27. Bekerja Sama?

160K 21.1K 575
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

"Sering-sering datang kesini, sekalian ajak kakakmu juga."

"Siap Bu," jawab Araya sembari tersenyum.

Mereka berdua berpamitan pulang karena sudah cukup lama di sini. Zoya dan Bara berdiri tepat di samping Bu Nirma.

"Kakak cantik mau pulang? Kenapa gak tinggal di sini aja?" tanya Zoya dengan wajah polos.

"Gak bisa Zoya, kakak cantik punya keluarga, punya rumah, engga kayak kita," timpal Bara.

"Kata siapa kalian gak punya keluarga sama rumah? Keluarga kalian itu Bu Nirma sama teman-teman lainnya, dan tempat ini adalah rumah kalian," ujar Nathan seraya berjongkok menyamakan posisinya dengan tinggi anak itu.

Bu Nirma tersenyum mendengar ucapan Nathan.

"Bu, boleh gak kalo Aya adopsi mereka?"

Pertanyaan Araya membuat atensi mereka teralihkan. Nathan berdiri dan menatap gadis itu dengan dahi mengernyit.

"Lo masih sekolah, mana bisa adopsi anak," ujar Nathan.

"Kenapa gak bisa? Bagi seorang Araya gak ada yang gak bisa."

Kebiasaan Nathan pasti selalu menyentil kening gadis itu, membuat Araya meringis pelan.

"Lo pikir adopsi anak gak ada syaratnya? Adopsi anak minimal udah nikah selama lima tahun, dan usia paling rendah itu 30 tahun. Benarkan, Bu?"

"Iya, apa yang Nak Nathan katakan benar," tambah Bu Nirma.

Araya mencebik kesal, dia melirik Zoya dan Bara secara bergantian.

"Tapi mereka lucu-lucu, Nath. Kalo bikin sendiri belum tentu hasilnya selucu mereka."

Nathan terbelalak, begitu pun dengan Bu Nirma yang tampak terkejut dengan ucapan Araya barusan. Berbeda dengan Zoya dan Bara, mereka memandang Araya dengan raut wajah polos.

"Kakak cantik bisa buat manusia?" tanya Bara.

Araya mengangguk dengan tak berdosanya.

"Heh, malah ngangguk!" tegur Nathan jengah.

"Maaf Bu, biasa kalo siang otaknya suka geser," lanjut Nathan. Bu Nirma hanya tersenyum memaklumi.

"Kakak cantik kelen! Zoya mau kayak kakak cantik," seru bocah perempuan itu.

"Bara juga mau kayak kakak cantik bisa buat manusia," saut Bara.

"Kalo kalian udah gede—"

"Araya .... " desis Nathan yang sudah sangat jengah dengan kelakuan gadis itu.

Araya terkekeh pelan. "Santai, Nath."

Nathan memutar bola matanya malas. Bersama Araya dia harus mempersiapkan wajah setebal mungkin, karena tingkah laku gadis itu yang selalu diluar nalar.

"Yaudah Bu, kita pamit pulang dulu," ucap Nathan.

"Iya, salam untuk kedua orang tua kalian."

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now