49. Demi Levator

125K 16.4K 1.9K
                                    

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Kini hanya ada Nathan dan juga Reno di apartemen. Araya sudah pulang diantar oleh Galang atas permintaan dari Nathan. Begitu pun dengan Jovan, laki-laki itu baru saja pulang.

"Lo gak ikutan balik juga?"

Reno yang selalu sibuk dengan ponselnya menoleh, "ngusir?"

"Kagak. Siapa tau lo juga mau balik kayak mereka," jelas Nathan.

Kedua mata Reno melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Dia langsung berdiri seraya memungut jaketnya yang tergeletak di sofa.

"Gue balik," pamit Reno.

"Lah? Kirain lo bakalan nungguin gue."

Reno melirik Nathan dengan malas. "Wajah lo gak mendukung."

"Sialan!"

Nathan mengumpat dengan tangan kanan yang melemparkan sebuah bantal ke arah cowok itu. Namun dapat dihindarinya oleh Reno.

"Sebelum lo balik, gue mau tanya satu hal sama lo," ucap Nathan.

"Apaan?"

"Sejak awal Araya gabung sama Levator, gue udah ngerasa curiga sama lo."

Nathan membenarkan posisi tubuhnya agar lebih enakan sebelum melanjutkan perkataannya.

"Lo ada hubungan apa sama Araya?"

Reno terkekeh mendengar pertanyaannya. "Hubungan gue sama dia itu ... sama-sama anggota Levator."

"Sama-sama anggota Levator, ya?" ulang Nathan sambil mengangguk.

"Gak usah berpikiran aneh-aneh, gue sama dia gak sedeket itu," ujar Reno.

"Bagus, lah. Kalo lo berdua gak ada hubungan apa-apa. Itu tandanya gue gak punya saingan buat dapetin Araya."

Reno tersenyum simpul seraya mengalihkan pandangannya. "Gue cabut," pamitnya.

Laki-laki tersebut berlalu begitu saja tanpa menunggu respon dari Nathan. Sepeninggalnya Reno, Nathan menyunggingkan senyumnya.

"Lo pikir gue gak tau apa-apa? Reno ... Reno, gue gak sebodoh itu."

Tiba-tiba pintu kamarnya kembali terbuka begitu saja, membuat Nathan sedikit terkejut.

"Sialan! Kaget gue," kata Nathan sambil mengelus dada.

Nathan kira yang membuka pintu adalah Reno, makanya dia terkejut. Tapi ternyata bukan.

Kedua indra penglihatannya terus memperhatikan gerak-gerik manusia yang baru saja masuk tanpa permisi ke dalam kamarnya.

"Pesanan lo," ujar orang itu seraya menyimpan kresek plastik berwarna putih di atas nakas.

"Udah dibeliin sama si Reno, lo makan aja."

Orang itu menatap Nathan tanpa ekspresi. Tanpa memperdulikan ucapan Nathan, dia malah duduk di sofa dan mengeluarkan benda berbentuk pipih.

"Lo gak berpapasan sama si Reno? Dia baru keluar dari apart gue," tanya Nathan.

"Enggak. Dia keluar dari kamar lo, gue lagi di dapur."

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang