𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟑𝟗❀.・゜゜・

Mulai dari awal
                                    

Bianca dan arkan mendekat ke arah kakeknya kemudian memeluknya erat. Kakeknya membalas pelukan mereka tak kalah erat, ia sangat merindukan para cucu kesayangannya ini

"Cucu kakek udah gede aja, kakek inget dulu kamu suka lompat ke got bareng mahen buat nangkep kecebong"

Bianca tertawa, tentu saja ia mengingatnya! Bunda nya akan memarahi mereka dan arkan jika pukul 4 sore mereka belum pulang kerumah. Bianca akan menangis ketika dimarahi bundanya, namun neneknya dulu akan selalu membelanya hingga Sang bunda meminta maaf, namun besoknya Bianca kembali berbuat ulah kembali akan berakhir sama dengan bundanya yang akan memarahinya dan neneknya yang selalu membelanya

Namun semua itu berubah ketika Sang oma meninggal dan mahen yang pindah. Bianca mulai kesepian, untung saja arkan dan seseorang yang lain datang dalam hidupnya

Dia tama

Mereka bersahabat dengan sangat baik, namun akhirnya tetap sama. Mereka akan berpisah dengan sendirinya. Tama yang pindah karena masalah keluarganya dan Bianca yang pindah karena urusan pekerjaan orang tuanya

Semua kenangan itu Bianca simpan rapat dalam hati dan memori otaknya. Ia tersenyum, sedikit menyesal menjadi sosok Bianca sebesar sekarang

"Kakek tau? Aku ketemu tama di rumah sakit"

"Kapan kamu ke rumah sakit? " Mahen dan arkan menatap lekat Bianca. Bianca sendiri memejamkan matanya, "keceplosan kan... "

"W-waktu temen Bianca sakit!! Iya waktu temen Bianca sakit satu bulan yang lalu kayanya hehe" Bianca menatap mohon kepada arkan, untung saja dia bisa menangkap kode dari Bianca, walaupun tak dapat dipungkiri ia akan meminta penjelasan pada gadis didepannya. Mahen memicingkan matanya namun tak urung ia mengangguk membuat Bianca bernafas lega

"Tama sakit? "

Bianca menggeleng, "someone special" Jawabnya terkikik geli

Kakeknya tertawa, "bagaimana dengan cucuku? Apa kau punya? " Bianca menunduk malu, "kakek mau tau atau mau tau banget? "

"Kamu ke orang tua masih main main hm? Kakek ceburin ke got tau rasa kamu! "

Semua orang tertawa, termasuk Bianca yang tertawa terbahak-bahak hingga matanya berair. Arkan menatap Bianca dengan senyuman yang terpatri di wajahnya. Akhirnya setelah sekian lama ia bisa melihat tawa indah itu lagi

"Eh ayo ayo masuk, kenapa malah diluar ayo mahen ikut sini" Kakeknya menarik tangan mahen untuk ikut bersama mereka

"E-eh beneran gapapa kek? "

Bianca menyatukan kedua alisnya, "apaan sih mahen! Ayo masuk!! " Pintanya sambil menarik lengan mahen untuk ikut bersama mereka

"Gimana kabar kamu selama di jakarta? Kamu kelihatan kurusan? " Kakeknya meneliti penampilan Bianca dari bawah hingga atas. Mahen mengangguk mengiyakan, ia juga merasa heran kenapa bentuk tubuh adiknya bisa berubah se-drastis itu?

"O-oohh... Diet dong kek, kan dulu punya perut buncit sekarang gak mau"

"Lah kenapa gak mau? "

"Bianca kan udah punya pacar kek, jadi dia minder kalo perutnya buncit hahaha" Jawab arkan

"Tapi ngelihat bentuk tubuh lo yang menurun drastis ngebuat gue mikir seakan-akan lu punya beban hidup lebih berat dari orang-orang yang lainnya" Tutur mahen

"Lah emang iya! "

"Ah-ahaha mana ada orang rebahan kayak gini punya beban hidup yang besar,ya kan arkan? " Bianca sedikit mencubit paha arkan yang berada di sisinya

"Aww ssshhh, i-iya!! "

Bianca tersenyum manis sembari menatap semua orang disana

-

-

-

"Itu anak kemana sih!! "

Tak hentinya Al menekan panggilan pada nomor Bianca. Ia mati-matian membuang gengsinya jauh jauh untuk menghubungi Bianca namun nomor kekasihnya itu tidak aktif

"Jawab Bianca... Gue khawatir"

Hingga panggilan ke 8 nomor Bianca aktif. Tak dapat dipungkiri jika senyumnya merekah begitu saja hanya dengan mendengar jika nomor Bianca bisa dihubungi

"Halo Bianca? "

"Ini gue mahen, Bianca lagi makan dan gue pinjem hpnya yang lagi di charger"

Setidaknya Al merasa lega, Bianca nya tidak kenapa napa

"Bianca ada di rumah?? "

"Engga, kita lagi pergi"

"K-kemana? Tunggu, pindah rumah? "

Pria di seberang sana tertawa keras membuat Al menggaruk kepalanya kebingungan, "lagi liburan, Bianca kelihatan stress soalnya"

Al sadar, perilakunya sangat keterlaluan pada Bianca, apalagi pria itu sama sekali tidak protes dengan hal itu. Al tau, kekasihnya kecewa, dia juga sangat takut

Takut jika Bianca meninggalkannya

Percayalah Al sangat mencintai Bianca

Hanya Bianca

Tapi keadaan tengah mengujinya dan Bianca

"Mahen, bisa sharelock? Gue pengen ketemu Bianca, tapi jangan bilang Bianca ya.. "

𝐁𝐈𝐀𝐍𝐂𝐀 (TERBIT)  tahap revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang