13. INVESTOR BARU

Mulai dari awal
                                    

Delvin membelalakkan matanya tak percaya, "Kamu nyalahin saya?!"

Nadira terkejut bukan main. "E-eh! Gak gitu pak, maksud saya itu!" gugupnya tersadar, bahwa lawan bicaranya adalah Managernya sendiri.

"Tangan saya gak bisa digerakin karna berniat bantu kamu!" ketus Delvin.

Nadira tertunduk enggan menyahuti Managernya yang sudah berapi-api. "Maaf pak," lirih Nadira takut.

📑📑📑

Saat ini terlihat banyak sekali berkas yang tertumpuk di meja Delvin. Karena investor baru akan segera datang, maka berkas-berkas untuk persetujuan harus segera disiapkan.

"Kamu keberatan bantuin saya?" tanyanya pada Nadira terlihat jenuh, karena harus menstampel tanda tangan Delvin.

Menambah kecepatan tangannya. "En- enggak pak!"

"Kalau tadi kamu bilang, selotip kardusnya lepas, tangan saya tak akan jadi seperti ini.." memperjelas letak kesalahan Nadira.

Sebenarnya tadinya Delvin ingin mengatakan kalau ia baik-baik saja, namun karena Nadira sudah menyalahkannya lebih dulu. Muncul sifat jahil Delvin untuk berpura-pura kalau tangan kanannya sulit digerakkan. Alhasil, membuat Nadira mau tak mau bertanggung jawab menggantikan kerjaan Delvin.

Jika ditanya apakah Delvin mempunyai Asisten? Tentu saja punya, namun saat ini Pak Teguh tengah cuti karena menemani istrinya melahirkan. Otomatis yang akan menggantikan posisi tersebut adalah Nadira. Belum tahu pasti sampai kapan, yang pasti suka-suka Delvin.

"Sudah semua?" melihat kerjaan Nadira sudah selesai.

Merapikan semua berkas sesuai susunannya kembali. "Sudah pak,"

"Kamu boleh pergi, ini sudah jam makan siang" titahnya pada Nadira.

"Tapi bapak bisa makan sendiri?" memperhatikan pergelangan tangan Delvin.

"Bi-" mengganti ucapannya cepat.

"Saya gak makan" ujar Delvin ketus.

Nadira merasa tak enak, ini semua karena kecerobohannya. "Bapak harus makan, bukannya jam 4 sore ingin menjemput investor dari Bandara.." mengingatkan jadwal Managernya begitu padat.

Delvin tak merespon, dirinya tengah berpikir bagaimana caranya mengarahkan pada kesempatan itu.

"Saya bisa tahan" elaknya.

Nadira mengerjap beberapa kali. "Mau saya suapin pak, kalau bapak tidak keberatan?" tanyanya hati-hati, takut Managernya memarahinya lagi.

Tunggu? Penawaran Nadira tepat sasaran seperti yang diinginkannya.
"Heum,"

Belum sempat Delvin menjawab.
"Saya ijin pergi membeli makanan bapak, setelah sholat nanti.." bergegas pergi dari ruangan Managernya.

Nadira memesan terlebih dahulu makanan di kantin, lalu menjalankan sholat Zuhur. Semua beres dan lengkap membawa makanan serta minuman Delvin. Tak lupa menenteng kotak bekalnya, karena ia juga butuh asupan sebagai asisten sementara.

Membuka pintu perlahan, menampilkan dada bidang Delvin yang tertutup kemeja hitam. "Pak ini makan siangnya,"

Delvin melihat semua kerja keras Nadira, membuatnya sedikit merasa bersalah. Namun padi sudah menjadi nasi, dirinya terlanjur berpura-pura sakit pada karyawannya ini.

Menyodorkan sendok perlahan,
"Maaf pak," menyuapkan makanan.

Delvin menundukkan sedikit badannya, dadanya tertempel pada meja. Jujur saja, sekarang jantungnya berdegup tak karuan.

Happy Not Ending (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang