Bagaimana dengan Nunew? Ia hanya pasrah menerima semua perlakuan Zee, bahkan saat ini tubuh putihnya itu sudah penuh oleh tanda merah hasil karya mulut Zee. Tak terasa siang menjelang, sudah hampir lima jam lamanya Zee mengagahi tubuh Nunew tanpa henti, bahkan ia tak membiarkan Nunew untuk beristirahat, tak terhitung sudah berapa kali ia menumpahkan spermanya di dalam lubang surgawi Nunew.

"Sudah Hia... Nu lelah." Nunew terbaring lemah dengan posisi mengangkang karena Zee yang masih belum jua melepaskannya.

"Sekali lagi." Zee membalikkan tubuh Nunew jadi tiarap lalu kembali ia menikmati lubang Nunew hingga Nunew merasa mati rasa di bagian bawahnya.

Angin berhembuh sejuk masuk dari jendela, membuat tirai putih melambai indah diterpa angin sore itu, sang mentari mulai turun ke ufuk barat, sungguh pemandangan nan indah di kota Paris.

Terlihat dua tubuh telanjang sedari semalam tengah terbaring di atas kasur king size dengan santainya, salah satu dari mereka tertidur pulas dengan wajah merona serta rambut acak-acakan karena ulah pria yang ada di sampingnya, yang tengah memandangi pria mungil itu dalam diam.

Entah apa yang ada di pikiran Zee saat ini, yang pasti ia hanya diam memandangi wajah polos Nunew, sesekali tangannya menyentuh pipi lembut itu.

Tanpa sadar seutas senyum terukir di wajah tampan Zee.

*****

Arunika datang membuka hari, diiringi suara burung yang bernyanyi menyambut sang mentari, cahaya hangatnya perlahan menyinari kota indah yang berjuluk city of love.

Drt!

Ponsel bergetar dengan iringan nada dering menggema di sebuah kamar, mengusik tidur seseorang, tangannya meraba-raba kasur di sampingnya guna mencari ponsel tersebut sampai tangannya bukannya mendapati ponsel, melainkan sebuah benda panjang dan berdaging.

"Apa ini..." Ditariknya benda tersebut, dan...

"Argh!"

Sebuah teriakan kesakitan dari orang yang ada di sampingnya membuat kesadarannya terkumpul seketika.

"Ma-maaf Hia, Nu mencari suara ponsel itu bukan bermaksud untuk menarik penis Hia." Nunew ingin menjauh namun tangan Zee lebih dulu menangkapnya dan menariknya.

"Kau harus bertanggung jawab." Smirk Zee lalu menutupi tubuh keduanya dengan selimut dan kalian bisa tahu setelah itu apa yang akan terjadi. Benar, suara desahan memulai pagi keduanya.

Suara riuh kota Paris teramat ramai, mobil-mobil berlalu lalang di jalan utama, namun di jalan lainnya sepeda dan pejalan kaki lebih mendominasi pemandangan kota itu.

"Apa sakit?" Tanya seorang laki-laki pada laki-laki lainnya yang berjalan di sampingnya.

"Tidak lagi Hia, hanya saja perihnya masih terasa." Sahutnya dengan wajah memerah karena malu akan pertanyaan tadi.

"Apa ingin Hia gendong?" Tawarnya.

"Mai pen lai Hia, Nu bisa sendiri." Tolak Nunew lembut.

Iya, kini hubungan Zee dan Nunew sudah baik, bahkan terlampau baik. Semuanya sudah mereka bicarakan pagi tadi saat tengah berendam di bathtub bersama.

"Maafkan Hia na." Sudah berulang kali kata maaf itu keluar dari bibir Zee.

"Sudahlah Hia, Nu yakin jika Hia pasti mempunyai alasan untuk itu semua." Sahut Nunew yang tengah duduk di depan Zee dan bersandar manja di dada Zee.

"Hia takut kau akan sama seperti orang-orang yang ada di masa lalu Hia."

Nunew tersenyum, disentuhnya tangan Zee dan diusapnya lembut, diarahkannya tangan besar itu ke dada sebelah kirinya, "di sini, nama Hia sudah terukir sejak kita pertama kali bertemu." Ucap Nunew lembut.

Zee tersenyum, ia tak menyangka sosok berhati malaikat di hadapannya kini adalah pelabuhan terakhirnya.

"Terima kasih sayang, Hia akan mencoba mencintai Nu dan akan melindungi Nu dengan sepenuh hati.

****

Sekian

Cieee udahan nih sad nya

Cueee bucin

You Are My World ~ ZeeNunew ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang