Seorang pramuniaga yang tadi sempat keluar pun kembali masuk ke dalam ruangan. Dengan sebuah meja dorong yang di atasnya terdapat kotak kaca yang di dalamnya terdapat beberapa perhiasan indah.

Juga disusul seorang pria berjas berjalan di belakangnya. Dengan langkah lebar di ikuti dengan wanita cantik di sampingnya.

"Hasbi?" Panggil Gisella lebih dulu. Gisella bahkan berdiri dari duduknya untuk menyapa pria tampan itu.

"Oh, Gisella?" Kaget Hasbi saat matanya bertemu tabrak dengan Gisella. Mereka menyempatkan mencium pipi sekilas.

"Perkenalkan ini nenekku, Margaretha Wesley." Gisella memperkenalkan neneknya pada Hasbi.

"Selamat siang, Nyonya Wesley. Sebuah kehormatan bisa melayani anda." Sapa Hasbi sopan.

"Perkenalkan saya Hasbi, selaku manager di toko ini." Kedua mata Margaretha nampak berbinar untuk beberapa saat. Namun langsung redup begitu melirik ke arah Kiara yang nampak diam memperhatikan.

"Wah, hebat sekali. Diusia muda sudah bisa menjadi seorang maneger." Puji Margaretha penuh bangga. "Di toko sebesar ini." Lanjutnya menambahkan.

"Hasbi ini bukan hanya maneger, Nek, tapi dia juga memiliki saham di perusahaan ini." Gisella dengan bangga ikut menambahkan. Dan yang semakin membuat kedua mata Margaretha nampak berbinar cerah.

"Hebat sekali." Pujinya sekali lagi.

"Itu tidak seberapa, Nyonya. Saya bukan apa-apa di bandingkan dengan keluarga anda." Ucapan Hasbi yang sedikit merendah membuat Gisela melebarkan senyumnya penuh bangga.

"Tapi, bukankah Gisella bilang. Keluargamu memiliki perusahaan besar? Kenapa kamu masih bekerja di sini juga?"

"Itu karna dia ingin memulai kariernya dari bawah, Nek. Jika nanti dia berhasil dia tidak akan kesulitan untuk menghandle perusahaan keluarganya." Bukan Hasbi yang menjawab, namun Gisella. Yang membuat Margaretha mengangguk mengerti.

"Hebat sekali." Puji Margaretha tak henti-hentinya.

"Kamu sangat cocok menjadi menantu impianku." Sambung Margaretha.

"Ya. Tapi sayang, Nyonya. Cucu anda sudah menolak saya." Balas Hasbi melirik Gisella yang kini tengah tersenyum malu-malu.

"Tidak perlu khawatir. Saya memiliki cucu yang lain." Sela Margaretha tak mau kalah. Melirik ke arah Kiara yang kini tampak diam membuang muka.

Pura-pura sibuk dengan Aiden.
Mengikuti arah lirikan Margaretha, Hasbi menoleh ke arah Kiara. Menatap Kiara dari atas hingga bawah dengan tatapan mata menilai.

"Ekhm." Aiden berdehem cukup keras membuat Hasbi mengalihkan tatapannya. Wajahnya nampak terdapat semburat merah. Entah malu karna tertangkap basah telah menatap Kiara secara terang-terangan.

"Jadi, apa anda yang ingin memesan perhiasan terbaik kami, Nyonya?" Tanya Hasbi berusaha mengalihkan pembicaraan. Yang dibalas gelengan kepala oleh Gisella.

"Bukan kami, tapi mereka." Hasbi mengikuti arah telunjuk Gisella. Yang mengarah ke arah Aiden dan Kiara.
Di perhatikannya pakaian yang digunakan oleh Aiden. Tidak berantakan, namun Aiden hanya menggunakan kemeja putih dengan celana bahan hitam. Sudah tidak lagi rapi tapi karna lengannya yang digulung asal.

Diam-diam Gisella mengukir senyum puas ketika melihat Hasbi memperhatikan cara berpakaian Aiden. Tidak buruk, namun juga tidak rapi layaknya pria kaya dengan jas dan juga dasi.

Lalu pandangan Hasbi menoleh ke arah Kiara, yang tampak anggun dengan dress pink bunga-bunga. Nampak begitu anggun dan juga cantik. Sangat berbeda jauh dengan lelaki di sampingnya.
Menoleh ke arah pramuniaga, Hasbi memberi isyarat kepada pramuniaga untuk mendekat. Lalu bertanya pelan.

Marriage Proposal(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang