Bab XVII

41.2K 2.4K 48
                                    

🦖🦖🦖

"Qila, hei ayo bangun. Tidurnya pindah ke kamar."

Qila mengerjap begitu merasakan tepukan ringan di pundaknya. Tangan Dirga mengepal melihat kondisi Qila tak baik-baik saja.

Dirga tak peduli pada larangan ayah untuk tidak memindahkan Qila sebelum makan malam.

Begitu mendapat kabar dari Bi Iyem bahwa ayah kembali mengurung Qila di loteng, Dirga pergi meninggalkan kelas yang sedang berlangsung agar dapat melihat kondisi adiknya.

"Ayo bangun jangan tidur gini, badannya sakit nanti."

"Abang?" panggil Qila setengah sadar, suaranya serak. "Jam berapa sekarang?"

"Jam 5 sore."

Qila melepaskan tautan tangannya lalu kembali menggeleng lemah, menolak ajakan Dirga untuk bangun.

"Qila ngantuk, belum boleh keluar sebelum makan malam, nanti ayah marah lagi abang."

Dirga tersenyum sedih. "Gak akan marah, abang yang bakal lindungi Qila."

"Ngantuk."

"Iya, ayo bangun dulu nanti lanjut tidurnya kalau udah pindah kamar." Dirga membantu Qila berdiri, Qila tidur dengan posisi duduk serta kedua tangan memeluk tubuhnya. "Bisa jalan?"

Gelengan lemah dari Qila menambah kekhawatiran Dirga. Wajah adiknya yang pucat terlihat jelas meskipun lampu remang loteng mengaburkannya.

"Ayo, abang gendong."

Setelah mengalungkan tangannya dan membopong Qila yang kembali menenggelamkan kepalanya diceruk leher Dirga, perasaannya semakin memburuk.

Suhu tubuh Qila sedikit naik bahkan napas gadis itupun terasa berat saat menerpa lehernya.

"Ayah mana?" tanya Qila pelan sarat akan ketakutan.

"Pergi, tenang aja ayah gak akan marahin Qila lagi."

Qila mempererat pelukannya di leher Dirga. Menyandarkan kepalanya dengan pasrah dan bernapas lega.

Di tengah undakan tangga mereka tak sengaja berpapasan dengan Saka yang hendak turun mengambil air minum.

Lelaki pendiam itu bergeming melihat kembaranya dalam gendongan Dirga. Matanya menatap Dirga dengan pandangan dalam.

"Nanti aja," ujar Dirga pelan, seperti tahu apa yang ada di dalam pikiran Saka.

"Masalah apa lagi?" sinis Saka.

"Ka jangan sekarang." Larang Dirga penuh penekanan.

Bukannya menyingkir membiarkan Dirga membawa Qila ke kamarnya, dia justru menghadang kedua saudaranya dengan tatapan tajam.

"Bisa gak sih Qi lo gak nyusahin orang-orang di sekitar lo?"

"Saka!"

Saka mendelik mendapati bentakan penuh peringatan dari abang sulungnya.

"Kalo lo gak mampu menuhin ekspetasi ayah, setidaknya jangan bikin masalah dengan tindakan bodoh lo." Pedas, tapi Qila tahu apa yang Saka katakan ada benarnya.

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now