56. Puncak Kejelasan

Mulai dari awal
                                    

Memaksa otaknya untuk berpikir cepat, pada akhirnya Velly pun mengeluarkan ponselnya. Tampak senyum miring di wajahnya ketika ia menghubungi nomor baru Putra dengan panggilan video. Dan tak sampai sepuluh detik, panggilan video itu diangkat.

Wah!

Dulu aja mau sepuluh hari, pesan aku bahkan nggak dibaca.

Sedetik kemudian, tampak wajah Putra di seberang sana. Yang mana Velly justru mengerutkan dahinya.

Eh, kayak gini ya wajah Kak Putra?

Astaga! Sepertinya Velly nyaris melupakan bagaimana wajah cowok berkacamata itu. Ckckckck.

"Velly ...."

Suara Putra mendorong Velly untuk memulas satu senyuman. "Aduh, sumpah. Aku udah lupa kalau wajah Kakak kayak gini."

Dooong!

Tentu saja Putra melongo karena perkataan Velly. Tapi, sepertinya cowok itu cukup tanggap. Menyadari bahwa perkataan itu bermuatan sindiran yang langsung ditujukan untuk dirinya.

"Vel, kakak minta maaf."

Velly memutuskan untuk diam terlebih dahulu. Sengaja sekali untuk memberikan waktu bagi Putra membela dirinya.

"Kakak nggak maksud buat nggak ngubungi kamu," katanya kemudian. "Tapi---"

"Kakak butuh waktu buat beradaptasi dengan perkuliahan kan?"

Tanpa diduga oleh Putra, Velly justru memotong perkataannya. Mengatakan hal tersebut dan lantas, Putra pun mengangguk.

"I-i-iya ...."

"Tapi, Kak ...," lanjut Velly kemudian. "Masalahnya kuliah itu bukannya semacam kayak Bumi yang dihantam hujan meteor dan terus Kakak itu dinosaurusnya yang perlu adaptasi. Bukan gitu kan?"

O oh!

Jelas sekali cewek itu mengutip perkataan seseorang.

"Velly ...."

"Dan apa kakak tau? Kalimat yang barusan aku bilangin ke Kakak, itu adalah omongan cowok aku yang baru."

Mata Putra tampak membesar. "Co-co-cowok kamu yang baru?"

"Iya," angguk Velly seraya tersenyum. "Dan apa Kakak juga tau? Pesan putus waktu itu, bukan aku loh yang ngirim. Tapi, dia."

Sementara Velly masih mempertahankan senyum di wajahnya, Putra di layar ponsel Velly tampak sebaliknya. Ekspresi cowok itu terlihat bingung. Tampak sekali bahwa ia tak percaya. Putra menggeleng.

"Kamu nggak mungkin serius," kata Putra kemudian. "Aku tau, Vel. Itu cuma gertakan kamu aja. Tapi, aku maklum. Aku memang agak kelewatan kemaren."

Bola mata Velly berputar dengan malas. Ia mengembuskan napas panjang seolah telah lelah.

"Ntar Kakak bisa tau kok omongan aku serius atau cuma gertakan doang," ujar Velly. "Lagian ... apa sekarang Kakak nggak penasaran aku lagi di mana?"

Pertanyaan itu membuat Putra tertegun. Tapi, tak menunggu jawaban dari cowok itu, Velly lantas mengangkat tinggi-tinggi ponsel di tangannya. Menunjukkan kemeriahan lampu-lampu yang berkalap-kelip di restoran sate kelinci itu.

"Di Jakarta mana ada resto kelinci dengan udara sedingin ini, Kak."

Velly memberikan komentar ketika terlihat beberapa pengunjung lainnya yang mengenakan jaket super tebal.

"Ini karena aku lagi liburan dong bareng pacar aku."

Tepat ketika Velly selesai mengatakan itu, manik matanya menangkap kehadiran Reki di seberang sana.

Mr. & Mrs. Semak-SemakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang