"Kesini dulu,sayang." Sekali lagi Razzan meminta dengan lemah lembut.

Kali ini dengan ragu, Almeera mau mendekat pada Razzan, setelah sebelumnya mereka berdiri saling berjauhan.

Razzan mengukir senyum tipis ketika istrinya mau mendekat. Membuatnya lebih dulu membawa tubuh Almeera dalam dada bidangnya, ia memeluk Almeera dan mengusap kepala hingga punggungnya dengan gerakan pelan.

"Kemarahan saya meluap disaat saya memeluk kamu seperti ini, sayang." Setelah lumayan lama memeluk istrinya, Razzan berkata dengan berbisik di telinga Almeera. Tentu Razzan tak pernah melupakan ciuman lama di puncak kepala istrinya.

Yang dipeluk hanya bergeming, membiarkan rasa hangat menjalari setiap aliran darahnya yang berdesir.

"Sekarang istri cantik, sholehah dan bidadari surganya Adzriel Razzandra Atallah ini masih marah?"

"Siapa yang marah?"

Razzan lepaskan pelukannya pada Almeera. "Kamu." Lalu Razzan beralih menangkup wajah Almeera dengan kedua tangannya, ia tatap lekat mata wanitanya.

"Kamu kan? Yang tadi marah karena mengira saya berselingkuh, kamu cemburu hm?"

"Nggak ada yang cemburu." Yang perempuan masih saja berusaha mengelak.

"Nggak pa-pa kamu nggak mau mengaku kalau kamu cemburu, tetapi saya tetap menganggap bahwa kamu memang cemburu."

"Lihat, istri saya ini menggemaskan sekali saat dia cemburu."

Terkekeh geli. Razzan mencubit pipi berisi Almeera dengan gemas.

"Sakit kak Razzan," ujar Almeera menjauhkan pipinya yang dicubit oleh Razzan.

"Sakit hm?" Almeera mengangguk.

Razzan tidak meminta maaf, melainkan mencium kedua pipi Almeera. Membuat perempuan itu melebarkan matanya lucu. Seketika wajahnya memerah.

•••

Menjelang sore, rumah Razzan dan Almeera sudah kembali sepi karena Aryo dan Nina serta Ummi Aisyah sudah pulang.

Razzan tadi meminta Almeera untuk beristirahat, tapi Almeera malah keluar dari kamar tanpa sepengetahuan Razzan. Memang niatnya hanya untuk mengambil minum, ia tak sampai hati jika harus meminta Razzan yang sedang fokus dengan beberapa pekerjaan di laptopnya.

Ingin segera kembali ke kamar menemui Razzan, tapi suara ketukan pintu membawanya melihat siapa yang datang.

"Assalamu'alaikum."

Yang Almeera lihat pertama kali saat ia membuka pintu adalah sosok Kahfi-anak kecil yang sering datang untuk belajar mengaji kepada Razzan-tapi tak biasanya Kahfi datang di waktu sore karena biasanya Kahfi datang siang di hari libur atau ia sering belajar bersama yang lain di mesjid setelah waktu isya.

Kedatangan Kahfi sore-sore begini, tentu membuat Almeera bertanya-tanya untuk apa. Karena Almeera yakin bukan karena untuk belajar mengaji.

"Wa'alaikumsalam." Lekas Almeera menyamakan tingginya dengan Kahfi-anak kecil yang umurnya belum genap 5 tahun itu. Anak itu anak pintar, Almeera sangat menyukainya.

"Ada apa, Kahfi?" sambung Almeera bertanya.

Kahfi tersenyum sangat manis. Bolongan di pipinya serta matanya yang ikut tersenyum sungguh menambah berkali-kali lipat manisnya anak itu. Rasanya Almeera mau membawa masuk Kahfi ke rumahnya dan tak ingin membiarkannya pergi lagi.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang