Bab XXIV

43.4K 2.5K 31
                                    

Sometimes "home" is a person

...

Daniel merasa suasana rumah semakin pengap tanpa alasan. Karena harus mengerjakan tugas kelompok Daniel pulang hampir menjelang malam.

Biasanya suara cempreng Qila akan terdengar dipenjuru ruangan, ia sangat senang mengusili Bi Iyem yang sedang menyiapkan makanan atau sekedar menyanyi asal dengan suaranya yang pas-pasan itu.

Akan tetapi, hari ini berbeda.

"Bi!"

"Iya, den?"

"Qila mana kok rumah sepi banget. Masih sekolah?"

Bi Iyem diam cukup lama sebelum membuka mulut. "Eh anu, Neng Qila teh gak masuk sekolah hari ini."

"Sakit?"

"Iya, sakit kepala katanya."

Daniel mengangguk sekilas, bukannya Qila sudah berobat kemarin? Kenapa tidak ada perubahan, Daniel harus memeriksanya sendiri nanti.

"Den Daniel," panggil Bi Iyem ragu ketika Daniel sudah membalikkan badan hendak ke kamarnya.

"Kenapa Bi?"

Bi Iyem meremas lap kotor ditangannya. "Neng Qilanya jangan diganggu dulu ya hari ini."

Kekehan kecil keluar secara spontan. "Ngapain saya gangguin Qila, Bi. Saya cuma mau liat keadaannya doang, gak bakalan diajak berantem."

"Aduh gimana ya bilangnya bibi teh."

"Bilang apa?"

Bi Iyem mendekati Daniel yang masih menenteng tas punggungnya disebelah kiri. "Neng Qila habis berantem sama Tuan."

"Ayah? Bukannya ayah ada urusan ke luar kota?"

"Iya, den. Untungnya siang tadi Den Saka pulang cepet, jadinya sekalian bantuin Neng Qila ngubur mola."

Daniel mengerutkan kening, mencoba memroses informasi yang masuk tadi secara cepat.

"Tunggu." Daniel mengangkat tangannya di depan dada. "Ngubur mola? Maksudnya kelinci yang Qila pelihara?"

"Iya. Tadi siang Tuan dateng tiba-tiba. Neng Qila emang ngeluh sakit sama Bibi tapi dia pengen kasih Mola makan dulu sebentar katanya."

Daniel diam mendengarkan dengan baik.

"Ternyata Tuan marah karena ngira Neng Qila sengaja bolos, Mola diambil paksa sama Tuan mungkin karena terlalu kenceng ya, jadinya gitu.... Mati."

"Terus Qila gimana sekarang?"

Bi Iyem menggeleng tak tahu lebih jauh karena sedari tadi mengetuk pintu Qila pun tak mendapatkan jawaban.

"Coba tanya Den Saka aja, Bibi beneran gak tahu."

Bi Iyem sedikit merasakan syukur melihat perubahan sikap Daniel yang cukup drastis sekarang.

Biasanya, pemuda beramput hitam pekat ini pasti mengabaikan semua hal yang terjadi di rumah, dan menganggap tak ada hubungan apapun dengan hidupnya.

"Biar Daniel yang pastiin sendiri, Bibi siapin makan buat Qila aja. Belum makan, kan dia?"

"Iya den, belum. Ya udah kalau gitu bibi ke belakang dulu ya, den." Daniel mengangguk kecil sebagai balasan.

"Den Daniel."

"Ya?"

Mata Bi Iyem memerah seperti tengah menahan tangis. "Jangan buat Neng Qila nangis lagi ya."

Paradise (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang