Senyum manis menyaksikan calon model perusahaan Park yang memikirkan bagaimana cara masuk.

"Ketuk saja Presdir pasti menjawab"

"Huh?"

Ragu-ragu beomgyu menurut

Tok tok tok

Pintu secara otomatis terbuka lebar, well sunoo lupa ini sudah tahun berapa tentu saja elektronik tambah canggih. Dia kira Sunghoon memang bisa menjawab, bodoh dia bisu.

"Itu tandanya Presdir memberi izin, ayo masuk"

"Emm ya baiklah"

Berapa kali Sunoo mengutuknya dirinya yang tidak fokus, beberapa kali pula hatinya selalu memuji bagaimana Sunghoon yang berekspresi.

Brengsek dia ganteng banget tai!

Dari dulu Sunoo begitu menyukai hal yang berbau cantik, baginya cantik itu hal yang membuat matanya nyaman, maka itu cantik. Sama seperti Sunghoon dengan ruangannya perpaduan sempurna. Ruangannya yang indah namun tidak terlalu banyak barang yang ada meski harganya Sunoo yakin melebihi gajinya, kesan pertama Sunoo sudah mengambarkan bila ruangan Sunghoon sangat rapih dan elegan.

Bila dengan bisu saja bisa membuat banyak orang menyukainya bagaimana jika dia bisa berbicara? Oh dude Sunghoon memang sempurna.

Bagaimana ya rasanya jadi pasangan Sunghoon, pasti mereka akan sangat beruntung setiap hari cuci mata, bisa belanja bebas tidak perlu memikirkan harga, bermanja-manja dengan Sunghoon yang memiliki tubuh besar dan kuat, pasti akan sangat hangat bila memeluknya dimalam hari.

Dan Sunoo ingin menjadi orang yang beruntung itu, apa bisa?




────── ∙ ──────────── ∙ ──────




Keesokan harinya, alias pada hari Minggu.

Pagi hari selalunya Sunoo menyukai momen bagaimana perlahan namun pasti matahari terbit lalu saat seperti itu burung-burung mencicit merdu saling bersautan, udara yang bersih serta sejuk.

Diantara urutan waktu, pagi hari adalah favorit Sunoo. Biasanya suasana damai dengan satu buah cangkir teh hangat saja, sudah terasa nyaman. Naas hari ini Sunoo harus menahan diri karena tidak ada pagi hari favoritnya.

Bagaimana tidak? Hyunjin datang ke apartmentnya lalu dengan santai berkata "Mulai pagi ini kau harus berdiet." Bahkan hyunjin sudah menyiapkan jadwal dietnya.

Yang lebih menyebalkannya lagi, makanan ringan yang biasa menemani saat nonton tv, kue, serta ramen kesukaannya harus disita hyunjin.

Egh Sunoo stres sekarang.

"Oh yampun aku ingin sekali makan kue cokelat huhuhuhu kapan sesi diet ini berakhir"

Hyunjin yang sedang duduk di sofa hanya memutar bola matanya malas, baru tadih pagi dia datang ke apartment Sunoo lalu menyuruh anak itu untuk menjaga pola makan terutama pada makanan manis. Tidak lebih dari 2 jam lalu, jam makan siang masih jauh tapi Sunoo sudah mulai aksi dramatisnya.

"Kenapa sie manajer tega sekali dengan ku?"

"Berhenti protes, kau bisa menggantikan kue coklat dengan salad sayur. Itu jauh lebih baik"

"Ayolah Hyung~ aku ini bukan kambing, aku gak mau makan sayur"

"Kau harus Kim."

"Aku gak mau jin hyung, sudah cukup tadi pagi aku sarapan dengan daun! Lain kali jangan pernah ke apartment ku lagi, kalo cuma untuk menyuruhku makan daun, aku dengan senang hati akan mengusir mu hyung"

Tepat setelah mengatakan itu Sunoo mendapatkan hadiah langsung sentilan pada keningnya "Aww sakit hyung!!"

"Anak nakal. Sudah ku katakan berhenti protes dan cepat makan."

"Ck suatu hari aku berjanji akan membalas mu" Sunoo mengerucutkan bibirnya lucu, mau tak mau dia makan salad lagi.

"Jika aku tidak bisa bicara dan hanya bisa embee-embee itu berarti salahmu Hyung."

"Berbicaralah terus sampai mulutmu berbusa pun kau tetap akan makan sayur hingga satu bulan kedepan"

"Yak kenapa jadi sebulan, di jadwal jelas-jelas cuma 14 hari?!!"

"Lebihnya bonus karena aku tau kalo kau begitu menyukai sayur benar?"

"TIDAKK"



────── ∙ ──────────── ∙ ──────



Jika pagi Sunoo sudah dirusuhi oleh hyunjin, berbeda pula dengan kediaman pria tampan Park Sunghoon.

Dalam hening keluarga Park menikmati makanannya. Meski hanya terdapat Sunghoon dan ayahnya, di meja makan penuh makanan bermacam jenis, bahkan ada menu pencuci mulut juga.

Kebiasaan yang hanya dimiliki oleh orang tak sembarang seperti keluarga Park. Mereka sejak kecil selalu diajarkan bagaimana etika saat di meja makan serta etika lain-lain.

Selesai menikmati hidangan barulah mereka akan mengobrol singkat, itu yang dilakukan Sunghoon dengan sang ayah.

Meski topik pembicaraan mereka juga tidak jauh-jauh dari uang atau perusahaan seperti saat ini.

"Bagaimana perusahaan mu?"

"Terkendali"

".."

Tuan Park diam beberapa saat kemudian memberikan senyum kecil untuk putra semata wayangnya itu. Tak terasa anaknya sudah sebesar sekarang, dia teringat dahulu kecil Sunghoon sangat tidak menyukai pekerjaan kantor dia lebih tertarik menjadi seorang guru.

Sebagai seorang ayah tuan Park sangat mendukung cita-cita anaknya meskipun dia tau gaji seorang CEO duapuluh kali lipat lebih besar dari seorang guru. Hingga insiden lima tahun lalu menimpa putranya yang menyebabkan pita suara Sunghoon rusak.

Stres yang dialami anaknya juga membuat cita-cita yang sendari dulu sangat dia inginkan harus terbuang jauh-jauh 'mana ada guru bisu?' pikir Sunghoon kala itu. Mau tak mau Sunghoon membanting setir ke perusahaan.

Entah kenapa nasib anaknya bisa seburuk ini..

Dari kecil Sunghoon sudah harus terima kenyataan jika dia tidak memiliki seorang ibu. Istri tuan Park meninggal dunia karena mengorbankan nyawanya demi melahirkan Sunghoon. Lalu saat harusnya orang seperti dia menikmatinya masa bebas harus terkubur sia-sia.

"Kau hebat nak, kapan kau menikah?"

"Aku belum ingin."

"Kalau begitu seperti apa tipe wanita yang kau suka hm?"

"Seperti ibu"

"..."

"Tidak ada wanita yang seperti ibu, tapi aku menemukan pria yang seperti ibu, aku menyukainya ayah."





TBC.

Milikku [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang