujuan.
Kali ini, Harry yang menyetir. Dia tak pernah membiarkanku menyetir kecuali keadaan darurat seperti kemarin.
"Kau terlihat sangat cantik hari ini, my Janey." puji Harry.
Pipiku memerah walau ujungnya aku memukul lengannya juga.
"Maksudmu, kemarin-kemarin aku tidak cantik, hah?" kataku, pura-pura sebal padanya.
Dia tertawa melihat ekspresi pura-pura sebalku.
"Tidak, babe. Maksudku, kau harus sering-sering menggunakan dress bermotif bunga seperti itu, biar serasi dengan kemejaku." ucap dia sambil mengusap kepalaku.
Entah kenapa aku memang sedang mood mengenakan floral dress. Biasanya aku hanya mengenakan jeans dan kaus.
Jadilah aku dan Harry memakai pakaian yang matching. Aku memakai long floral dress berwarna biru langit sedangkan Harry jeans dan kemeja Saint Laurent bermotif floral berwarna biru langit juga.
Sesampainya disana, sudah ada Liam dan Sam menunggu kami.
"JANEEEEY!!!" teriak Sam kegirangan sambil memeluk tubuhku.
Maklum, sudah lama aku tak bertemu dengan Sam dan Liam. Kami semua pun memesan makanan favorit kami masing-masing. Kali ini Liam yang traktir. I can't love him more than this.
"Sam.....sepertinya kau...." kata Harry tiba-tiba. Belum selesai berbicara, Sam sudah memotongnya.
"Aku sangat tidak fashionable, maksudmu? Kau ini jahat sekali padaku, Hazz. Jane, lihat. Dia selalu mengejekku kalau aku tidak fashionable." kata Sam mengadukan ulah Harru padaku.
Aku dan Liam tertawa mendengarnya. Tetapi Harry tidak. Sepertinya ia ingin menyampaikan sesuatu yanh serius.
"Ada apa, boy? Kau tampak sedang berpikir keras. Apa yang kau ingin sampaikan pada Nona Tidak Fashionable ini?" goda Liam pada Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Late? » Harry » Niall »
Fanfiction[Book 1] When you have to choose the one who always right beside you then left, or the one who left you then make a promise to always right beside you. ⬛⬛⬛ Copyright © 2015 by malikryptonite
Chapter 12
Mulai dari awal