Bab XXXIV

45.7K 2.5K 42
                                    

Kalau pikirannya diisi sedih terus, kapan bahagianya?

Kalau pikirannya diisi sedih terus, kapan bahagianya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Masuk kamar dulu, gue ambil kotak obat." Qila mencekal tangan Saka sambil menatapnya dengan bingung, ia lalu menunjuk sisa salep di ujung bibirnya dengan wajah polos.

"Kan udah di obatin sama Dion."

"Sama gue belum."

Lah? Qila cengo melihat Saka yang pergi begitu saja. Saka itu sekarang makin hari semakin aneh saja kelakuannya. Meskipun perubahannya ke arah yang lebih baik tapi tetap saja Qila selalu dibuat takjub dengan tingkahnya sekarang.

"Bi kotak obat disimpan dimana?"

"Oh sebentar bibi ambil dulu, ada di kamar bibi den."

"Tolong ambilin bi, bibir Qila lebam Saka bikin kompresan dulu."

"Luka kunaon den? Naha bisa luka." Bi Iyem menatap Saka dengan cemas. "Tuan juga lagi keluar sebentar, den. Perlu bibi telepon?"

"Berantem, bi." Saka menipiskan bibir. "Gak usah, biar ayah tahu sendiri."

"Gustii nu agung." Bi Iyem mengurut dadanya cemas. "Tunggu sebentar ya den."

"Anu ... den Saka," panggil Bi Iyem pelan. "Nanti sekalian obatin luka di punggung Neng Qila ya."

"Luka apa bi?" Saka menautkan alisnya bingung.

Bi Iyem tampak memilin lap kecil di tangannya, wajahnya yang menua ragu-ragu saat hendak bicara. Qila selalu melarang Bi Iyem mengatakan hal ini, tapi Bi Iyem sendiri tahu bahwa apa yang dilakukan sudah menyakiti tubuhnya sendiri.

"Pokoknya nanti aden liat sendiri aja, bibi gak berani bilang selama ini karena Neng Qila teh sering larang bibi."

Alis Saka menukik samar, diambilnya kotak obat dari tangan Bi Iyem dengan perasaan gamang. "Jatoh Bi?"

"Bukan, den."

"Oh ya udah nanti Saka liat."

"Tapi, den." Bi Iyem menghentikan langkah Saka, sejenak wajahnya berubah murung dan teramat terluka. "Jangan dibentak atau dimarahin ya, kasih pengertian pelan-pelan, bibi udah coba tapi emang Neng Qila gak pernah bener-bener berhenti ngelakuinnya."

"Kalau dimarahin, bibi teh takutnya malah buat Neng Qila sakit hati lagi, punten pisan bibi ke aden minta ini aja."

Melakukan apa? Kenapa Bi Iyem terlihat memohon sampai segininya?

"Iya bi," jawab Saka sekilas dengan pikiran berkecamuk. "Saka ke atas dulu, kalau ayah pulang kasih tahu nanti."

***

Saka mengetuk pintu kamar Qila tiga kali, terdengar dehaman kecil ia lantas memutar kenop pintu, Qila terlihat buru-buru menyembunyikan sebuah buku kecil sambil memasukkanya ke dalam laci meja belajar.

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now