Bab XXXI

51.8K 2.7K 217
                                    

She just a girl who wanted to be loved.

She just a girl who wanted to be loved

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Peluh membasahi wajah dan tubuh Dirga. Tidak dia pedulikan sumpah serapah orang lain, pikirannya terpecah, hatinya tidak tenang. Kakinya terus memacu mencari nomor kamar sedari tadi.

Baru saja tangan kanan Ayah datang menemui Dirga di apartemen milik Alya, entah bagaimana cara ayah tahu lokasi apartemen itu, untuk saat ini ia tidak ingin memusingkan hal lain.

Tidak Dirga pedulikan luka di kepala serta tangan yang lecet mulai dibasahi darah. Karena hilang fokus, motor yang Dirga bawa diatas rata-rata oleng hingga hampir menabrak pembatas jalan dan melukai pejalan kaki.

Ruang Inap Anggrek 202.

Pemandangan yang pertama kali menyapa indera penglihatannya adalah Qila yang tengah terbaring dengan wajah pucat tersenyum kearahnya.

"Akhirnya abang dateng," sambut Qila dengan senyum kecil. "Kenapa kepalanya luka? Abang jatoh?"

Dirga menjatuhkan ransel di tangan kanannya. Berjalan pelan menghampiri Qila sambil berusaha menahan rasa sesal dalam dada.

Bagaimana ini? Rasa-rasanya kaki Dirga seperti terkena lem yang begitu banyak hingga sulit digerakkan.

Apa ini hukuman untuknya? Apa ini cara Tuhan menegurnya karena telah lalai menjaga adiknya sendiri? Pemandangan seperti ini tidak asing bagi Dirga sebab bunda pun pernah ada di posisi itu.

Sungguh, Dirga harus bagaimana jika sudah seperti ini?

"Qi," panggil Dirga tercekat.

Bola mata Qila membesar ketika melihat luka di kepala Dirga yang cukup parah.

"Abang berdarah, harus cepet diobatin," ujar Qila yang mulai panik.

"Jangan bangun," tahan Dirga. "Bukan abang yang harus dikawatirin sekarang."

"Tapi lukanya-"

Dirga menggeleng lalu mengambil tangan Qila yang bebas dari infus untuk ia genggam. "Dari kapan Qila tahan semua sakitnya sendiri? Kenapa gak pernah kasih tahu abang soal ini?"

"Abang sibuk gimana bisa aku ganggu? Bang Dirga lagi pusing sama urusan kampus kalo ditambah masalah penyakit aku yang ada semuanya gak bisa abang selesain."

Dirga merutuk tentang eksistensinya yang tidak bisa dipercaya hingga adiknya memilih menahan semua keluh kesah sendiri karena takut membebaninya.

"Semua cerita Qila penting buat abang," ujar Dirga parau.

"Oh ya?" Qila tersenyum kecil. "Abang gak bilang gini karena lagi kasihan sama keadaanku sekarang kan?"

"Qi apa maksud kamu."

"Abang darimana? Kenapa baru dateng sekarang, kalau emang aku sepenting itu seharusnya abang udah dateng dari tiga hari yang lalu."

Dirga meneguk ludah susah payah.

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now