--27. Marah--

Mulai dari awal
                                    

"Eh galak bener. Padahal kalo sama gue lo anteng yaa.."


Yeri tambah mendelik. Benar-benar panik karena ia bisa mendengar dengusan kasar dari arah kanan. Dimana Mark berdiri. Lalu, ketika tangan Shaka menyentuh ujung poni tipisnya--ia dengan segera menghindar.


Wajah mengeruh Mark mungkin bukan satu-satunya alasan. Karena suara mamah terdengar kencang memanggilnya dari belakang.


"Itu temen-temennya ajak masuk aja!"


Damn!


Mungkin ini akan jadi momen bersejarah dalam hidupnya. Dimana Mark dan Shaka melangkah bersamaan di depannya dengan mata saling melirik tajam satu sama lain. Jika ini adalah webtoon atau animasi, maka akan ada semburat warna merah atau oranye di antara mata mereka.



Entahlah ini betulan genderang permusuhan atau Shaka sengaja menggoda Mark. Karena setahunya--si kakak kelas sekolah depan itu tengah dekat dengan teman seangkatannya di sekolah. Jadi, untuk apa dia ke rumah sekarang ini?



"Lama bener teh--eh! ABANG GUE!" Haikal akan menghambur pada Mark ketika Shaka juga datang dengan cengiran lebarnya. Mambuat cowok berkulit sawo matang itu jadi bergeming di tempat.



"Siapa Teh?" papa baru saja datang dari arah pemanggang. Kaca matanya kini dipakai dengan benar setelah tadi disingkirkan ke atas kepala.


"Saya Shaka Om," Shaka mencium punggung tangan papa lebih dulu. "Kakak kelasnya Yeri,"


Papa lantas mengangguk angguk paham. Ekor matanya melihat sosok lain yang lebih familier berdiri bersisian dengan Gino. Wajahnya seketika merekah.


"Mark.. Kamu yang waktu itu kesini kan?"


Mark yang awalnya benar-benar mendung berubah tersenyum lebar. Menyapa pria paruh baya itu. Mencium punggung tangannya dengan sopan. Sesekali melirik pada Shaka yang mendengus di belakangnya.


Satu kosong?


"Biar saya bantu om," Shaka datang menghampiri papa yang tengah menusuk bonggol jagung dengan bambu panjang yang sudah dibuat sedemikian rupa.


Sedangkan Mark kini berdeham beberapa kali di samping James. Sibuk membantu bocah itu menata Sosis di atas pemanggang.


"Panas ya Bang?" tanya bocah itu sembari menyeringai. Tahu bagaimana Mark kini sampai menanggalkan jaket bombernya pada punggung kursi yang Yeri duduki.


Cowok olimpiade itu lagi-lagi berdeham. Kali ini berusaha untuk mengubah ekspresinya jadi biasa saja ketika Shaka berubah haluan membantu mama membawakan piring.



Haikal yang sedari tadi memotong buah bersama Yira jadi melongok kanan kiri. "Ini bakalan jadi perebutan tahta di hati orang tua nggak sih?"


Gadis smp itu lantas mengangguk antusias. Matanya melirik ke arah kakaknya sendiri yang tak peduli. Justru hanya jadi penonton tak ikut serta bekerja. Padahal dirinya yang jadi bintang utama malam ini.

"Ho' si ini lagi penaklukan jalur mama papa a'. Liat aja nanti siapa yang skor nya paling tinggi," Yira memasukan melon yang di potong dadu ke dalam mulutnya. Menunjuk dua orang di kanan dan kiri yang berseberangan.


"Kira-kira yang menang siapa nih?" Reinaldi yang mulanya hanya fokus menata puding jadi ikutan menyahut.


Tiga orang itu terlihat berpikir. Lalu sama-sama menghela napas dengan tubuh lebih merapat secara naluri.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang