"Jangan, saya mohon hentikan."
"Kamu yang menahan saya di sini, Sabrina, apa salahnya kita bermain sambil menunggu hujan mereda."
Sabrina menggeleng cepat, sebab itu salah. Sialnya yang diinginkan tidak sinkron dengan yang tubuhnya inginkan.
"Percayalah, tubuh kamu membutuhkan saya."
Petir semakin bersautan seolah sengaja menakut-nakuti Sabrina. Sean mendekatkan bibirnya ke telinga Sabrina, memperdengarkan dengkuran pelan napasnya dan juga sebuah bisikan.
"Hanya dengarkan suara saya, fokus, petir itu tidak akan menganggu kamu."
Sean mendekatkan wajahnya, hingga pucuk hidung mereka saling bersentuhan. Sean dengan lembut memberikan kecupan ringan perlahan berubah menjadi ciuman yang panas menggairahkan di bibir wanita yang dia yakin sebentar lagi akan menyerahkan diri padanya sukarela.
Sabrina melenguh, tanpa sadar ia memberikan respons dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Sean. Sabrina juga membuka mulutnya sedikit, hingga ciuman itu semakin menggebu-gebu dan agak basah karena pertukaran saliva.
Merasa sudah kekurangan pasokan oksigen. Sabrina memukul dada Sean pelan, mendorongnya sambil menatap matanya begitu pagutan mereka terlepas.
"Saya menginginkan kamu," ucap Sean dengan suara dalamnya yang selalu berhasil menghipnotis Sabrina ke dalam dunia yang dia sendiri belum pernah merasakannya selain bersama Sean.
Satu jari Sean masuk ke dalam bra Sabrina, dengan perlahan membuat sentuhan yang menggoda membuat tuannya mengerang.
"Ah ... jangan!" Sabrina merintih dengan bibir yang gemetar. Ia meremas pelan jubah tidur yang dikenakan Sean tanpa sadar malah menurunkannya. Tampaklah bahu atletis yang begitu indah terpampang nyata.
Sean tersenyum, dengan tangannya dia membuka jubah tidurnya dan membuangnya asal. Kini hanya tubuhnya yang polos, dengan sesuatu yang sudah jelas menegang dibalik celana boxer yang tersisa.
Sabrina menatap tanpa berkedip. Situasi jadi makin tidak kondusif sekarang. Hal yang tidak terduga pun terjadi. Sebuah benda keras menyentuh paha dalamnya dan itu membuat Sabrina membulatkan mata, sedikit ketakutan jika sikap kasar Sean muncul kembali.
"Apa yang kamu pikirkan, Sabrina? Kamu takut?" Sean membelai pipi Sabrina, mengecup hidungnya sekilas sambil menatap matanya yang berkaca-kaca.
Perlahan tangan Sean berhasil membuka satu persatu kancing piyama tidur Sabrina. Ia melihat setelan underwear yang sangat menantangnya. Berwarna merah, sangat kontras dengan luaran yang dikenakan. Sempurna, sebuah tampilan yang sempurna membuat tubuhnya mengejang.
"Argh!" Sabrina memekik begitu Sean menyentuh tubuhnya dengan pucuk lidahnya. Itu hanya sedikit sapuan, tapi yang ada di bayangan Sabrina sekarang, Sean akan menggigitnya.
"Saya tidak akan menggigit kamu lagi. Suasana hati saya sedang lumayan baik," kata Sean.
Maksudnya? Apa kalau suasana hatinya sedang kurang baik, pertanda Sean akan melakukan hal yang kasar seperti waktu itu?
"Sean!"
Fantastis. Begitu Sabrina hanya menyebut namanya membuatnya semakin memanas, ingin memaksa bagaimana pun caranya untuk menguasai tubuh yang kini berada di dalam kekuasannya.
"Baby, terus panggil nama saya. Baby you're so cute," ucap Sean kembali memagut bibir Sabrina dengan selembut mungkin.
Dalam satu hentakan, tubuh Sabrina sudah benar-benar tidak berdaya dibawah kungkungan Sean.
Tubuh Sabrina menggeliat hebat, permainan itu akan segera berakhir, kan? Katakan! Sean tidak akan melakukannya malam ini. Oh tidak! Justru Sabrina merasa pusing begitu Sean berhenti.
"Kamu tidak ingin main?" tanya Sean membuat sekujur tubuh Sabrina malah tersiksa. Dia bergerak gelisah, kedua paha mulusnya saling bersentuhan dan tanpa sadar mulutnya terbuka.
"Wae?" Sean mengangkat kedua tangannya, menghentikan aktifitas menyentuh Sabrina dengan sengaja.
"Please!"
"Baby say louder," lirih Sean seolah sengaja menyiksa Sabrina.
"No. Don't stop!" Pipi Sabrina benar-benar terasa panas, mungkin warnanya juga sudah sangat merah sekarang.
"More?" Sean menyentuh permukaan bibir Sabrina dengan gerakan perlahan-lahan. "Baby girl ... more?
"Did to me," ucap Sabrina lirih, dan itu berhasil membuat kedua sudut bibir Sean terangkat. Dia bersorak dalam hatinya, dia berhasil memancing gairah wanitanya.
"I will do as you wish, princess."
Kaisar menyentuh paper bag yang disiapkannya khusus untuk manager cantiknya. Keberangkatannya ke Paris ternyata tidak sama sekali membuat pikirannya fokus. Justru dia malah terus memikirkan wanita yang belum lama ini muncul dalam kesehariannya di kantor.
"Tunggu Sabrina, aku yakin kamu akan suka dengan hadiah yang aku siapkan untuk kamu."
Semakin dia mengingat bahwa Sabrina sudah memiliki pasangan, itu malah menjadikannya sebuah tantangan.
"Apa yang tidak bisa kudapatkan, Sabrina, i'm sure there isn't."
_____
To be continued...
Komentar untuk Sabrina •here•
Komentar untuk Sean •here•
Komentar untuk Kaisar •here•
Follow Instagram Cherry.apink
KAMU SEDANG MEMBACA
My Korean Husband (Oh Sehun)
Romance• Rate 18-21+ • Naskah terpilih GMG Writers 2022 • Sudah TIDAK lengkap • Bab segera dihapus acak • Dapat dibaca secara lengkap + extra part eksklusif hanya di versi novel • Novel dapat dibeli di shopee Grassmediaofficial Sabrina terpaksa menikah...
BAGIAN DUA PULUH DUA
Mulai dari awal