"Ngapain sih kayak gitu!" Aya menghentakkan kakinya dan keluar dari sana. Kesal pada Arkam.
Tidak terlintas dipikiran Aya bahwa Arkam membalas godaanya, itu membuat sekujur tubuhnya merinding, Arkam yang dia kenal adalah pria hangat dan baik. Bukan pria yang menggoda.
Tak lama kemudian Arkam keluar dari toko, membawa baju kotornya.
"Ayo pergi," ajaknya.
Mereka pergi menuju restoran yang sudah Arkam pesan, dia memperkenalkan Aya sebagai calon istrinya. Ayah diam saja, pria yang masih memakai tongkat itu memandang Aya dengan datar.
"Kamu serius mau sama anak saya?" tanya Bunda
"Iya, Tante."
Bunda melihat ke Arkam dan Aya bergantian. "Arkam ini bujang tua, bentar lagi usianya 30 tahun. Sementara kamu masih sangat muda dan cantik, yakin nggak nyesel?"
Mendengar itu Arkam menyenggol kaki Bunda, matanya melotot. Sementara Aya malah tertawa kecil.
"Saya juga bukan wanita sempurna, saya baru saja cerai, punya anak satu. Mas Arkam mau nerima saya saja, saya sudah bersyukur."
"Walaupun single parents, kamu harus punya tipe yang tinggi, biar nggak gagal dua kali." Bunda meyakinkan.
Arkam ikutan bicara, dia protes. "Kenapa Bunda malah goyahin keputusan Aya?"
Bunda berdehem. Lalu mengambil air minum. "Takutnya Cahaya mundur di tengah resepsi."
"Saya tidak akan mundur, Tante." Aya tersenyum manis.
"Kam, apa kamu nggak bisa nyari wanita yang lebih baik dari dia?" tanya Ayah tiba-tiba. Rupanya Ayah tidak suka pada Aya. Membuat mereka semua terkejut.
"Emangnya apa kurangnya Cahaya? Dia wanita baik." Arkam membela.
"Baik? Dari mana kamu tahu kalau dia baik?" tanya Ayah. Terang-terangan tidak merestui.
Aya mengingat identitas calon mertuanya itu. Pak Gubernur yang sedang cuti sakit, usianya sekitar 50 an, punya hobi membaca, berprestasi dari kecil dan terkenal dengan kebaikannya.
Aya tidak mengerti kenapa Pak Surya tidak suka padanya, padahal dia selalu rendah hati pada orang lain. Pak Surya sangat aneh.
"Arkam sudah kenal dengan Cahaya hampir 2 tahun, jadi Arkam bisa pastikan kalau Aya orang baik." Arkam bersikeras.
Ternyata Arkam sangat pintar berbohong, padahal jelas-jelas Arkam tahu kalau Aya adalah pembunuh bayaran. Tidak ada kebaikan sedikit pun yang bisa dibanggakan. Hari ini saja Aya baru saja membakar rumah bapaknya.
"Pokoknya cari wanita lain saja," ucap Ayah.
"Cuma Aya yang bantu aku di saat terpuruk! Apa Ayah yakin aku bisa menemukan wanita yang lebih baik dari Aya?!"
Arkam adalah anak yang baik, selalu nurut dan patuh pada orang tua. Tapi sekali dia membuat keputusan, maka tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
"Kamu memang nggak waras, Kam! Pokoknya cari wanita lain!" Ayah berdiri, meraih tongkatnya dan pergi dari restoran itu.
Bunda buru-buru ikut berdiri, menyusul ayah yang marah. Wanita itu tergopoh-gopoh membantu Ayah berjalan.
Aya tidak bisa membiarkan rencananya gagal hanya karena restu, Aya ikut berdiri. Dia menggebrak meja, membuat orang tua Arkam dan para tamu menoleh ke arahnya.
"Mas Arkam udah ngelakuin itu sama aku, gimana bisa kita nggak nikah?" tanya Aya pada kedua orang tua Arkam. Matanya tampak marah.
Arkam mendongak, ia tidak mengerti maksud Aya."Arkam... melakukan itu...?" tanya Ayah, menatap Arkam tidak percaya.
"Selama dua tahun kami kenal, kami sudah.... sampai akhirnya aku cerai sama suamiku." Aya menutup wajahnya dengan tangan, punggungnya bergetar, ia terisak.
"ARKAM!" Teriak Ayah marah. Dia menghentakkan tongkatnya.
"APA?! AKU NGGAK NGERTI!" Arkam langsung panik, Aya dan Ayahnya seperti bicara dengan bahasa yang berbeda.
"Bunda kecewa sama kamu!" Bunda menatap mata Arkam dengan tajam.
"KALIAN NGOMONG APA?!" Arkam menoleh ke Aya dan orang tuanya bergantian. Minta penjelasan.
"Beberapa waktu lalu sudah Ayah bilang, jangan pernah lakuin itu, tapi kamu nggak dengar nasihat Ayah?!" Ayah tampak sangat kecewa.
"NASIHATIN APA YAH? AKU NGGAK NGERTI!"
Arkam mulai panik, dia seperti orang yang tidak diajak dalam percakapan ini. Otaknya tidak loading.
KAMU SEDANG MEMBACA
kamuflase
RomanceSemua orang tahu Aya adalah ibu rumah tangga biasa, berusia 24 tahun dan memiliki seorang putri yang sangat cantik. Suaminya memiliki istri lagi dan hidupnya patut dikasihani. Tapi siapa sangka bahwa semua itu hanyalah kamuflase, kehidupan aslinya...
bab 12 (11 KBM)
Mulai dari awal