Bab 02 Sang Predator

Mulai dari awal
                                    

"Kalau kamu masih sanggup, masukin saja. Aku akan tetap menerima serangan dari kamu," jawabnya menantang.

Kemudian aku mendekatkan wajah menuju bibir wanita itu, kami tersenyum kecil dan saling tertawa lepas. Aku yang sudah girang kemudian membuatnya sedikit merasakan rangsangan dengan ciuman. Ya, melakui bibir dan lehernya.

Suara rintihan pun menggema, meskipun hotel ini kedap suara, akan tetapi aku dapat pastikan jika di ruang terbuka akan indah dan mengalun bagai musik akustik gitar tanpa dawai.

Dua jemari milikku lulus dan masuk, gerakan yang di dapatkan lumayan agresif darinya. Kemudian, aku kembali menambah menjadi tiga jemari dan empat jemari. Dengan bantuan minyak pijat, akhirnya lima jemari lulus dan masuk sangat perlahan.

Kali ini trowongan milik Tante Miska tak lagi rapat, akan tetapi semakin melebar dan tak ada rasa. Aku gemar bermain seperti itu dulu sebelum melakukan, karena ingin mengeluarkan apa yang ada di dalam sana.

Semakin lincah dalam menggerakkan, kemudian air putih bening bagai urin pun ke luar dari dalam sana.

"Emmm ... Baby ... aku enggak kuat, jangan pakai jari kamu, Baby," katanya.

Tanpa peduli sama sekali ucapannya, aku tetap mengulangi hal yang sama dan membuat Tante Miska merasakan kesakitan luar biasa. Bentuk jemariku sangat panjang dan lebar, sehingga ketika kelimanya masuk akan mengundang rasa yang luar biasa.

Aku kembali mencoba untuk bermain lain dan jemariku ke luar dan masuk dari dalam sana, beberapa menit setelahnya kembali ke luar air bening tersebut dan membasahi sprei serba putih.

"Baby ... aku udah enggak tahan, ampun Baby ...," rintih Tante Miska.

Dengan merubah posisi, aku pun mengeluarkan samurai dari dalam celana dalam dan langsung mengelus kepalanya dengan air ludah. Setelah merata, barulah aku memasukkan perlahan dan membuat Tante Miska merem dan melek.

Ini adalah ronde kedua yang kami lakukan, dengan sedikit gesekan dan pergerakan, lalu lebih kencang sehingga membuat sprei yang ada di atas ranjang berserak dan rusak ke sana dan ke mari.

Aku tetap bergoyang, menikmati indahnya surga dan tetap menjaga stabilitas sebagai penjantan. Rintihan suara minta ampun terdengar dari telingaku, hingga membuat Tante Miska merubah bentuk badannya ke sana dan ke mari.

Paksaan demi paksaan aku lakukan, karena gairah tersebut membuat aku mampu meluapkan semua yang terasa dalam jiwa.

"Baby ... sakit ... Baby ...!" teriaknya.

Kedua tangan Tante Miska pun menyentuh pinggangku dan dia seperti ingin menyingkirkannya dari goyangan itu. Akan tetapi, aku beberapa kali mencoba untuk menyingkirkan kedua tangannya dari pinggang ini dan tetap di atas perutnya saja.

Tak berapa lama setelah jeritan itu, Tante Miska pun terdiam dan tidak merintih sama sekali. Kemungkinan dia sudah pasrah dalam alunan permainan. Aku pun tetap pada rute yang sama, menikmati seraya memanjakan si jago perang.

Tak berapa lama, aku merasa sangat klimaks dan mencabutnya dari sana seraya membuangnya di dua gubung milik Tante Miska.

"Hmmmm ... enak banget njir ... bangs*t!" pekikku di atas badan.

Lalu, menggunakan si jago perang aku meratakan apa yang ke luar barusan di gunung tersebut. Namun, wanita di bawahku hanya diam saja. Menggunakan tangan kanan, aku menyentuh pipinya.

"Baby ... kamu kenapa. Bangun, hei ... udah selesai. Baby ...," ucapku sendiri.

Akan tetapi, Tante Miska tidak mau membuka mata. Kemudian aku melihat bagian yang tadinya sudah aku mainkan. Dari ladang yang sudah aku masukin tadi ternyata mengeluarkan dar*h segar di atas ranjang.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang