Di perjalanan pulang ia jadi kepikiran tentang kontolnya tadi. Ia masih sedikit ragu untuk tanya ke ayahnya. Takut kalau ayahnya menertawakan pertanyaan konyolnya nanti.

Sesampainya di rumah, Angga langsung naik ke kamarnya untuk belajar. Tapi ia tidak bisa fokus dengan buku di depannya. Perlahan ia coba buka celana pendeknya itu. Muncullah batang kontolnya yang panjangnya 13 cm. Ia perhatikan perlahan-lahan kontolnya bangun dan menegang. Ia coba pegang kontolnya dan ia kocok pelan.

Akhh... kok enak gini ya rasanya...

"Dek, tolong bantuin ayah bentar."

Tiba-tiba ayahnya memanggil dari bawah. Mau tak mau ia harus akhiri kegiatan barunya itu dan segera menghampiri ayahnya. Ia melihat ayahnya sedang sibuk mengangkat sayuran ke mobil pickup. Ya, ayahnya adalah seorang pedagang sayur di pasar. Setiap hari Angga akan membantu ayahnya mengangkat sayuran dan kalau hari libur ia akan menemani ayahnya berjualan di pasar. Angga selalu senang jika bisa membantu ayahnya itu.

"Huff... akhirnya selesai juga. Makasih ya dek udah mau bantuin ayah," ujar Adi sambil mengelus kepala Angga.

"Iya yah, sama-sama."

"Udah jam 9 nih. Yuk masuk."

Angga mengikuti Adi naik ke atas. Kamar Angga dan ayahnya memang bersebelahan dan ada di lantai 2. Setelah sampai di atas, Adi pamit untuk tidur duluan. Angga lantas masuk ke kemarnya dan menutup pintu. Segera ia masukkan buku-bukunya ke dalam tas dan langsung mematikan lampu kamarnya. Ia segera menuju kasurnya dan berbaring dan menutup matanya mencoba tidur.

10 menit berlalu, tapi Angga masih belum bisa tidur juga. Ia belum sempat menanyakan ke ayahnya mengenai perubahan tubuhnya itu. Ia masih kepikiran dengan kontolnya yang menjadi gampang tegak itu. Samar-samar ia mendengar suara ayahnya dari balik dinding. Ia menempelkan telinganya dan mendengar ayahnya seperti mendesah-desah. Ia pikir ayahnya belum tidur juga.

Ia segera bangkit dan keluar menuju kamar ayahnya. Ia ingin segera menanyakan hal yang masih mengganjal di kepalanya itu. Ia mendorong pintu kamar ayahnya yang terbuka sedikit. Ia sedikit kaget melihat ayahnya telanjang dan memegang kontolnya yang mengacung tegak. Ia takjub dengan ukuran kontol ayahnya yang besar itu.

"Yah...," panggil Angga pelan.

Adi terlonjak kaget dan segera memakai selimut menutupi kontolnya. Tapi, lucunya malah selimut itu membentuk tenda segitiga. Adi berusaha bersikap setenang mungkin.

"Ada apa dek? Kok belum tidur sih? Udah malem lo," tanya Adi dengan lembut.

"Angga belum bisa tidur yah. Hmm... mau tanya sesuatu sama ayah sebenernya."

"Mau tanya apa sayang? Sini naik ke kasur. Jangan di tengah jalan gitu."
Angga segera naik ke kasur ayahnya dan duduk mendekat ke ayahnya.

"Emm... yah aku mau tanya sesuatu. Tapi, jangan ketawa ya?"

"Iya, tanya aja."

"Emm... kenapa ya yah burungku jadi sering gerak-gerak sendiri? Apa dia mulai hidup kayak Angga sama Ayah?"

Adi sedikit menahan tawanya. Ia tidak terkejut dengan pertanyaan anaknya itu. Lagipula, tadi pagi ia sudah tahu kalau anaknya semalam mimpi basah. Malahan, ia menunggu anaknya untuk bertanya sendiri mengenai perubahan tubuhnya itu.

"Kamu ini lucu deh dek. Engga hidup juga si. Kamu mau denger penjelasan dari ayah soal burungmu itu?"

Angga hanya mengangguk antusias. Ia memperhatikan Ayahnya dan berusaha fokus.

"Jadi, kenapa burung kamu gerak-gerak sendiri. Itu tandanya kamu sudah besar. Sudah masuk masa remaja. Burungmu atau orang dewasa nyebutnya kontol, dia mulai aktif," ucap Adi dengan santai. Ia berusaha memberikan penjelasan yang sederhana pada anaknya ini.

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang