Aslan terkekeh. Dia tahu betul reaksi semacam apa yang diberikan Bu Firda setelah tahu putrinya akan menghampiri sang calon suami. Aslan juga melihat kebahagiaan yang sama dari wajah bundanya saat tahu ia akan mengajak Bintang makan di luar tadi malam. Bahkan, ayahnya juga tersenyum dan mengakui kerja bagus Aslan untuk hubungannya dengan Bintang.
Bukan hanya para orang tua, Aslan juga tidak menyangka suasana semacam ini akan hadir dalam hubungannya dengan Bintang. Mengingat bagaimana ketus, galak, dan tegasnya Bintang saat menolak perjodohan mereka sekitar sebulan yang lalu, rasanya mustahil Aslan akan duduk makan siang ditemani oleh Bintang.
“Dokter Aslan?”
Mereka berdua pun menoleh. Ternyata, beberapa orang sudah duduk di dekat meja mereka dengan pandangan penuh ingin tahu. Tiga di antara mereka langsung tersenyum saat bertukar pandang dengan Aslan. Namun, satunya lagi hanya memasang wajah datar.
Eh, ini dokter yang waktu itu, kan? Dokter Chelsea? gumam Bintang dalam hati.
“Lagi makan siang, ya, Dok?” tanya salah satu suster. Dia memang sedang bicara pada Aslan, tetapi pandangannya lurus pada Bintang.
“Iya, Sus. Kalian juga lagi makan siang.”
“Kita baru kembali dari kafetaria. Ke sini mau beli teh,” sahut yang lain. Ia juga sama, terus memperhatikan Bintang sembari tersenyum tipis. “Ini siapa, Dok? Pacarnya?”
Aslan kembali memutar kepalanya. Tatapan penuh mesra langsung dia tunjukkan pada Bintang. “Ini calon istri saya, Sus.”
Saat itu juga, napas ketiga suster tertahan. Mereka langsung bertukar pandang dengan mata yang mencuat setengah. Sedangkan Chelsea, dia malah membuang muka. Meski samar, tetapi terdengar ada decakan dari bibirnya.
Bintang pun berdiri. “Halo, Sus. Salam kenal. Saya Bintang, calon istri Aslan.”
“Owalah, ternyata udah jadi calon istri? Saya kira baru pacaran aja!” sambut Suster Olin. “Salam kenal, Mbak. Saya Suster Olin, ini Suster Mia, yang itu Suster Yanti.”
Perempuan itu mengangguk sopan seraya mengedarkan pandangan. Tatapannya berhenti pada Chelsea. Panas hati, Mbak? Judes banget!
“Dokter sama calonnya emang cocok banget. Yang ganteng ketemu sama yang cantik paripurna. Pas banget!”
“Suster bisa aja.” Bintang tersenyum malu-malu. Ia melirik Chelsea sekilas. Senyum miring langsung tercetak saat melihat wajah perempuan itu tampak kecut. Lalu, ia kembali bertukar pandang dengan tiga suster itu. “Silakan duduk, Suster. Gak enak kalau ngobrol sambil berdiri.”
Aslan gelagapan. Dia menarik tangan Bintang dan melototinya.
“Gak apa-apa, bentar doang, kok. Aku juga perlu kenal sama rekan kerja kamu,” bisik Bintang. “Terutama sama cewek yang waktu itu kamu antar pulang,” lanjutnya.
Seakan diberi jalan untuk mengorek bahan gosip, ketiga suster itu langsung menarik kursi dan bergabung bersama Aslan dan Bintang. Chelsea juga melakukan hal yang sama. Mau tidak mau, dia harus berpura-pura gembira dengan kabar Aslan yang sudah memiliki calon istri.
“Wah, sekarang Dokter Aslan punya orang yang antar makan siang. Padahal, biasanya makan di kafetaria. Itu pun harus sendiri, gak suka ada yang nemenin,” cetus Suster Mia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly to You [Tamat]
RomanceApa yang salah dari status lajang di usia 30 tahun? Apakah itu adalah sebuah kesalahan besar sampai orang-orang di sekitar terus bertanya kapan menikah? Hanya karena belum memiliki pasangan, hidup Bintang Skylar tidak menyedihkan sama sekali. Justru...
22. Lunch Together
Mulai dari awal