24. Mengundurkan Diri

174K 22.7K 858
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Sesekali Araya menghabiskan waktunya untuk berkumpul bersama kedua orang tuanya, seperti sekarang ini. Jangan lupakan Darren, dia juga bergabung bersama mereka.

Mereka sedang menonton acara televisi yang menayangkan sebuah film pertengkaran rumah tangga.

"Kalo Mama jadi perempuan itu, Mama gak akan maafin Papa," ucap Arumi saat melihat adegan film suaminya yang berselingkuh dengan perempuan lain.

Araya yang sedang bersandar di lengan Papanya mengangguk menyetujui ucapan Mamanya.

"Ceraikan aja, Ma. Ambil semua hartanya," tambah Araya.

"Heh, malah kompor," tegur Papa Araya.

Araya menegakkan tubuhnya. "Gini ya, Pa. Dalam sebuah hubungan, kesalahan bisa dimaafkan, kecuali perselingkuhan."

"Iya kan, Bang?" tanya Araya melirik Darren yang hanya menyimak.

Darren memandang Araya lalu tersenyum yang terkesan sangat dipaksakan.

"Ya, lo bener."

Araya menjentikkan jarinya. "Tuh kan, Bang Darren aja setuju. Yang namanya perselingkuhan itu gak bisa dimaafkan, apalagi selingkuhnya sama orang terdekat. Contohnya sama temen sendiri."

"Benar begitu, Bang Darren?" tanya Araya sembari menyeringai.

Darren menatap adiknya tanpa ekspresi. Dia tau bahwa Araya sedang menyindirnya.

"Good, Mama setuju sama yang kamu ucapkan," ujar Arumi.

"Tumben kamu pinter."

Araya mengibaskan rambutnya ke belakang saat mendengar pujian dari Papanya.

"Papa baru sadar? Aya kan udah pinter sejak dalam kandungan," jawab Araya membuat Irawan memutar bola matanya malas.

Araya teringat akan sesuatu. Dia melihat kedua orang tuanya dengan lekat secara bergantian.

"Kenapa kamu?" tanya Arumi yang menyadari tatapan Araya seperti ada maksud.

"Aya boleh minta sesuatu, gak?"

"Sesuatu?" tanya Papanya.

Araya mengangguk. "Iya, sesuatu."

"Asal jangan minta yang aneh-aneh, akan Papa kabulin."

"Aya mau mobil."

Jawaban Araya nyaris membuat Irawan yang sedang meminum kopinya menyembur. Mereka terkejut dengan permintaan Araya.

"Mobil? Kamu mau mati cepet? Naik sepeda aja gak bisa," saut Arumi.

"Aya bisa, Ma."

"Iya bisa, bisa naik mobilnya."

"Jangan minta yang aneh-aneh, Ay," tambah Darren.

Araya menghela napas kesal. "Aya beneran bisa bawa mobil."

"Mama gak percaya. Lagian kalo kamu bisa, kapan belajar nyetir? Hari-hari kamu aja cuma sekolah, nonton drakor, makan sama tidur."

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz