Bagaikan Bunga Mawar

67 6 2
                                    

HANYA CERPEN BIASA.
AWALNYA DIBUAT HANYA UNTUK TUGAS BAHASA INDONESIA, AKAN TETAPI SETELAH DIPIKIR-PIKIR, ENAKNYA AKU UP AJA DI WATTPAD XIXI

HAPPY READING GYS, SEMOGA SUKA 💗
JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN KALIAN SUPAYA BISA IKUT BACA

CERPEN INI MENGGUNAKAN SUDUT PANDANG ORANG PERTAMA (POV 1)


***

Hai, aku Carramel Levionna. Orang tuaku biasa memanggilku Amel. Aku Amel, aku anak yang tidak terlalu cantik atau anak yang dari kalangan berada. Di sekolah, aku selalu unggul dalam bidang akademik, guru ku selalu membanggakan ku, jadi tak sedikit orang yang benci kepadaku, banyak orang yang terang-terangan iri kepadaku. Banyak juga yang bilang aku adalah 'si caper' yang selalu ingin mencari perhatian kepada guru agar aku mendapatkan nilai tinggi. Banyak yang tidak percaya kalau aku adalah benar-benar siswa berprestasi. Apakah mereka menyangka kalau aku tidak berhak menjadi siswa berprestasi hanya karena aku miskin?

Aku mungkin bisa dibilang orang yang tidak mempunyai teman di kelas. Akan tetapi, aku mempunyai satu teman yang sangat baik kepadaku. Dia adalah Rika. Rika adalah teman baik aku. Dia cantik, dan juga mempunyai banyak teman, tapi mengapa dia mau berteman sama aku, aku tidak mau berpikiran negatif, mungkin Rika adalah orang yang tulus, mungkin dia adalah anak yang mau berteman dengan siapa saja.

Dan di sini, aku bersama dengan Rika sedang duduk di dalam kelas sambil sesekali mengobrol.

"Rika, aku boleh nanya sama kamu?" tanyaku sambil menghadap ke arah Rika.

Rika yang mendengarkan ucapan ku sambil memakan snakc yang dibelinya di kantin lalu mengangguk. "Nanya apa Mel?"

"Kenapa kamu mau temenan sama aku? Kenapa kamu mau berteman sama orang yang nggak punya teman di kelas? Apa kamu nggak malu?" tanya ku ragu.

"Kamu ngomong apa sih Mel. Aku tulus temenan sama kamu, kamu gak punya temen, nah maka dari itu aku mau nemenin kamu, aku gak tega lihat kamu sendirian kayak gini. Aku yakin kamu ingin punya kenangan di SMA yang indah kan? Kamu ingin punya cerita saat kamu udah gak sekolah lagi di sini kan?" ucap Rika. "Nah, maka dari itu, aku mau jadi bagian dari cerita kamu di SMA," lanjut Rika sambil tersenyum ke arah ku.

Ternyata Rika benar-benar tulus kepadaku, aku dapat melihat dari sorot matanya, dia sangat tulus berteman dengan aku. "Rika, makasih ya. Makasih karena udah mau jadi teman aku. Aku sangat beruntung punya teman sebaik kamu."

Rika hanya mengangguk. "Oh iya Mel, kamu udah ngerjain tugas Fisika belum?" tanya Rika.

"Udah," jawabku.

"Boleh ajarin aku yang nomer dua? Susah banget nih."

Aku hanya mengangguk, dan aku dengan senang hati mengajari Rika.

***


Hari ini, akan ada Ujian Nasional, dan itu wajib diikuti seluruh anak kelas 12. Aku sudah siap dengan semaunya, semalaman aku sudah belajar, dan aku yakin aku pasti bisa menjawab soal-soal yang diberikan dengan lancar. Dan hari ini adalah mata pelajaran Kimia.

Sebelum masuk ke ruangan, seluruh anak diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas, memastikan agar anak-anak tidak membawa contekan ataupun sebagainya yang melanggar aturan.

Aku duduk di kursi yang sudah ditentukan, dapat aku lihat di sana, di paling pojok Rika melambai-lambaikan tangannya, dia memberikan semangat kepadaku, dan aku juga memberikan semangat untuk Rika. Kemudian setelah itu, aku langsung mengerjakan soal yang sudah dibagikan oleh pengawas. Aku mengerjakan soal tersebut dengan teliti, jangan sampai ada yang salah.
Setelah dua jam berlalu, aku langsung keluar ruangan kala aku sudah menyelesaikan semua soal. Aku langsung menunju ke kantin untuk memembeli minum. Saat aku hendak meminum minuman yang aku beli, tiba-tiba terdengar suara dari arah speaker yang berada di kantin, dan itu jelas sekali suara pak Hendra, guru kimia ku.

'Panggilan kepada Carramel Levionna dari kelas 12 MIPA 1 harap ke ruang guru sekarang.'

'Sekali lagi, panggilan kepada Carramel Levionna dari kelas 12 MIPA 1 harap ke ruang guru sekarang.'

Aku mengerutkan keningku, kenapa tiba-tiba aku dipanggil ke ruang guru. Tanpa basa-basi langsung saja aku ke ruang guru untuk menemui pak Hendra. Sesampainya di ruang guru, dapat aku lihat ada banyak guru yang duduk di kursi dengan tatapan menuju ke arah ku.

Pak Hendra yang melihat ku, langsung mempersilakan aku untuk duduk di kursi. Dan tanpa lama-lama pak Hendra langsung berucap kepadaku, "Carramel, apa benar kamu yang mencuri kunci jawaban soal kimia?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan pak Hendra, katanya aku mencuri kunci jawaban, mana mungkin. Aku langsung menggeleng. "Tidak pak, saya tidak pernah mencuri kunci jawaban."

"Buktinya, di rekaman cctv ini ada kamu yang diam-diam mencuri kunci jawaban kemarin waktu sekolah sudah sepi. Ini kamu kan, saya pernah lihat kamu selalu memakai jaket ini." Pak Hendra menunjukkan rekaman cctv, di situ terlihat jelas ada seorang perempuan yang menggunakan jaket berwarna hitam dan bertuliskan 'strong' di belakangnya.

"Iya saya punya jaket itu, tapi itu bukan saya pak, kemarin saya langsung pulang."

"Kamu jujur aja Carramel. Bapak tau kamu itu pintar, tapi kenapa kamu nekat mencuri kunci jawaban? Kamu bisa menjadi siswa berprestasi tanpa harus mencuri."

Mata aku sudah mulai memanas, pasalnya kenapa pak Hendra langsung menuduh kalau itu adalah aku. "Saya tidak pernah mencuri itu semua pak."

"Carramel. Sebagai hukumannya, kamu tidak bisa mengikuti Ujian Nasional, dan otomatis kamu harus mengulang kelas."

"Tapi pak-"

"Sudah lebih baik kamu keluar, buktikan ke saya kalau di cctv itu bukan kamu. Bapa kecewa sama kamu Carramel," ucap pak Hendra.

Aku mengusap air mata di pipiku, lalu kemudian aku keluar dari ruang guru. Dan ternyata, anak-anak sudah tahu perihal kebocoran soal kunci jawaban yang dicuri.
"Dasar, pencuri, mau nilai sempurna kok Samali segitunya ya," cibir anak perempuan yang melewati aku. Dan kemudian teman di sebelahnya juga ikut berbisik. "Harusnya kita bangga, walaupun kita bukan anak berprestasi, kita gak pernah yang namanya mencuri."

Aku hanya melewati anak-anak di sepanjang koridor dengan tegar. Buru-buru aku berlari menuju ke arah taman belakang, aku akan meluapkan semuanya di sana. "Kenapa di saat aku mau lulus selalu ada kendala?" Aku mengusap air mata ku. "Aku nggak pernah mencuri, kenapa ada yang tega memfitnah aku."

"Kamu gak usah khawatir." Tiba-tiba ada suara dari arah belakang. Dan aku langsung menolehkan kepala ku. Di situ ada Gio, dia teman sekelas ku yang jarang berbicara.

"Gio, kenapa kamu di sini?"

"Aku mau ngasih bukti kalau kamu gak bersalah," ungkap Gio.

Aku mengerutkan keningku, maksud Gio itu apa. "Maksud kamu apa?"

"Aku tadi lihat Rika buang jaket ini di tempat sampah yang ada di belakang sekolah." Gio memberikan jaket yang dipegangnya ke aku.
Aku melihat-lihat jaket yang ada di tangan ku, ini kan jaket yang mirip seperti punya ku. "Tadi kamu bilang Rika yang buang jaket ini? Kamu serius?" tanya aku tidak percaya.

Gio hanya mengangguk.

"Aku kira, Rika itu teman aku yang baik dan tulus, tapi kenapa dia tega kayak gini sama aku? Aku gak menyangka."

"Yang baik di luar itu belum tentu baik di dalam. Kamu tau bunga mawar? Bunga itu kan di luar terlihat cantik, tapi ternyata di batangnya ada banyak duri yang bisa melukai tangan kamu kalau kamu memegangnya."

Aku tidak menyangka, ternyata yang tulus ialah Gio, dan sekarang aku salah, bukan Rika yang tulus kepadaku, melainkan adalah Gio. Giovanni Putra Finland.

***






YEYYY, SEMOGA SUKA YAAA
MAKASIH UDAH MAU BACA💗💗

CERPEN : Masih Adakah Yang Tulus? [SELESAI]Where stories live. Discover now