•
Between Us • ddr [publish 31 Juli 2022]
•Sepuluh sabun batang beraneka ragam aroma, satu sabun colek, lima sabun bayi, lima kapas.
Dinar melirik cowok di sebelahnya. Berdiri masih dengan gaya tangan di saku celana. Menatap ke meja kasir yang ditumpangi plastik kresek berisi belanjaan Dinar. Iya, hanya sabun-sabun dan kapas yang sepertinya lebih menarik perhatian Dewo saat ini.
Bunyi struk pembelian yang keluar seperti memecah kesadaran Dewo. Cowok itu mengalihkan pandang ke Dinar yang secepat kilat membuang muka.
"Terima kasih, ini kembaliannya."
Dinar menerima uang kembalian sambil senyum, lalu membawa belanjaannya. Walau hanya berisi sabun dan kapas, ternyata belanjaan itu berat. Dinar harus sering memindah-mindahkannya dari tangan kanan ke kiri, atau sebaliknya. Dia juga sempat melirik Dewo. Cowok yang kini mau berjalan sejajar dengannya, memilih menatap lurus ke depan.
Memang batu, nggak peka sama sekali!
"Aduh ... berat!"
Langkah Dinar terhenti. Entah kegilaan apa sampai dia berani melakukan acting menjijikan.
"Tangannya sakit, duh ...."
Sekali lagi, Dinar melirik. Lagi-lagi Dewo hanya jalan lurus meski sempat menoleh sekilas ke arahnya. Bener-bener ....
"Pegel! Aduh!! Sakit, aduh!!"
Dinar seperti orang gila. Berjalan pincang dan teriak-teriak, walau hanya mendapat respon singkat dari Dewo. Meski Dinar bahkan sudah berhenti detik itu juga, kesal.
"Andaru Sadewo!!" teriak Dinar kemudian, dan baru membuat Dewo mau memperhatikan.
"Ini, berat." Plastik isi belanjaan tadi diangkat.
Bukannya menjawab, Dewo hanya mengangkat sebelah alis, lalu sekilas membuang muka.
"Selain jadi bodyguard, sekarang lo berharap gue jadi kuli panggul belanjaan?"
Dinar menelan saliva. Perlahan belanjaannya turun, menghentak bahu Dinar.
"Masih kuat ya dibawa, kalo berat ya tinggal. Atau lo mau gue tinggal di sini?" Setelah mengucapkan itu, Dewo berbalik, melanjutkan langkahnya tanpa mau peduli lagi.
Di situ Dinar belajar, sosok Andaru Sadewo memang susah dipahami. Namun, cowok itu punya titik kesabaran yang hebat. Seandainya Dinar yang ada di posisi Dewo, memiliki teman cewek yang barusaja jadi korban gerombolan siswa tawuran, dan terpaksa harus jalan pincang, Dinar pasti sudah sewot kalau harus menemani si cewek ke sana kemari.
Oh, jangan lupakan juga kalau Dewo itu penolong. Anehnya, kenapa rona di pipi Dinar justru lebih susah keluar saat berada di sekeliling cowok itu?
Dinar perlahan memegangi pipinya. Jarang tersipu saat dekat dengan Dewo, jarang berdebar aneh jika sedang di dekat Dewo, tapi rasa penasaran itu menggunung. Terutama soal slayer batik di leher cowok itu. Dinar masih haus informasi.
Sebisa mungkin Dinar menyusul langkah Dewo. Berjalan sejajar dengan cowok itu. Menatap wajah ganteng Andaru Sadewo meski dari samping.
"Wo, lo punya temen cewek?"
"Kenapa?"
"Cuma nanya. Gue butuh informasi soal slayer batik lo dari temen cewek lo itu. Siapa tau 'kan dibeberin sedikit." Dinar nyengir.
Cengiran yang mendapat tatapan meneliti dari Dewo.
"Lo bukannya temen gue? Lo cewek."
"Kan gue barusan aja deket sama lo. Oh, udah dianggep temen aja. Hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [ complete story ]
Teen FictionDipublish 31 Juli 2022 • ddr • tamat 2 Maret 2023 Terjebak dalam sebuah tawuran antar pelajar, belum pernah terbayangkan di hidup Dinar yang setahun lagi lulus SMA. Pengalaman buruk yang membawanya berurusan dengan dua cowok populer-yang bahkan sebi...