29. Toilet Sekolah

152K 20.1K 979
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Araya menghentak-hentakan kakinya dengan raut wajah tidak bersahabat. Kakinya terasa kebas, ditambah panas matahari yang sangat terik padahal masih pagi.

Sudah lebih dari sepuluh menit, kepala sekolah masih memberikan amanat yang isinya itu-itu saja. Tidak jauh dari permasalahan tata tertib, kebersihan, dan juga kedisiplinan.

"Masih lama gak, sih? Kaki gue kebas," bisik Araya kepada Elita yang berdiri di sampingnya.

"Mana gue tau," jawab Elita.

Araya mendesah pelan. Dia sangat tidak suka dengan yang namanya upacara. Selain panas, upacara juga sangat lama saat menyampaikan amanat pembina upacara.

"Ray, liat deh anak-anak Ravloska," bisik Elita.

Araya langsung melihat ke depan. Dia bisa melihat anggota Ravloska berbaris dengan menghadap ke mereka.

"Mereka masih ada rasa peduli juga sama lo. Rela-relain dihukum demi lo."

"Pesona gue emang gak bisa diragukan lagi," ujar Araya dengan suara sepelan mungkin.

Elita memutar bola matanya malas. "Kalo mereka kembali kayak dulu, lo mau jadi bagian mereka lagi?"

"Najis!" saut Araya cukup keras membuat orang-orang di sekitar mereka menoleh.

Elita memukul lengan Araya pelan. "Jangan keras-keras kampret, nanti ketauan Pak Alam."

"Ehem!"

Suara deheman bapak-bapak membuat tubuh kedua gadis itu menegang. Baik Araya maupun Elita tidak berani menoleh.

Akan tetapi mereka berdua mencoba memberanikan diri untuk menoleh. Pertama kali yang mereka lihat adalah wajah Pak Alam yang sangat tidak bersahabat bahkan bisa dibilang menyeramkan.

"Eh Bapak, umur panjang juga .... " ujar Araya seraya menyengir.

"Panjang umur, bukan umur panjang," bisik Elita di telinga Araya.

Pak Alam memandang mereka dengan garang, kedua tangannya berkacak pinggang.

"Kalian berdua, baris di depan bersama mereka!" perintah Pak Alam dengan marah.

"Tapi Pak—"

"Sekarang!"

Araya menghela napas pasrah. Dia dan Elita mau tidak mau harus bergabung berbaris di depan bersama Ravloska.

"Makanya kalo upacara jangan ngegosip," sindir Yolla tersenyum sinis.

"Kamu juga baris di depan!" ucap Pak Alam kepada Yolla.

Yolla terbelalak. "Loh, kok saya juga kena Pak? Yang berisik kan mereka berdua."

"Sekarang!"

Yolla menatap gurunya tidak percaya. Sedangkan Araya dan Elita tersenyum penuh kemenangan.

"Mampus, kena juga kan lo," ucap Elita, sedangkan Yolla menatap mereka berdua kesal.

Mereka bertiga langsung pergi sesuai perintah Pak Alam. Kepala Elita dan Yolla menunduk karena malu saat berbaris di depan, tapi tidak dengan Araya.

Ravloska heran melihat mereka bertiga yang tiba-tiba bergabung bersama mereka.

"Kenapa lo ke sini?" tanya Alaskar pelan kepada Araya, karena gadis itu berdiri tepat di sampingnya.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now